Rahasia Cuan Saham, Modal Rp10 juta Jadi Rp200 Juta

Banyak yang bilang saham itu butuh modal besar, tapi sosok pemuda ini menunjukkan dengan modal Rp10 juta, dia bisa menumbuhkannya jadi Rp200 juta. Bagaimana strateginya?

Rahasia Cuan Saham, Modal Rp10 juta Jadi Rp200 Juta

Mikirduit – Ada salah satu sosok investor muda yang sempat disorot pada 2015 karena dia mampu mencatatkan keuntungan hampir 250 persen, meski kekayaannya belum sebesar Warren Buffett. Bagaimana strategi investor muda ini bisa cuan di pasar saham?

Dia adalah Justin Brosseau, sosok yang disebut salah satu investor muda yang paling sukses pada 2015. Setelah terkenal sebagai investor muda yang paling cuan, kini Brosseau bekerja sebagai Assistant Vice President Wealth Management Advisor di Merril Lynch Wealth Management sejak April 2017. 

Perkenalan Brosseau dengan saham dimulai pada saat dia SMA sekitar 2007. Kala itu, dia sekolah di Nequa Valley High School, sebuah sekolah negeri yang berada di 40 mil sebelah barat Chicago.

Waktu itu, Brosseau ikut kelas investasi di tahun keduanya. Gurunya, Brian Giovanini menugasi siswanya untuk memberikan tugas kepadanya untuk membuat portofolio saham demo atau simulasi buatan sendiri. 

Dalam membuat portofolio saham simulasinya, Brosseau memilih saham United Airlines untuk proyek kelasnya tersebut. Lalu, dia mempelajari keuangan perusahaannya dan menilai cukup yakin dengan prospek saham tersebut. 

Setelah mengikuti kelas investasi itu, Brosseau yakin untuk terjun ke pasar saham sebenarnya. Untuk itu, dia meminta tolong kepada ayahnya untuk tanda tangan akun Scottrade untuknya. 

Setelah mendapatkan akun Scottrade-nya, Brosseau langsung membeli tiga saham dari seluruh tabungan yang dimilikinya senilai 650 dolar AS atau setara Rp10 juta  pada 2009.

Tiga saham yang diborong antara lain, Citi, General Electric, dan United Airlines. Dari total itu, dia mencatatkan keuntungan akumulasi ketiganya sebesar 250 persen menjadi 1.600 dolar AS atau setara Rp25 juta pada 2014. Bahkan, keuntungannya di saham United Airlines mencapai 925 persen.

Strategi Investasi Saham Justin Brosseau

Brosseau memiliki strategi investasi yang sederhana, yakni berinvestasilah di perusahaan untuk jangka panjang. Lalu, dia akan fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Meski begitu, dia tetap rutin bangun jam 5 pagi untuk update berita perusahaan terkait saham yang dipegangnya tepat sebelum pasar dibuka. 

"Menurutku, mengandalkan keberuntungan dalam segala hal adalah kebiasaan buruk," ujarnya. 

Kutipan itu merujuk jika strategi investasi sahamnya tidak mengutamakan keberuntungan. Ada beberapa metriks fundamental yang menjadi fokus Brosseau dalam menilai sebuah saham seperti, pendapatan, laba bersih, dan laba per saham. Lalu, salah satu metriks lainnya yang jadi perhatian Brosseau adalah belanja modal emiten. 

Jika belanja modal emiten terus stabil dan bertumbuh, hal itu bisa dijadikan acuan pertumbuhan bisnis emiten di masa depan. 

Adapun, setelah bekerja pada 2015, portofolio sahamnya telah berubah, yakni menjadi Apple, Delta Airlines, dan Pepsi. 

Total nilai portofolio-nya saat itu mencapai 12.300 dolar AS atau setara Rp195 juta. Nilai portofolio-nya pada 2015 sekitar 19 kali lebih besar daripada saat mencatatkan keuntungan pertama kali pas remaja. 

Sayangnya,tidak ada update perkembangan portofolio investasinya saat ini.

Investor Ini Kecepatan Jual Bikin Cuan Hanya 2.700 Persen, Nyesel Gak Ya?
Investor ritel sering merasa, yah pas dijual malah meroket. Namun, hal ini ternyata nggak cuma kejadian di ritel, tapi juga ke investor besar seperti Cathie Wood. Kira-kira, dia ada nyesel gitu nggak ya?

Pengorbanan Brosseau

Meski terlihat sangat enak di mana saat usia masih muda sudah punya aset ratusan juta rupiah, tapi Brosseau harus berkorban untuk masa kecilnya. 

Brosseau masuk ke saham memang karena hobi. Namun, karena dia ingin berinvestasi saham, akhirnya dia harus merelakan foya-foya di masa muda. Bahkan, banyak teman sekolahnya menilai kalau Brosseau ini aneh. 

Saat teman-temannya menghabiskan uang ke bioskop untuk nonton The Hangover, Brosseau malah menggunakan uangnya untuk berinvestasi. 

Meski seperti pepatah, berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Saat usia 23 tahun di 2015, Brosseau sudah memiliki aset sekitar Rp195 juta. 

Kesalahan Terbesar Brosseau

Salah satu kesalahan terbesar Brosseau adalah melakukan trading dengan mindset analisis investasi. Jadi, selain investasi, Brosseau sempat melakukan trading. Salah satunya di aset exchange trade fund (ETF) minyak pada 2015. Waktu itu memang harga minyak dunia lagi turun drastis akibat oversupply yang terjadi di Amerika Serikat dan kenaikan produksi minyak OPEC.

Brosseau menganalisis ada potensi harga minyak di 36 dolar AS adalah harga bottom. Setelah itu, harga minyak bisa naiklagi. Untuk itu, dia masuk ke aset ETF minyak tersebut. Hasilnya, dalam jangka pendek, harga minyak memang naik, tapi Brosseau tidak melakukan taking profit karena merasa ada potensi kenaikan yang lebih besar. Sebagai catatan, rata-rata harga minyak normal berada di harga 70-80 dolar AS per barel.

Sayangnya, setelah sempat naik sesaat harga minyak malah kembali turun hingga sempat ke 25 dolar AS per barel. Di sini, Brosseau tetap hold ETF minyak yang plan-nya adalah trading dengan alasan emosional karena dirinya yakin analisisnya itu benar. Secara jangka panjang analisisnya tidak salah, tapi dengan plan trading jangka pendek, itu menjadi petaka.

"Kamu boleh yakin dengan analisismu di salah satu aset, tapi jangan sampai keyakinan itu menjadi berlebihan. Hal itu bisa membuat penilaianmu menjadi bias," ujarnya. 

Untungnya, Brosseau juga menerapkan diversifikasi aset di sektiar 14 saham dan ETF, termasuk ETF minyak tersebut. Sehingga, meski ETF minyak-nya turun, total asetnya dari Maret 2015 sampai Desember 2015 masih untung sebesar 42 persen menjadi 17.500 dolar AS atau setara Rp275 juta. 

Selain mencampuradukkan analisis investasi dan trading, Brosseau juga sempat melakukan kesalahan karena terlalu overtrading jangka pendek. Dari sini, Brosseau mendapatkan pelajaran terlalu kecanduan trading jangka pendek juga bisa berisiko besar bagi pertumbuhan asetnya.

Hal itu dialaminya ketika pada Mei-Juni 2015 dia melakukan 150 transaksi selama sebulan, bahkan beberapa scalping di mana transaksi jual-beli langsung dilakukan dalam 30 detik. 

"Overtrading benar-benar menghancurkan kita. Untuk itu, saya kembali memilih filosofi bersabar untuk investasi jangka panjang dan menjadi lebih tenang," ujarnya. 

Setelah itu, Brosseau pun fokus investasi tanpa melakukan transaksi jual beli yang sangat sering seperti periode Mei dan Juli.

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini