Peluang Saham Adik Presiden Dalam Lelang Frekuensi Ketika 3 Operator Seluler Mundur
Program internet murah mencuat setelah Komdigi memilih lelang frekuensi 1,4 Ghz terlebih dulu daripada 3 frekuensi lainnya. Tapi, 3 operator seluler malah mundur dari lelang, jadi gimana prospek WIFI?

Mikirduit – Lelang frekuensi 1,4 Ghz sudah mendekati periode pengumuman hasilnya. Menariknya, tiga operator seluler TLKM, ISAT, EXCL memilih mundur dari lelang, sedangkan yang tersisa hanya entitas dari WIFI melawan Myrepublik milik Grup Sinarmas. Apakah ini menjadi peluang atau petaka jika WIFI memenangkan lelang?
Highlight
- Lelang frekuensi 1,4 GHz hanya menyisakan WIFI dan Grup Sinarmas setelah TLKM, ISAT, dan EXCL memilih mundur karena tidak sesuai prioritas bisnis.
- Pemenang lelang akan menghadapi tantangan besar dalam biaya pembangunan infrastruktur FWA serta persaingan dengan layanan berbasis kabel optik.
- Operator seluler lebih menunggu lelang frekuensi 700 MHz yang dianggap lebih sesuai untuk ekspansi jaringan, sementara emiten menara berpotensi mendapat keuntungan dari peningkatan permintaan sewa.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Jaringan pita frekuensi 1,4 GHz ini akan digunakan untuk broadband Wireless access yang sifatnya fixed (bukan modem portable) dengan target market segmen rumahan.
Dalam membangun fixed Wireless Access (FWA) yang merupakan bagian dari Broadband Wireless Access (BWA) membutuhkan beberapa tahapan persiapan.
Seperti, tahun pertama, harus ada persiapan perangkat seperti base transceiver station (BTS) dan modem untuk pemakaian di rumah. Dirjen Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto memperkirakan pemenang lelang akan mulai bangun infrastrukturnya pada Desember 2025.
Jaringan pita frekuensi 1,4 GHz ini akan digunakan untuk broadband Wireless access yang sifatnya fixed (bukan modem portable) dengan target market segmen rumahan.
Dalam membangun fixed Wireless Access (FWA) yang merupakan bagian dari Broadband Wireless Access (BWA) membutuhkan beberapa tahapan persiapan.
Seperti, tahun pertama, harus ada persiapan perangkat seperti base transceiver station (BTS) dan modem untuk pemakaian di rumah. Dirjen Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto memperkirakan pemenang lelang akan mulai bangun infrastrukturnya pada Desember 2025.
Tahap lelang selanjutnya, WIFI dan Grup Sinarmas akan masuk ke tahapan lelang harga pada 13 Oktober 2025 dengan sistem e-Auction. Setelahnya, akan diumumkan siapa pemenang lelang tersebut.
Alasan Operator Seluler Mundur dari Lelang Frekuensi 1,4 Ghz
Dari pihak EXCL dan ISAT mengungkapkan pihaknya mundur karena pertimbangan prioritas dan ketidaksesuaian dengan rencana bisnis perseroan.
Frekuensi 1,4 GHz juga mencakup area terbatas yang hanya mengandalkan jaringan berbasis serat optik. Tantangan utama dari jaringan ini adalah menjangkau wilayah timur Indonesia.
Selain itu, seharusnya ada 3 jaringan lagi yang siap dilelang, yakni 600 Mhz, 26 GHz, dan 2,6 GHz. Awalnya, ketiga jaringan ini dilelang pada awal 2025, tapi diundur dan mengutamakan lelang jaringan 1,4 GHz yang konon bisa untuk program internet murah.
Kabar terbaru, paling dekat akan dilelang jaringan 700 Mhz pada akhir tahun ini. Lelang frekuensi 700 Mhz disebut untuk bisa mendukung perluasan jaringan seluler seperti area 3T.
Para operator seluler diperkirakan lebih menunggu lelang frekuensi 700 Mhz yang sesuai untuk perluasan akses jaringan bisnisnya.

Bayang-bayang Kegagalan BWA
Sekitar 16 tahun lalu, pemerintah Indonesia sempat melakukan lelang untuk jaringan Broadband Wireless Access 2,3 Ghz di pertengahan Juli 2009. Kala itu, persaingan lelang cukup ketat, hingga 21 pihak.
Kala itu ada sekitar 8 pemenang lelang, yakni TLKM, ISAT (via IM2), Internux, KBLV (First Media), JAST, PT Berca Hardayaperkasa, Konsorsium Wimax Indonesia, dan Konsorsium PT Comtronics System dan PT Adiwarta Perdania.
Namun, baru beberapa bulan, 6 dari 8 pemenang lelang disebut tidak memenuhi kewajiban membayar biaya hak penyelenggaraan (BHP). Hanya, TLKM dan ISAT yang menyelesaikan pembayaran.
Sejak lelang 2009, beberapa pemenang lelang baru memasarkan produknya sekitar 2010 - 2013 (untuk Bolt dan Smartfren). Lalu, IM2 Broom sudah ada dari sebelumnya. Keberadaan BWA 2,3 GHz memperkuat ekspansi jaringannya.
Sayangnya, nasib BWA ini tidak bertahan lama. Tiga operator, yakni KBLV, Internux (Bolt), dan Jasnita mengalami gagal bayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi termasuk denda keterlambatan. Sampai akhirnya, izin penggunaan frekuensi ketiganya dicabut oleh pemerintah pada 2018. Sampai akhirnya, layanan Bolt yang sempat jadi andalan banyak orang yang mobile terpaksa ditutup.
Internux yang merupakan anak usaha KBLV ini tidak bisa bayar BHP karena tidak memiliki uang yang cukup. Total tagihan untuk Internux mencapai Rp4,9 triliun. Di saat yang sama, Internux juga lagi kesulitan membayar utang hingga kena PKPU.
Di sisi lain, Grup Sinarmas lewat FREN (yang sudah dimerger dengan EXCL) sempat punya produk FWA yang disebut Smartfren Home RE11 yang dirilis pada 2024. Jika dilihat, skemanya lebih ke pra-bayar dengan kuota mulai dari 100 GB senilai Rp100.000.
Namun, dengan mergernya EXCL dengan FREN, kami belum mendapatkan kabar produk FWA milik FREN ini sudah menguntungkan atau belum. Di luar itu, Grup Sinarmas sudah punya pengalaman dalam menjalankan proyek FWA tersebut.
Momentum WIFI
Harga saham WIFI sempat terbang ke Rp3.000 per saham pada perdagangan 3 Oktober 2025. Namun, kami menilai potensi kenaikan hanya terjadi karena faktor euforia dalam peluang menang lelang yang 50:50 karena hanya bersaing dengan Grup Sinarmas.
Namun, setelah menang lelang akan menjadi tantangan terkait biaya yang harus dikeluarkan WIFI. Selain itu, momentum WIFI lainnya adalah perkembangan rencana akuisisi LINK yang masih belum ada kabar lebih detail.
Meski digawangi oleh NTT East Jepang, tantangan budaya dan karakter pasar masyarakat Indonesia membuat jaminan bermitra dengan NTT belum pasti membawa kesuksesan. Pasalnya, banyak variabel risiko dalam bisnis internet di negara yang berbeda.
Keberadaan Hashim yang merupakan adik dari Presiden Indonesia Prabowo juga tidak menjamin rencana ekspansi besar-besaran WIFI berjalan tanpa kendala. Jika menghitung dari rencana perseroan dengan target 40 juta homepass dalam 5 tahun dengan harga layanan Rp100.000 per bulan memang terlihat menarik. Namun, variabel risiko bisnis telekomunikasi ini cukup tinggi, termasuk perkembangan teknologinya yang cukup pesat. Menjaga margin keuntungan tetap bagus menjadi kunci bisa bertahan lebih lama, jika agresif menambah homepass tanpa margin keuangan yang bagus bisa jadi pedang bermata dua untuk keberlanjutan bisnis. Apalagi, segmen market yang dikejar sangat sensitif dengan kondisi ekonomi (saat inflasi tinggi bisa membuat daya beli melambat), sehingga ada risiko dari segi tren pendapatan perseroan.
Kesimpulan
Bagi operator seluler seperti TLKM, ISAT, EXCL yang mundur dari lelang sebenarnya bukan menjadi sentimen negatif. Ketiga operator seluler ini hanya mengatur prioritas karena bisnis telekomunikasi itu bisnis capital intensive. Kemungkinan, ketiganya mengincar lelang frekuensi 700 Mhz yang lebih cocok dengan bisnis utama ketiganya.
Sementara itu, bagi WIFI atau Grup Sinarmas (dengan Myrepublik) juga tidak bisa jumawa dengan mendapatkan lelang (yang juga open access). Pasalnya, faktor biaya teknis pembangunan infrastruktur hingga strategi pemasaran untuk mengonversikan konsumen bisa cukup tinggi. Di sisi lain, Grup Sinarmas pernah punya pengalaman bisnis FWA bersama FREN.
Sementara itu, menara telekomunikasi seperti TOWR, MTEL, dan TBIG masih menanti efek positif terhadap permintaan sewa menara setelah pemenang lelang 1,4 Ghz ditunjuk. Apalagi, di akhir tahun, bakal ada lelang jaringan 700 Mhz yang bisa jadi sinyal positif untuk emiten menara telekomunikasi tersebut.
Menurutmu, lebih menarik berspekulasi masuk WIFI, cari posisi menarik di saham operator seluler, atau masuk ke saham menara telekomunikasi sambil menunggu ada momentum positif?
Pelajari Semua Strategi Investasi Saham di Mini Bootcamp Stockverse: Memilih Saham Cuan Secara Mandiri bersama Mikirsaham
Mikirduit menyelenggarakan Bootcamp Short Course Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 9 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Kami sudah masuk ke Harga pre-sale 2 di Rp750.000. Harga pres-sale kedua berlaku hingga 15 Oktober 2025. Daftar Sekarang dengan Klik di Sini
Harga pendaftaran setelah 30 September 2025:
- Harga Pre-sale 3: Rp1 juta (16-25 Oktober) -> Kuota 100 Peserta
- Harga Normal: Rp1,5 juta (26 - 31 Oktober 2025)