Pekan Terpanas Rumor Merger Grab dan GOTO, 5 Saham Ini Bisa Terpengaruh
Pekan ini, berbagai rumor tentang GOTO bermunculan dari patrick walujo mau dikudeta, ada dana escrow 300 juta usd di Singapura, hingga tawaran golden share untuk Danantara. Tapi, bagaimana efek dari merger GOTO dengan Grab ini?
Mikirduit – Kabar GOTO bakal merger dengan GRAB kian memanas apalagi ada sponsor dari Danantara untuk melanggengkan transaksi tersebut (meski GOTO bukan BUMN). Transaksi akuisisi ini bisa menggegerkan dunia perusahaan teknologi Asia Tenggara dan juga beberapa saham yang punya kaitan dengan kedua perusahaan. Lalu, bagaimana prospek saham GOTO ke depannya?
Highlight
- Isu merger GOTO–Grab kembali memanas setelah pernyataan Mensesneg dan kabar golden share untuk Danantara, meski kedua perusahaan belum memberi kepastian.
- Konsolidasi GOTO–Grab dinilai berpotensi memperbaiki margin keuntungan, tetapi risiko perubahan ekosistem dapat memengaruhi emiten terkait seperti TLKM, ASII, EMTK, ARTO, dan Superbank.
- Skema tukar guling saham menjadi opsi paling cepat untuk realisasi merger, namun seluruh proses tetap bergantung pada persetujuan KPPU Indonesia dan Singapura.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Kami membuat kronologi isu merger GOTO dan GRAB (yang sudah muncul 2 tahun terakhir) kembali memanas.
Menariknya, isu ini muncul dari Menteri Sekretaris Negara Indonesia Prasetyo Hadi pada 7 November 2025 yang membenarkan ada rencana merger PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan PT Grab Teknologi Indonesia (anak usaha Grab di Indonesia).
Bahkan, Mensesneg mengungkapkan ada keterlibatan Danantara dalam realisasi rencana tersebut. Namun, saat isu awal muncul, Prasetyo menjelaskan saat ini masih mencari skema penggabungan dari merger atau akuisisi.
Selepas itu, 10 November 2025 muncul respons dari kedua perusahaan, yakni belum ada pembicaraan lebih detail terkait rencana tersebut. Bahkan, Grab enggan berkomentar terkait rencana tersebut.
Di sisi lain, GOTO bakal melangsungkan RUPSLB pada 25 November 2025. Namun, pada 11 November 2025, manajemen memastikan RUPSLB pada 25 November ini tidak berkaitan dengan aksi merger atau akuisisi dengan Grab. Sampai saat ini belum ada detail lebih lanjut terkait mata acara RUPSLB GOTO. Sesuai aturan, GOTO akan mengumumkan mata acara RUPSLB paling lambat pada 18 November 2025.
Namun, informasi yang beredar semakin liar setelah muncul kabar sejumlah pemegang saham GOTO seperti Softbank, Provident Capital Partners, dan Peak XV ingin Patrick Walujo mundur sebagai CEO perusahaan teknologi Indonesia tersebut. Langkah ini disebut untuk memuluskan merger antara GOTO dengan Grab. Pasalnya, Patrick disebut pihak yang menentang rencana pengambilalihan GOTO oleh Grab. Meski, manajemen GOTO membantah kabar tersebut.
Menariknya, saat Kepala Biro Humas dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur ditanya oleh sejumlah media, menjelaskan jika konsentrasi pasar di atas 50 persen bisa dikategorikan sebagai monopoli. Namun, KPPU tidak otomatis menganggap monopoli sebagai pelanggaran.
Adapun monopoli yang dilarang adalah praktik atau perbuatan yang dilakukan sebagai pelaku monopoli. Untuk itu, apakah transaksi merger GOTO dan Grab termasuk pelanggaran monopoli atau tidak harus masuk ke penilaian KPPU terlebih dulu. Nanti dari hasil penilaian, apa yang dianggap potensi pelanggaran, dan mana yang bisa disesuaikan (seperti bisa dikeluarkan syarat atau remedial yang harus dilaksanakan pihak terkait).
Sementara itu, hasil merger GOTO dan GRAB bisa menciptakan penguasaan pasar hingga 90 persen di Singapura maupun Indonesia.
Lalu, 12 November 2025, muncul kabar jika ada escrow fund senilai 300 juta dolar AS di Singapura. Kabarnya, dana 300 juta dolar AS itu sebagai salah satu rencana strategis merger GOTO dan Grab.
Kabarnya, dana tersebut dilakukan untuk buyout saham GOTO yang dimiliki Telkomsel atau TLKM. Apalagi, nilai 300 juta dolar AS kabarnya setara dengan nilai investasi Telkomsel di Gojek sejak 2020.
Namun, manajemen membantah seluruh spekulasi tersebut.
Terakhir, muncul kabar kalau ada tawaran Golden Share untuk Danantara terkait merger dua perusahaan transportasi Online tersebut.
Menurut Finansial Times pada 13 November 2025, GOTO dan Grab dikabarkan lagi bernegosiasi dengan menawarkan golden share kepada Danantara untuk mengamankan merger senilai 29 miliar dolar AS.
Bahkan, ada kabar founder Grab Anthony Tan lagi berencana menemui Presiden Indonesia Prabowo Subianto untuk melobi terkait rencana akuisisi-merger tersebut.
Namun, belum ada kepastian dari rumor yang muncul terkait rencana merger antara GOTO dan Grab tersebut.
Skema Akuisisi Merger Grab dan GOTO
Kami mengulas beberapa kemungkinan transaksi antara Grab dan GOTO:
Pertama, Grab mengakuisisi sepenuhya saham Gojek (bukan GOTO). Nantinya, Gojek akan mengelola bisnis transportasi online di Indonesia, dan Grab mengambil market di Asean di luar Indonesia. Namun, pengendalian tetap di grab.
Kedua, masih dalam skema yang sama seperti yang pertama, tapi ada Danantara yang mengambil bagian di saham Gojek.
Ketiga, Grab mengakuisisi sepenuhnya GOTO termasuk GOtO financial dan mengkonsolidasikan dengan bisnis-bisnis perseroan dengan pembagian bisnis GOTO akan menguasai di Indonesia dan Grab di Asean.
Keempat, skema tukar guling saham. Jadi, Gojek akuisisi bisnis Grab di Indonesia (PT Grab Teknologi Indonesia), tapi ditukar dengan Grab memiliki saham di Gojek atau GOTO dengan perhitungan persentase tertentu. Hal ini pernah dilakukan oleh Grab yang mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara dengan ditukar kepemilikan saham Grab.
Cara keempat yang paling mungkin terjadi karena sudah pernah dilakukan dan tidak ada uang yang keluar dari kedua belah pihak.

Efek ke Kinerja GOTO dan GRAB
Jika melihat dari kinerja kuartal III/2025 (akumulasi 9 bulan), Grab sudah mencatatkan laba bersih senilai 96 juta dolar AS dibandingkan dengan kerugian 131 juta dolar AS pada periode sama tahun sebelumnya. Pendorong laba bersih Grab berasal dari bisnis mobility-nya, yakni transportasi Online dan delivery. Sementara itu, bisnis keuangan perseroan masih mencatatkan EBITDA adjusted yang negatif senilai 26 juta dolar AS.
Sementara itu, GOTO masih mencatatkan kerugian senilai Rp775 miliar pada kuartal III/2025. Kerugian ini sudah menyusut dibandingkan dengan Rp4,3 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Menariknya, dari segi bisnis on-demand service (Gojek dan Gofood) sudah mencatatkan laba usaha yang positif senilai Rp645 miliar. Kerugian GOTO terjadi karena adanya kerugian di bisnis keuangan senilai Rp346 miliar, serta biaya korporasi yang tembus Rp950 miliar.
Jika GOTO dan Grab melakukan konsolidasi dengan merger, kami menilai ada potensi perbaikan dari segi margin keuntungan. Saat ini, jika dihitung margin Ebitda adjusted di segmen on-demand service Grab sekitar 16 persen, sedangkan GOTO sekitar 10 persen. Jika margin ini bisa naik menjadi 20 persen karena biaya insentif ke konsumen yang lebih rendah bisa membuat kinerja entitas hasil konsolidasi bisa lebih positif.
Saham yang Terpengaruh dari Wacana Merger GOTO dengan Grab
Dalam posisi ini, ada dua tipe saham yang terpengaruh dengan wacana merger GOTO dan Grab:
- Saham yang berinvestasi di GOTO dan Grab
- Saham yang punya afiliasi bisnis dengan GOTO dan Grab
Pertama, saham yang berinvestasi di GOTO dan Grab. Ada tiga saham di Indonesia yang terkait dengan keduanya, yakni ASII, TLKM, dan EMTK.
TLKM dan ASII menjadi salah satu pemegang saham GOTO sejak pre-IPO. Namun, harga average price keduanya cukup tinggi.
Kabarnya, TLKM memiliki sekitar 23,72 miliar lembar saham GOTO dengan harga rata-rata Rp270 per saham, sedangkan ASII memiliki sekitar 18,6 miliar saham GOTO dengan harga rata-rata Rp187 per saham.
Artinya, jika rencana aksi korporasi jumbo ini bisa mengangkat saham GOTO kembali ke Rp300 per saham, berarti TLKM dan ASII bisa keluar untung dari investasinya di GOTO. Meski, keduanya berinvestasi di GOTO bukan seperti investor ritel yang mencari keuntungan dari kenaikan harga tapi dari segi kolaborasi bisnis. Namun, kenaikan harga saham GOTO bisa jadi sentimen positif untuk keduanya.
Masalahnya, untuk saham GOTO bisa mencapai Rp300 membutuhkan inflow dana dari lokal maupun asing yang cukup besar. Pasalnya ada 300.000 investor ritel yang berada di saham GOTO. Sementara itu, Supply free float mencapai 916 miliar lembar (jumlah yang sangat jumbo).
Sementara itu, EMTK adalah pemegang saham minoritas di Grab Holding Ltd. Awalnya, EMTK punya 79,3 juta lembar saham Grab senilai Rp6 triliun pada akhir 2024. Namun, perseroan melepas 41,6 juta lembar setara Rp3,41 triliun pada awal 2025. Sehingga, EMTK masih punya 37,63 juta lembar saham Grab yang setara Rp3,78 triliun per 30 September 2025.
Jika transaksi ini terjadi dan mengerek harga saham Grab di Pasar saham AS, kondisi itu juga bisa menguntungkan bagi EMTK.
Kedua, saham yang memiliki afiliasi bisnis dengan GOTO dan Grab. Dalam hal ini, ada dua bank digital yang terkait dengan kedua perusahaan tersebut. Kedua bank digital itu adalah ARTO dan Superbank (yang lagi proses IPO).
ARTO adalah entitas bank yang dimiliki Grup Northstar yang juga menjadi investor pertama Gojek. Bisnis ARTO terafiliasi dengan ekosistem GOTO. Jika melihat kinerja pertumbuhan kredit ARTO hingga September 2025 naik 36 persen menjadi Rp23,4 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya, 99 persen pendorong kredit ARTO adalah dari partnership dan ecosystem lending.
Jika kami catat, beberapa transaksi kredit ke pihak partnership dan ekosistem meliputi:
- PT Multifinance Anak Bangsa (Gopay Later)
- BFIN
- Kredit Pintar (Northstar menjadi salah satu investor di sini)
Tiga entitas itu yang berpotensi memiliki kontribusi ke pendapatan ARTO. Jika nantinya Grab mengakuisisi keseluruhan GOTO yang akan menjadi pertanyaan bagaimana kontribusi bisnis Gopaylater terhadap ARTO. Artinya ada risiko bisnis kehilangan ekosistem bagi ARTO yang memiliki afiliasi tidak langsung ke GOTO via Northstar.
Apalagi, Grab juga memiliki bank di Indonesia melalui Superbank. Grab memiliki Superbank melalui kolaborasi dengan EMTK via PT Elang Media Visitama (yang menjadi pengendali perseroan).
Sementara itu, Superbank juga memberikan kredit kepada ekosistem terafiliasi-nya seperti:
- PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (Jasa rental untuk Grab)
- PT Abhimata Acme Indonesia (Bisnis data center EMTK)
Namun, kami belum menemukan rencana kerja sama Superbank dengan OVOpaylater. Sejauh ini, Superbank baru bekerja sama dengan OVO untuk penghimpunan dana.
Jika nantinya Grab akuisisi GOTO dengan status kepemilikan Grab yang lebih banyak, bisa memutus kolaborasi dengan ARTO. Kecuali, dalam kesepakatan merger dan akuisisi berlaku periode kerja sama berlanjut hingga waktu yang telah ditentukan.
Apabila transaksi yang terjadi Grab hanya akuisisi Gojek, dari segi Gopay juga bisa kehilangan pengguna aktif. Meski, data pengguna yang existing masih dimilikinya. Pasalnya, Grab berpotensi memindahkan kolaborasi dari Gopay menjadi dengan OVO.
Sementara itu, bisnis Go Fleet kolaborasi antara ASII dengan Gojek bisa terpengaruh. Namun, untuk bisnis ini harus dihitung juga bagaimana strategi untuk konsolidasi dengan PT Teknologi Pengangkutan Indonesia milik Grab.
Sementara, posisi paling aman adalah kolaborasi bisnis dengan Telkomsel, yang mana Grab juga bekerja sama dengan operator seluler tersebut.
Kesimpulan
Kami menilai jika terjadi rencana transaksi pun masih butuh waktu lama karena harus memperhitungkan setiap detail dari masing-masing ekosistem. Apalagi, dalam proses merger keduanya perlu persetujuan dari KPPU di Indonesia dan Singapura.
Meski, strategi keempat dengan cara tukar guling saham menjadi cara tercepat untuk proses akuisisi merger tersebut. Dengan strategi itu mungkin kurang dari 12 bulan bisa selesai, meski akan tergantung persetujuan dari KPPU kedua negara.
Kalau mau mendapatkan insight saham sambil diskusi secara real time bersama founder Mikirduit, yuk join Mikirsaham
Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

