Menakar Keuntungan Saham Bisa Mengalahkan Inflasi

Saat terpikir ingin mengalahkan inflasi, banyak yang fokus cari aset yang kasih untung sebesar-besarnya. Hasilnya, banyak juga yang terjebak investasi bodong, jadi apa aset yang bagus untuk mengalahkan inflasi?

Menakar Keuntungan Saham Bisa Mengalahkan Inflasi

Mikirduit – Salah satu yang membuat banyak orang terjebak investasi bodong adalah keinginan memiliki aset investasi yang bisa bertumbuh mengalahkan inflasi. Hasilnya, mudah tergoda investasi bodong hingga titip dana demi dapat cuan optimal. Namun, apakah ada aset yang bisa mengalahkan inflasi? sebesar apa efek inflasi terhadap penurunan nilai uang?

Memang seberapa besar efek inflasi terhadap nilai uang dalam jangka panjang? 

Kami akan melakukan simulasi uang Rp1 juta pada 1990 dan bagaimana nasib nilainya sekarang. 

perhitungan ini menggunakan asumsi data World Bank yang menghitung rata-rata inflasi Indonesia itu sekitar 8 persen per tahun antara 1990 sampai 2024. 

Dengan begitu, dana Rp1 juta pada 1990 akan setara dengan Rp13,7 juta pada 2024. Lalu, jika kamu hold tunai Rp1 juta pada 1990, berarti nilai-nya pada 2024 setara Rp69.297di masa tersebut. 

Menyeramkan? jadi apa aset yang bisa dipilih untuk mengalahkan inflasi yang menyeramkan tersebut?

Cara Meramal Nasib IHSG dari Teropong Amerika Serikat
Ada nih satu jurus meramal prospek IHSG dalam sehari ke depan lewat perilaku investor asing menilai saham Indonesia. Simak di sini ya caranya.

Deposito

Dengan menggunakan asumsi modal Rp1 juta tadi ditempatkan ke deposito dengan rata-rata bunga saat ini sekitar 4 persen per tahun dan pajak bunga 20 persen per tahun. Dengan timeframe penyimpanan selama 34 tahun (seperti periode 1990-2024), hasil akumulasi penempatan dana di deposito hanya menjadi Rp3,23 juta. Artinya masih cukup jauh untuk bisa melebihi 13,7 juta dalam 34 tahun. 

Obligasi Negara

Dengan menggunakan asumsi tingkat kupon obligasi negara sebesar 6 persen per tahun dan pajak bunga sebesar 10 persen. Berarti, hasil akumulasi dan di obligasi negara sekitar Rp6,62 juta. Artinya, angka itu baru mencapai sekitar 45 persen dari target pertumbuhan menuju 13,7 juta.

Emas

Harga emas pada 1990-an itu sekitar Rp25.000 per gram, sedangkan harga per 6 Juli 2024 sekitar Rp1,26 juta per gram. Jika kita membeli emas seharga Rp25.000 per gram pada 1990 senilai Rp1 juta, artinya mendapatkan sekitar 40 gram. Kini nilai asetnya sudah setara Rp55,8 juta. Artinya, emas menjadi aset paling possible untuk mengalahkan inflasi. 

Hanya saja, holding period emas untuk mengalahkan inflasi harus dibuat cukup panjang hingga di atas 5 tahun. Jika di bawah itu, bisa jadi harga emasnya malah belum naik karena faktor kondisi ekonomi yang belum mendukung kenaikannya. 

Seperti,para holder emas di era pandemi Covid-19 saat pertama kalinya senlai Rp1 juta per gram di 2020, mereka yang beli saat itu harus menunggu hingga 2024 untuk bisa mencatatkan keuntungan tipis dari penjualan emas, sedangkan selama 4 tahun ke belakang malah mengalami kerugian yang belum direalisasikan atau floating loss. 

Soalnya, harga emas memiliki spread jual-beli yang bisa mencapai Rp100.000 per gram. Sehingga membutukan waktu yang lama agar nilai emas terus naik dan keuntungan menjadi lebih optimal.

Kelebihan Saham Dividen, Bisa Ukur Risk-Reward Lebih Pasti
Saham yang rutin membagikan dividen memberikan kemudahan bagi holdernya untuk mengukur harga saham yang menarik untuk posisi beli. GImana caranya? simak di sini

Bagaimana dengan Saham ?

Nah, karakter saham ini berbeda dengan deposito dan obligasi negara yang memberikan kepastian keuntungan dari bunga dan kupon yang diberikan. Investasi di saham memiliki karakteristik risiko fluktuasi harga yang sangat tinggi. 

Sebenarnya, saham memiliki kepastian juga, yakni dari dividen yang diberikan kepada pemegang saham. Namun, tingkat pembagian dividen juga tidak pasti, sesuai dengan kondisi dan perencanaan bisnis emiten terkait. 

Untuk itu, sangat berisiko tinggi jika ada yang menawarkan cuan pasti hingga 40 persen per tahun dari saham. Padahal, karakter saham itu penuh ketidakpastian, sehingga tidak bisa diprediksi dengan pasti berapa rata-rata pertumbuhan keuntungannya. 

Hal yang bisa dilakukan adalah melakukan back testing ke belakang untuk melihat prospek ke depan. Misalnya, dari pasar saham, hal yang paling biasa dilakukan adalah melihat rata-rata pertumbuhan pasar saham 5-10 tahun terakhir. Tujuannya, untuk jadi sampel probablitas ke depannya. 

Dari data terkini, rata-rata pertumbuhan IHSG dalam 10 tahun terakhir itu sekitar 3,78 persen per tahun. Dengan begitu, kita bisa asumsikan rata-rata pertumbuhan saham paling moderat sekitar angka tersebut per tahunnya. 

Dengan begitu, jika menggunakan asumsi modal Rp1 juta dan disimpan 34 tahun ke depan, berarti dana yang dimiliki sekitar Rp3,55 juta. Angka yang kecil bukan? tapi jika kita memasukkan asumsi rata-rata dividen sekitar 6 persen per tahun saja, berarti total dana dari akumulasi keuntungan capital gain dan dividen bisa mencapai Rp23,86 juta. 

Angka ini sudah mengalahkan inflasi kan? tapi saham belum tentu memberikan angka keuntungan tersebut karena akan disesuaikan dengan:

  • Saham yang kamu pilih
  • Periode waktu beli saham apakah lagi murah atau lagi mahal-mahalnya
  • Berapa besar tingkat dividen yang diberikan saham tersebut
  • Bagaimana kondisi perekonomian selama periode holding saham tersebut

Kalau begitu, lebih baik trading saham agar bisa mendapatkan keuntungan lebih optimal dan bisa mengalahkan inflasi?

Trading vs Investasi Saham

Dalam buku Peter Lynch berjudul  One Up on Wallstreet dijelaskan jika hanya membutuhkan 1 saham pemenang untuk bisa mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Peter Lynch mencontohkan ada portofolio saham yang dilakukan jual-beli berdasarkan market timing terbaik, hasilnya hanya memberikan keuntungan 162 persen, tapi dari satu saham pemenang bisa mendapatkan sekitar 900 persen. 

Dari sini, apakah artinya kita cukup cari satu saham pemenang itu saja? secara logika iya, tapi dengan karakter saham yang penuh ketidakpastian, hal itu pasti sulit. 

Peter Lynch pun menuliskan dibutuhkan memiliki 11 saham untuk menemukan 1 saham pemenang. Bahkan, dari 11 saham dimilikinya itu ada yang dijual rugi sebesar 8 persen sampai 38 persen. Meski begitu, portofolionya tetap aman karena memiliki 1 pemenang dengan tingkat keuntungan 900 persen. 

Apa korelasi cerita dari pengantar bab 1 buku Peter Lynch tersebut dengan pilihan trading vs investasi? 

Jadi, trading dan investasi memiliki tingkat risiko masing-masing dalam mengejar keuntungan yang bisa mengalahkan inflasi. 

Investasi memiliki tingkat risiko dari segi kehilangan waktu karena holding period cenderung lama untuk bisa mendapatkan keuntungan, tapi jika pilihan saham secara fundamental yang menarik dan membuat orang lain tertarik beli di harga lebih tinggi, keuntungan bisa optimal misalnya sekitar di atas 20 persen per tahun. 

Lalu, trading juga punya risiko, yakni harus cut loss atau kehilangan modal jika pergerakan harga saham tidak sesuai perkiraan. Kelebihannya, trading bisa mendapatkan keuntungan yang cepat karena transaksi beli akan disesuaikan untuk saham yang lagi aktif atau punya demand beli yang kuat. 

Bedanya, bagi investasi, ada solusi untuk menghapuskan kehilangan waktu dari periode holding saham dengan mendapatkan dividen. Untuk itu bisa pilih saham dividen untuk mengoptimalkan keuntungan. 

Dari kelebihan dan kekurangan ini, kita bisa mengombinasikan strategi trading dan investasi agar cuan bisa lebih optimal dalam jangka panjang. Porsi antara trading dan investasi bisa disesuaikan dengan kesiapanmu terhadap risiko fluktuasi pasar yang bakal dihadapi saat trading nantinya. 

Kalau kami biasanya kamu yang belum siap dengan risiko trading atau konservatif bisa menyiapkan modal trading sekitar 5-10 persen dari modal di saham, moderat bisa siapkan sekitar 20-25 persen dari modal di saham, sedangkan agresif bisa mencapai 50 persen dari total modal yang dimiliki karena sudah siap dengan risikonya.

Nantinya hasil keuntungan trading bisa dioptimalkan untuk investasi saham dividen sehingga tingkat keuntungan dividen juga makin besar.

Kesimpulan

Dari sini, kita akan memahami bagaimana karakter setiap aset investasi dan kegunaannya. Seperti deposito dan obligasi negara dengan karakter kepastian ini akan cocok untuk holding period sekitar 1-3 tahun. Soalnya, risiko fluktuasi pasarnya tidak setinggi di saham. 

Sementara itu, untuk investasi emas bisa dijadikan cadangan aset untuk jangka panjang agar bisa mengoptimalkan keuntungan dalam mengalahkan inflasi. Hanya saja, holding periodnya harus jangka panjang. 

Lalu, saham juga dijadikan investasi jangka panjang agar keuntungannya bisa bergulung dan menikmati compounding interest. Jika dilihat hitungan dari harga emas 1990 dengan asumsi potensi kenaikan harga saham secara konservatif selama 34 tahun ke depan, salah satu kelebihan saham adalah ketidakpastian itu juga.

Sehingga jika keuntungan sudah optimal dalam jangka menengah pendek bisa kamu optimalkan lagi dengan melakukan penjualan dan masuk ke saham potensial lainnya. Sedangkan emas, kita harus memastikan posisi harga jual sudah untung dibandingkan modal karena antara harga jual-beli emas ada spread atau selisih hingga Rp100.000 per gram.

Sementara itu, bagi kamu yang tidak punya waktu untuk trading jangan dipaksakan, kamu bisa fokus mengejar karier atau bisnis untuk bisa mendapatkan modal berinvestasi saham lebih rutin, terutama di saham dividen. Sehingga asetmu bisa bertumbuh. 

Toh, salah satu cara melawan inflasi selain dengan berinvestasi di aset yang memberikan return tinggi, juga bisa meningkatkan pendapatan dari pekerjaan atau bisnis yang dimiliki. 

Kalau kamu sudah punya aset apa saja nih yang menarik untuk bisa mengalahkan inflasi?

Join Market Outlook Semester II/2024 Mikirduit Pada 20 Juli 2024 Pukul 13:00 - selesai secara Online

Market outlook semester II/2024 akan membahas saham-saham potensial dari untuk investing maupun trading pendek yang menarik. Kamu yang ikutan akan diberikan booklet spesial market outlook jelang penurunan suku bunga the Fed agar tidak kelewatan momentum jelang bullish market.

Jika kamu bukan member Mikirdividen, kamu bisa daftar presale diskon Rp50.000 dengan kode promo SAHAMBULLISH dengan klik link ini (kode promo bisa dimasukkan setelah klik tombol bayar)

Lalu, jika kamu mau ambil paket lengkap bisa join Mikirdividen Bundling dan dapatkan paket lengkap:

  • Ulasan 31 Saham Dividen Jangka Panjang yang Diupdate Setiap Rilis Laporan Keuangan
  • Publikasi Bulanan untuk gambaran arah market sebulan ke depan, terbit setiap akhir bulan
  • Grup diskusi mikirdividen
  • Event Online Bulanan termasuk Market Outlook Semester II/2024

Klik di sini untuk join Mikirdividen Bundling dan nikmati potongan harga tambahan jika menggunakan kode promo SAHAMBULLISH.