Memahami Bahaya Saham dengan Free Float Jumbo di atas 60 persen

Kejadian WIRG dan DADA ketika pengendali keluar secara bertahap hingga free float sangat besar membuat tekanan harga yang cukup signifikan. Lalu, bagaimana nasib saham-saham dengan free float jumbo ini?

saham free float jumbo

Mikirduit – Saham WIRG menjadi sorotan setelah tingkat free float-nya sudah naik menjadi 93,25 persen. Kami akan menjelaskan apa dampak dan risiko jika free float mendekati 100 persen bagi investor ritel?

Highlight

  • Free float yang terlalu besar, seperti pada saham WIRG dan CARS yang mendekati 100 persen, membuat saham sangat likuid namun berisiko karena tidak ada pengendali yang bisa menjaga stabilitas keputusan korporasi.
  • Pengalaman HKMU menunjukkan bahwa hilangnya pengendali dapat memicu masalah serius seperti potensi pailit, terutama jika perusahaan memiliki utang dengan klausul perubahan pengendali.
  • Rentang free float ideal menurut analisis Mikirduit ada di kisaran 15–40 persen, agar keseimbangan antara likuiditas dan stabilitas pengendalian emiten tetap terjaga.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Free float adalah jumlah saham publik dengan kepemilikan di bawah 5 persen yang diperdagangkan setiap harinya. Jika ada pemegang saham pre-IPO maupun institusi yang pegang di bawah 5 persen akan tetap dihitung sebagai free float.

Angka free float yang ideal ini disesuaikan dengan aturan IDX minimal 7,5 persen. Semakin kecil angka free float berarti likuiditas sebuah saham semakin terbatas, tapi semakin besar free float saham bisa jadi likuid tapi bisa jadi berisiko tidak ada pengendali. Pasalnya, dengan publik yang pegang lebih banyak hingga 50 persen bisa menghambat keputusan dalam RUPS hingga ada potensi hostile takeover yang bisa berbahaya jika ada ketentuan terkait utang. 

Biasanya, ada utang yang memberikan syarat tidak boleh ada perubahan pengendali hingga lunas, jika ada perubahan berarti utang tersebut harus dilunasi segera sehingga berpotensi membuat emiten pailit.

Untuk itu, kami memberikan rentang free float yang bagus sekitar 15 persen hingga 40 persen. Namun, ini bukan benchmark pasti dan bisa disesuaikan dengan kondisi fundamental emiten dan tingkat likuiditas transaksi saham terkait.

Lalu, bagaimana nasib saham yang punya free float jumbo?

Cerita Legendaris Saham HKMU

HKMU dikendalikan oleh PT Hyamn Sukses Abadi di mana pengendali akhirnya adalah Ngasidjo Achmad. Setiap utang yang diambil oleh HKMU serta anak usahanya membawa jaminan atas nama Ngasidjo tersebut. 

Sampai kuartal I/2020, PT Hyamns Sukses Abadi masih mengenggam sekitar 60,36 persen saham HKMU. Sisanya, saham HKMU dipegang oleh Andriani sebesar 36,5 persen dan publik 3,1 persen. Namun, di akhir 2021, komposisi pemegang saham sudah berubah signifikan menjadi PT Hyamn Sukses Abadi hanya pegang 3,05 persen, Andriani hanya pegang 0,0003 persen, dan publik 96,94 persen. 

Apa yang terjadi?

Salah satu masalah mulai muncul di akhir 2020. Salah satu anak usaha HKMU, yakni Hakaru Metalindo Perkasa, digugat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Sampai akhirnya, anak usaha HKMU itu dinyatakan pailit pada pertengahan 2021. 

Bersamaan dengan itu, pengendali HKMU saat itu, Ngasidjo Achmad juga dinyatakan pailit pada 26 Januari 2022. Di sini, Ngasidjo pun sudah bukan pengendali HKMU sejak 31 Desember 2021. 

Di sisi lain, ada asumsi saham HKMU ini sempat direpo. Pasalnya, tercatat di 29 Oktober 2019, Hyams Sukses Abadi tiba-tiba mencatatkan kenaikan kepemilikan saham sebesar 2,1 miliar lembar atau setara 65,18 persen. Di mana, itu adalah total kepemilikannya saat IPO. Artinya, saham HKMU ini sempat digadaikan dari periode 2018-2019. 

Namun, selang dua minggu, Hyamn Sukses Abadi kembali melepas saham HKMU sebesar 155,1 juta lembar atau setara 4,81 persen pada 29 Oktober 2019. 

Aksi jual Hyamn Sukses Abadi makin gencar di 2020-2021 setelah melakukan penjualan sebanyak lebih dari 1 miliar lembar saham yang membuat kepemilikan sahamnya tersisa 3 persen pada Desember 2021.Rata-rata harga jual saham HKMU oleh Hyman Sukses Abadi sekitar Rp60 hingga Rp70 per saham. 

Sementara itu, Ngasidjo juga sudah bermanuver menjual saham HKMU sejak kuartal I/2020, di mana kepemilikannya susut dari total 100 juta lembar dengan total 3,1 persen saham HKMU menjadi tersisa 10.000 lembar pada Maret 2020. 

Bahkan, Ngasidjo sudah melepas seluruh kepemilikan saham HKMU di harga Rp100 per saham pada 2021 sehingga dirinya tidak lagi pegang saham HKMU secara langsung, hanya tersisa melalui Hyamn Sukses Abadi.

Menakar Peluang Saham BBCA Melewati Batas Maksimal Harga Buyback di Rp9.200
Saham BBCA terbang hampir lebih dari 10 persen selama 4 hari berturut-turut. Kenaikan itu juga didukung rencana buyback dan rilis laporan keuangan emiten. Lalu, seberapa menarik prospek saham BBCA?

Saham WIRG

Saham WIRG sempat menjadi heboh karena dianggap salah satu IPO yang fenomenal. Harga saham WIRG sempat terbang 550 persen dalam 11 hari perdagangan pasca listing di April 2022. Harga saham saat itu sekitar Rp1.585 per saham

Saat IPO, WIRG hanya melepas 20 persen lembar saham ke publik. Namun, struktur pemegang saham WIRG sebelum IPO memang cukup kompleks dan ramai. Total ada 37 pihak yang memegang saham WIRG dengan 34 pihak pegang di bawah 5 persen. 

Dengan begitu, secara teknis, total free float WIRG tembus 48 persen (termasuk 20 persen dari pelepasan saham ke publik). 

Namun, para pemegang saham pre-IPO yang punya harga rata-rata di bawah harga IPO dilarang menjual sahamnya selama 8 bulan setelah listing (periode lock-up). Sehingga, harga saham WIRG masih bisa tetap terjaga hingga akhirnya periode Lock up berakhir di November 2022. Setelah itu, harga WIRG terjun bebas.

Setelah lock up dibuka pada akhir November 2022, terjadi perubahan signifikan dalam kepemilikan saham di WIRG. Awalnya, PT Laut Biru Teknologi pegang 28,22 persen, PT WIR Global Kreatif sebesar 17,5 persen, dan Angga Yudhitama Putra sebesar 5,48 persen per Oktober 2022. Namun, per Desember 2022 sudah berubah dengan Angga Yudhitama sudah keluar dari pemegang saham di atas 5 persen, kepemilikan Laut Biru turun menjadi 25,79 persen dibandingkan dengan 28,22 persen, kepemilikan PT WIR Global Kreatif turun menjadi 13,81 persen dibandingkan dengan 17,5 persen sebelumnya, serta porsi publik naik menjadi 60 persen dibandingkan dengan 48 persen pada periode sebelumnya.

Itu hanya perubahan di pemegang di atas 5 persen, sedangkan 30-an pihak yang pegang di bawah 5 persen sudah bisa keluar dengan lebih mudah.

Lalu, per Januari 2024, perubahan kepemilikan PT WIR Global Kreatif juga kembali berkurang menjadi 13,01 persen dibandingkan dengan akhir 2022. Porsi publik pun naik menjadi 61,2 persen dibandingkan dengan 60 persen.

Kemudian, di Januari 2025, PT WIR Global Kreatif juga melepas sedikit kepemilikan hingga porsinya menurun jadi 11,54 persen dibandingkan dengan 13,01 persen. Lalu, publik juga naik menjadi 62,68 persen.

Menariknya, per 30 September 2025, pemegang saham WIRG semuanya sudah di bawah 5 persen. Lalu, Laut Biru sudah tidak terdaftar sebagai pengendali dan menyisakan PT WIR Global Kreatif dengan kepemilikan saham sebesar 4,64 persen. Lalu, pemegang saham publik naik menjadi 95 persen.

Artinya, para pemegang saham pre-IPO sudah melakukan penjualan bertahap saham WIRG. Meski, ada narasi ini saham dimiliki oleh afiliasi Presiden Prabowo (meski sangat kecil), hingga ada narasi-narasian bakal ikut program e-learning yang membuat harga saham sempat meroket. Namun, nyatanya para pemegang saham pre-IPO sudah menjual barangnya bertahap.

Dengan komposisi free float 95 persen, harga saham WIRG sangat sulit untuk dikerek lebih tinggi. Kecuali, ada investor strategis yang mau mengakuisisi WIRG dari kepemilikan saham publik. Hal itu bisa kembali menggairahkan saham WIRG.

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini

Saham DADA

Saham DADA sempat heboh setelah banyak narasi-narasi hiperbola yang muncul terkait rencana akuisisi oleh dua investor Jepang yang tidak jelas nasibnya sekarang. Namun, selaras dengan rumor itu muncul, pengendali saham DADA perlahan mengurangi kepemilikannya.

DADA adalah emiten yang IPO pada 2020. Kala IPO, DADA dimiliki oleh PT Karya Permata Inovasi Indonesia dengan porsi 99,3 persen. Sisanya dipegang oleh Tjandra Tjokrodiponto sebesar 0,7 persen. Adapun, menurut prospektus IPO, pengendali akhir dari DADA adalah Adam Bilfaqih.

Lalu, DADA melepas 29,91 persen sahamnya ke publik. Sehingga kepemilikan PT Karya Permata Inovasi Indonesia menjadi 69,6 persen. Namun, dalam perkembangannya, saham ini masuk papan notasi khusus karena tidak terlalu likuid. Hingga akhirnya turun ke bawah Rp10 per saham. Lalu, kembali meroket dengan narasi hiperbola tersebut.

Hingga Desember 2022, komposisi saham DADA masih mirip seperti ketika IPO, yakni sekitar 69,58 persen dimiliki oleh PT Karya Permata Inovasi Indonesia. Namun, per Desember 2023, porsi PT Karya Permata Inovasi Indonesia turun menjadi 67,21 persen dibandingkan dengan 69,58 persen pada setahun sebelumnya.

Lalu, porsi kepemilikan PT Karya Permata Inovasi Indonesia tidak berubah pada Desember 2024. Lalu, baru mulai berubah di Agustus 2025 hingga 27 Oktober 2025. Terakhir, porsi kepemilikan PT Karya Permata Inovasi Indonesia sudah turun hingga hanya 37,75 persen (per transaksi 22 Oktober 2025).

Terlepas dari narasi-nya yang sempat bikin heboh sejagat pasar saham Indonesia, kondisi fundamental DADA memang tidak terlalu menarik. Sebagai perusahaan properti land bank-nya sudah terbatas, recurring income belum menutup operasional, serta jika pembangunan Apple 3 sudah rampung, akan jadi pertanyaan, apa yang akan dijual DADA selanjutnya? Apalagi, sepanjang 2025 (sampai Juni 2025), penjualan terbesar DADA dari proyek Apple 3 tersebut. Sementara itu, laporan keuangan kuartal III/2025 yang sudah rilis juga tidak menujukkan CALK yang lengkap.

Saham CARS

CARS menjadi salah satu saham yang porsi free float-nya sudah hampir 100 persen, lebih tepatnya 97 persen. Saham yang IPO pada 2017 ini adalah saham otomotif salah satunya dealer Nasmoco, yang cukup terkenal secara brand. Lalu, kenapa free float-nya bisa melonjak drastis?

Awalnya, sebelum IPO, saham CARS ini dimiliki oleh PT Ahabe Niaga Selaras sebesar 90 persen dan PT Superior Coach sebesar 10 persen. Ketika IPO, CARS melepas 10 persen saham baru ke publik. Sehingga kepemilikan Ahabe menjadi 81 persen, dan Superior menjadi 9 persen.

Nah, dalam ketentuan prospektusnya, PT Superior Coach sejak awal memang berencana melepas saham miliknya ke pihak institusi lainnya, termasuk hedge fund dan wealth management. Saham milik superior ini juga tidak termasuk saham yang di-lock up.

Saat IPO, pengendali akhir dari CARS adalah Stephanus Harno Budi, Simon Harto Budi, dan Sebastianus Harno Budi.

Setelah IPO, porsi saham Ahabe Niaga Selaras sempat drop menjadi 65 persen dari 81 persen pada Oktober 2017. Namun, kami tidak mendapatkan informasi kenapa porsi itu bisa turun signifikan. Lalu, Ahabe sempat meningkatkan kepemilikan hingga 87 persen pada 11 Mei 2018. Sebelum akhirnya, Ahabe mengurangi kepemilikan hingga tersisa 69,7 persen di akhir 2018.

Porsi kepemilikan CARS oleh Ahabe Niaga Selaras juga terus turun menjadi tersisa 44,38 persen pada 2019. Hingga, kepemilikannya menyusut menjadi tersisa 14,2 persen pada 2020.

Setelah 2020, transaksi saham CARS dilakukan oleh beberapa pihak seperti, Ryan Harris yang sempat pegang saham CARS sebanyak 5,35 persen pada April 2022, hingga Paulus Totok Lusida yang sempat jadi komisaris pegang 11,97 persen saham perseroan. DI sisi lain, Trimegah memangkas kepemilikan sahamnya di CARS dari 18 persen menjadi 12,16 persen sepanjang 2022.

Lalu, Ahabe mulai melakukan transaksi lagi pada 2024 hingga terakhir di 18 April 2024. Porsi kepemilikannya juga sudah turun drastis menjadi 4,32 persen dibandingkan dengan 14 persen pada 2020.

Bahkan, hingga sekarang nama Ahabe sudah tidak tercantum dalam posisi pengendali saham CARS. 

Meski tanpa pengendali, saham CARS masih terus berfluktuasi. Walaupun, belum mampu melewati level tertingginya di Rp280 per saham pada periode sebelum covid-19.

Jika dilihat, secara bisnis, CARS masih beroperasional cukup baik dan menghasilkan profit yang positif. Sumber pendapatan utamanya dari jualan mobil. Risikonya dari segi DER memang tinggi sebesar 1,65 kali, tapi dari sagi interest coverage rasio masih terkendali dengan rasio 6,5 kali.

Salah satu concern kami adalah posisi cash lebih rendah dari short-debt-nya. Total kas dan setara kas perseroan hanya Rp444 miliar, sedangkan short debt yang harus dilunaskan hingga akhir tahun ini sekitar Rp1,45 triliun. Dengan karakter pinjaman dari bank dan ICR masih di atas 3 kali, posisi CARS masih aman. 

Kesimpulan

Saham free float jumbo membuat volatilitas bisa cukup tinggi karena ketika naik sedikit saja tekanan jual besar bisa meningkat. Untuk itu, kami menyarankan hindari masuk trading jangka pendek maupun investasi menengah panjang di saham dengan free float jumbo.  Asumsi batas free float ideal ada di 15-40 persen dengan penyesuaian kondisi fundamental, prospek bisnis, dan likuiditas saham terkait.

Mau Belajar Cari Saham Cuan Secara Mandiri dan Dapat Insight Saham Pilihan dari Mikirsaham?

Pas banget, kami juga lagi ada promo bundling mikirsaham pro dengan event mini bootcamp Stockverse: Mencari Cuan Secara Mandiri.

Di sini, kamu bisa praktek cari saham sendiri dan mendapatkan insight untuk mempermudah pembelajaran hingga nantinya kamu bisa menganalisis saham secara mandiri.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Benefit Stockverse:

  • Video edukasi Lifetime
  • Event online, 1 November 2025 (belajar teknikal), 8 November 2025 (menciptakan strategi investasi saham sendiri), 9 November 2025 (Market Outlook)

Kamu bisa beli paket bundling ini cuma Rp950.000 dari harga sebelum diskon Rp2,1 juta dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini