Jelang Penerapan Bea Ekspor Emas, Begini Efek-nya Ke Saham Emas

Kami melihat ARCI dan BRMS menjadi perusahaan emas yang tidak terlalu dampak dari kenaikan bea ekspor yang akan diterapkan pada 2026. Kira-kira gimana prospeknya dua saham emiten emas itu? masih menarik diakumulasi?

saham emas

Mikirduit - Seiring dengan harga emas yang terus menanjak, pemerintah pun mengkaji kenaikan bea ekspor yang akan diterapkan tahun depan. Hal ini tentu akan membebani perusahaan emas, tetapi ternyata ada ARCI dan BRMS yang tidak terlalu kena dampak. Lantas, gimana prospek bisnis dan saham-nya? 

Highlight : 

  • Bea ekspor emas kabarnya akan segera berlaku pada tahun fiskal 2026. Banyak perusahaan emas yang akan menanggung lebih banyak beban. 
  • Terkhusus ARCI dan BRMS, mereka banyak jual emas ke lokal. Karena itu, mereka tidak terlalu kena dampak dari bea ekspor. 
  • Rata-rata analyst masih merekomendasikan beli untuk saham ARCI dan BRMS dengan target upside >10 persen. 
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Komoditas emas tahun ini bisa dibilang jadi primadona seiring dengan kenaikan harga-nya yang ciamik, bahkan sudah menembus rekor beberapa kali. Saham emiten emas pun dapat berkahnya karena penjualan-nya moncer. 

Namun, kenaikan harga emas itu membawa beban yang lebih berat untuk tahun depan, karena baru-baru ini pemerintah mengkaji untuk penerapan bea keluar emas. 

Asal tahu saja, sampai saat ini bea keluar di Indonesia hanya dikenakan pada enam kelompok komoditas, yaitu: kulit dan kayu, biji kakao, kelapa sawit beserta produk turunannya, produk hasil pengolahan mineral logam, produk mineral logam dengan kriteria tertentu, serta getah pinus.

Kabarnya bea ekspor ini akan diterapkan untuk dua komoditas lagi yaitu emas dan baru bara (masih dalam tahapan). 

Dalam artikel ini, kami secara khusus membahas soal bea ekspor emas yang rencananya paling cepat bisa diterapkan pada tahun fiskal 2026. Sejauh ini, aturan teknis sedang dibuat untuk proses finalisasi atau pengundangan. 

Rencananya, penerapan bea keluar emas akan dikenakan tarif sekitar 7,5 persen hingga 15 persen untuk 4 jenis komoditas emas mulai dari serbuk hingga emas batangan. Penerapan akan dilakukan pada tahun fiskal 2026.

Secara detail, begini skema pengenaan tarif ekspor emas:

  • Dore atau emas bongkahan, ingot, batang tuangan, dan bentuk lainnya dikenakan 12,5 persen sampai 15 persen
  • Emas atau paduan emas yang tidak ditempa seperti granules dan bentuk lainnya diluar dore akan dikenakan 12,5 persen hingga 15 persen
  • Emas atau paduan emas yang tidak ditempa dalam bentuk bongkah, ingot, dan cast bars yang tidak termasuk dore dikenakan tarif 10-12,5 persen
  • Minted bars atau emas batangan yang diproduksi menggunakan cetak sesuai desain yang diinginkan dikenakan tarif 7,5 persen - 10 persen

Adapun, rentang tarif itu akan disesuaikan dengan posisi harga emas. Tarif lebih kecil jika harga emas berada di bawah atau sama dengan 2.800 dolar AS per troy ounce, tapi jika harga emas di atas 3.200 dolar AS per troy ounce akan dikenakan batas tertinggi.

Melihat aturan itu, sudah jelas tahun depan bea ekspor akan ditetapkan ke harga tertinggi, menilai saat ini saja harga emas dunia sudah berada di atas  4000 dolar AS per troy ounce. 

Sebagai catatan, sampai penutupan Jumat (28/11/2025), harga emas dunia (XAU) di pasar spot berada di posisi  4.230 dolar AS per troy ounce, naik 1,76 persen dalam sehari. Dalam seminggu, mencatat reli kuat sampai 4,06 persen, menandai salah satu pekan dengan performa terbaik sejak Oktober 2025.

Bea keluar ini tentu akan dirasakan oleh perusahaan emas. Jika porsi ekspor emas banyak, tingkat margin keuntungan akan tergerus. Sebaliknya, kalau porsi ekspor mereka rendah alias banyak jualan ke lokal, tentu mereka tidak akan kena dampak signifikan dari aturan baru itu. 

Berikut beberapa emiten yang kena dampak bea ekspor berdasarkan destinasi penjualan emas per September 2025 : 

Dari data di atas kelihatan kalau yang tidak terlalu kena dampak ada ARCI dengan penjualan ke lokal sampai 88 persen. Sementara BRMS malah sampai 100 persen. Lantas seberapa menarik saham dari dua emiten ini? 

ARCI 

Prospek bisnis ARCI kemungkinan besar akan membaik tahun depan karena proses produksi akan lebih lancar setelah masalah longsor di pit Araren hampir beres. 

Dengan kondisi tambang yang pulih, manajemen bisa fokus menggarap area ber-grade lebih tinggi seperti Araren 7 dan mendorong Araren 6 dan 8 untuk masuk fase pengembangan bersamaan. 

Di sisi lain, proyek tambang bawah tanah Kopra Underground juga mulai menunjukkan progress. Dengan kadar emas yang lebih tinggi dari tambang terbuka, tambang bawah tanah ini diperkirakan mulai menyumbang sekitar 5 persen  produksi di 2026, jika berhasil tentu bisa jadi katalis untuk kenaikan margin keuntungan. 

Pipeline produksi tak berhenti di situ, masih ada dua pit pra-produksi, Alaskar dan Talawaan yang diproyeksi masuk tahap produksi beberapa tahun ke depan. Artinya, ini bisa menambah amunisi pertumbuhan produksi. 

Berdasarkan riset CGS International yang rilis 24 November 2025, memproyeksikan CAGR bisa tumbuh 153 persen dari 2024 - 2027. 

Kami mengumpulkan target price untuk ARCI dari  lima analyst yang menyematkan rekomendasi add-buy. Dari sini terlihat target harga paling konservatif berada di Rp1325 per lembar, artinya masih ada ruang pertumbuhan 7,72 persen, sementara yang paling agresif menargetkan naik ke Rp2050 per lembar, potensial upside-nya sampai 66,7 persen.

BRMS 

Lanjut ke saham BRMS, kami menilai kinerja operasional emiten emas satu ini sedang bagus-bagus-nya. 

Produksi dari Citra Palu Mineral (CPM) terus meningkat seiring ekspansi CIL plant dari 500 tpd ke 2.000 tpd yang ditargetkan rampung pada pertengahan tahun depan, sementara proses transisi ke tambang bawah tanah di Poboya memberi prospek lonjakan grade dari 1,5 g/t menjadi hampir 4,9 g/t mulai 2027. Artinya, kapasitas produksi BRMS bisa melompat ke 160–180 ribu oz per tahun pada 2028. 

BRMS juga sedang memupuk mesin pertumbuhan kedua lewat proyek Gorontalo Mineral, dengan potensi porphyry berskala besar. Ekspansi ini semakin dipertebal oleh pinjaman sindikasi jumbo US$625 juta yang baru diperoleh. 

Di sisi lain, BRMS juga diuntungkan oleh sentimen indeks karena masuk ke MSCI, yang otomatis mendorong aliran dana institusi dan likuiditas saham-nya. 

Kalau dari harga saham, menurut data Stockbit yang mengumpulkan 13 analyst. Ada 11 menyematkan beli, sementara sisa-nya hold. Rata-rata target harga bisa ke Rp1.027 per lembar, setara upside 5,33 persen dari posisi Rp975 per lembar. Sementara target agresif bisa naik 33 persen menuju Rp1.300 per lembar. 

Walau begitu, kita juga mencatat risiko-nya untuk dua perusahaan emas ARCI dan BRMS ini. Mereka sangat sensitif terhadap harga emas global. Kalau sentimen The Fed berubah atau dolar menguat, harga emas bisa terkoreksi dan langsung menekan margin mereka. 

Dari sisi operasional, tantangan utamanya ada di gold grade dan eksekusi tambang. ARCI bergantung pada pemulihan Araren dan progres Kopra Underground, sementara BRMS menghadapi fase penurunan grade sementara di Poboya sebelum tambang bawah tanahnya stabil. Kalau kualitas bijih tak sesuai rencana, biaya bisa naik dan produksi meleset.

Selain itu, pendanaan dan disiplin proyek juga jadi risiko tersendiri. ARCI punya sejarah leverage tinggi sehingga perlu menjaga arus kas dengan ketat, sedangkan BRMS harus memastikan ekspansi besar-besaran, termasuk CIL plant dan proyek bawah tanah, berjalan sesuai jadwal agar beban utang tetap aman.

Jadi, kalian tertarik beli saham emas yang mana? ARCI atau BRMS? atau dua-dua-nya? 

Kalau mau mendapatkan insight saham sambil diskusi secara real time bersama founder Mikirduit, yuk join Mikirsaham

Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini