IHSG Jeblok Gara-gara MSCI Mau Ubah Free Float, Begini Efeknya ke Saham Indeks Global Tersebut
MSCI berencana mengubah ketentuan free float di pasar saham Indonesia lebih ketat. Konon kebijakan ini berpotensi membuat outflow yang cukup besar di pasar saham Indonesia. Lalu, apa yang harus dilakukan dengan adanya rencana kebijakan ini?
Mikirduit – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan hingga 3,4 persen pada perdagangan 27 Oktober 2025. Penurunan ini sangat kontras dibandingkan dengan market regional yang justru menghijau. Pengumuman rencana MSCI melakukan konsultasi perubahan perhitungan free float membuat ekspektasi ada terjadi outflow cukup besar di pasar saham Indonesia. Lalu, separah apa dan apa yang harus dilakukan?
Highlight
- MSCI tengah mempertimbangkan perubahan cara menghitung free float menggunakan data KSEI yang lebih ketat, berpotensi menurunkan bobot saham Indonesia di indeks global.
- Simulasi menunjukkan potensi outflow besar, terutama pada saham-saham besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, AMMN, dan TLKM, dengan dampak bisa mencapai hingga 13 persen transaksi satu arah.
- Meskipun IHSG sempat turun 3 persen akibat kepanikan, kebijakan MSCI ini masih dalam tahap konsultasi hingga akhir 2025, sehingga potensi koreksi bisa menjadi peluang akumulasi sebelum aturan baru berlaku pada 2026.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
MSCI mengumumkan tengah mempertimbangkan cara perhitungan free-float untuk perusahaan di Indonesia. Jadi, MSCI mau menerapkan kebijakan yang lebih ketat dengan membuat indikator free float dengan menggunakan data KSEI.
Nantinya, data KSEI yang dijadikan indikator free float adalah komposisi pemegang saham di bawah 5 persen di luar dari segmen corporate (seperti PT atau badan hukum lain) dan lainnya. Hal ini bisa membuat persentase free float dari emiten yang pemegang saham publiknya dari PT menyusut.
Dari kebijakan itu, dikhawatirkan berpotensi memicu outflow asing karena adanya penurunan bobot saham di indeks global tersebut.
Apalagi, MSCI juga mengubah aturan pembulatan baru seperti, sebelumnya pembulatan bisa mencapai 5 persen, tapi kini diatur lebih ketat. Dengan skema jika free float lebih dari 25 persen akan dibulatkan maksimal 2,5 persen terdekat, sedangkan free float di bawah 5 persen hingga 25 persen akan dikenakan pembulatan hanya 0,5 persen terdekat.
Kondisi ini juga yang berpotensi memicu tambahan outflow karena dengan penurunan pembulatan (dari sebelumnya misalnya free float 26 persen bisa menjadi 30 persen, berarti sekarang maksimal jadi 27,5 persen (terdekat dengan 2,5 persen). Dengan begitu, yang tadinya ada arus modal masuk sebesar porsi 30 persen malah berkurang menjadi 2,5 persen menjadi 27,5 persen.
Dua Simulasi MSCI
Mengutip dari publikasi dari MSCI, ada dua skenario yang terjadi jika kebijakan MSCI tersebut dilakukan.
Dua skenario itu antara lain:
Pertama, skenario perubahan indikator free float diperketat ditambah dengan perubahan pembulatan bobot yang lebih rendah.
Hasilnya, lima saham MSCI Global Standard yang akan terdampak paling besar antara lain, BBCA dengan potensi pengurangan float inclusion factor (FIF) senilai 7 miliar dolar AS atau setara Rp116 triliun. Biasanya, penurunan float inclusion factor berkorelasi lurus dengan potensi outflow karena adanya pengurangan bobot dalam indeks MSCI.
Selain BBCA, ada empat saham lainnya seperti:
- AMMN yang mengalami penurunan FIF senilai 3,93 miliar dolar AS atau setara Rp65,31 triliun.
- BBRI mengalami penurunan sekitar 3,54 miliar dolar AS atau senilai Rp58,84 triliun.
- BMRI mengalami penurunan sebesar 1,84 miliar dolar AS atau setara Rp30,58 triliun.
- TLKM mengalami penurunan sebesar 1,81 miliar dolar AS atau setara Rp30,08 triliun.
Untuk saham yang mengalami penurunan FIF terendah antara lain:
- CPIN mengalami penurunan sebesar 688 juta dolar AS setara Rp11,43 triliun
- INDF mengalami penurunan 666 juta dolar AS atau setara Rp11,06 triliun
- UNTR mengalami penurunan sebesar 449 juta dolar AS atau setara Rp7,46 triliun
- KLBF mengalami penurunan sebesar 317 juta dolar AS atau setara Rp5,26 triliun
- ICBP mengalami penurunan sebesar 298 juta dolar AS atau setara Rp4,95 triliun
Kedua, skenario perubahan indikator free float diperketat tanpa perubahan pembulatan bobot yang lebih rendah.
Jika tanpa perubahan pembulatan bobot yang lebih rendah, tekanan pengurangan FIF menjadi lebih rendah. Berikut 5 saham yang mengalami penurunan FIF terbesar dengan skenarion kedua:
- AMMN mengalami penurunan sebesar 2,83 miliar dolar AS setara Rp47,03 triliun
- BBCA mengalami penurunan sebesar 2,82 miliar dolar AS setara Rp46,87 triliun
- ASII mengalami penurunan sebesar 1,05 miliar dolar AS setara Rp17,45 triliun
- CUAN mengalami penurunan sebesar 874 juta dolar AS setara Rp14,52 triliun
- GOTO mengalami penurunan sebesar 573 juta dolar AS setara Rp9,52 triliun
Sementara itu, yang mengalami penurunan terkecil antara lain:
- TLKM mengalami penurunan sebesar 455 juta dolar AS setara Rp7,56 triliun
- INDF mengalami penurunan sebesar 381 juta dolar AS setara Rp6,33 triliun
- UNTR mengalami penurunan sebesar 300 juta dolar AS atau setara Rp4,98 triliun
- KLBF mengalami penurunan sebesar 159 juta dolar AS atau setara Rp2,64 triliun
- ICBP mengalami penurunan sebesar 99 juta dolar AS atau setara Rp1,64 triliun
Dengan skenario pertama, perubahan transaksi satu arah (jual atau beli sesuai dengan hasil perubahan FIF) yang dialami MSCI Indonesia dinilai mencapai 13 persen, sedangkan dengan skenario kedua hanya 5 persen. Artinya, perubahan pembulatan bobot bisa berdampak cukup signifikan dalam perhitungan skema baru tersebut.

Jadi, apa yang harus dilakukan?
Penurunan IHSG sebesar 3 persen terjadi karena respons kepanikan yang terjadi akibat simulasi yang menunjukkan ada potensi outflow yang cukup besar. Tren penurunan bisa menjadi lebih tajam jika ada pihak-pihak tertentu yang terkena margin call setelah tekanan pasar saat ini.
Namun, kamu harus tahu tahapan perubahan perhitungan MSCI ini masih dalam tahap konsultasi dengan pelaku pasar.
Beberapa tanggal yang menjadi penentuan terkait keputusan perubahan perhitungan free float MSCI antara lain:
- Fase konsultasi hingga 31 Desember 2025
- Pengumuman keputusan skema aturan barunya seperti apa akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026
- Jika menggunakan aturan baru (entah skenario 1 atau 2) akan mulai diterapkan dalam rebalancing saham-saham baru ke MSCI pada periode Februari 2026
- Untuk saham yang sudah ada di MSCI akan dilakukan penyesuaian hingga Mei 2026 (atau periode rebalancing major)
Sehingga, dalam periode itu, efek dalam simulasi belum tentu terjadi jika emiten-emiten yang sudah tergabung dalam global standard akan menyesuaikan standar free float-nya. Dengan begitu, tren penurunan jelang pengumuman keputusan bisa jadi titik awal beli, sambil menunggu kepastian.
Detail Strategi Action Menghadapi Perubahan Kebijakan MSCI Sudah Kami Post di Mikirsaham.com
Pas banget, kami juga lagi ada promo bundling mikirsaham pro dengan event mini bootcamp Stockverse: Mencari Cuan Secara Mandiri.
Di sini, kamu bisa praktek cari saham sendiri dan mendapatkan insight untuk mempermudah pembelajaran hingga nantinya kamu bisa menganalisis saham secara mandiri.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Benefit Stockverse:
- Video edukasi Lifetime
- Event online, 1 November 2025 (belajar teknikal), 8 November 2025 (menciptakan strategi investasi saham sendiri), 9 November 2025 (Market Outlook)
Kamu bisa beli paket bundling ini cuma Rp950.000 dari harga sebelum diskon Rp2,1 juta dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
