Harapan Saham Konglo Masuk MSCI Edisi Maret 2025

Ada rumor saham BREN, CUAN, dan BRMS masuk MSCI bulan depan. Akankan tiga saham ini makin moncer atau jadi ajang cuan bungkus?

Harapan Saham Konglo Masuk MSCI Edisi Maret 2025

Mikirduit - Rebalancing Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan diumumkan pada 11 Februari 2025 untuk periode efektif 3 Maret 2025. Ada banyak prediksi saham-saham baru yang berpotensi masuk ke indeks global tersebut, mulai dari saham Prajogo Pangestu, hingga Grup Bakrie. Jadi, siapa yang paling potensial, hingga efek ke saham yang masuk ke indeks tersebut.

Indeks MSCI sering jadi acuan investor asing untuk investasi di negara-negara tertentu, baik itu negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. 

Jadi, setiap ada saham-saham yang potensi masuk atau keluar dari indeks MSCI tentu tidak bisa diabaikan. Berbicara soal rebalancing, biasanya mereka melakukan empat kali dalam setahun, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. 

Paling baru, kita menanti kocok ulang indeks tersebut pada bulan depan, tepatnya akan diumumkan pada 11 Februari 2025 dan akan efektif pada 3 Maret mendatang. 

Rumor pasar saat ini beredar kabar, akan ada tiga emiten yang berhubungan dengan konglomerat akan masuk jadi konstituen MSCI. Ada dua yang berhubungan dengan taipan Prajogo Pangesti yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Lalu, ada saham yang terafiliasi dengan Grup Bakrie dan Salim, yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Perhitungan BREN, CUAN, BRMS, dan DSSA Masuk MSCI 

Prediksi BREN, CUAN, dan BRMS ke MSCI ini sebenarnya sudah sejak lama, apalagi BREN ini menjadi yang kedua kalinya setelah sebelumnya gagal masuk gara-gara tidak memenuhi free float. 

Syarat untuk masuk menjadi konstituen MSCI sebenarnya relatif mudah, tak terlalu mempertimbangkan banyak rasio fundamental sampai mahal murahnya saham dengan metrik valuasi. 

Mengutip Kontan, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan menyebutkan ada tiga kriteria utama dalam rebalancing indeks MSCI. 

Pertama, kapitalisasi pasar (market cap). Emiten harus memenuhi minimum free float adjusted untuk masuk ke kategori small cap atau large cap.

Kedua, likuiditas dengan mempertimbangkan rata-rata minimum transaksi. 

Ketiga, secara sektoral emiten harus termasuk dalam sektor yang memenuhi syarat Global Industry Classification Standard (GICS).

Dari syarat-syarat itu, performa saham BREN, CUAN, dan BRMS akhir-akhir ini memang mencatatkan kenaikan harga, volume transaksi, sampai kapitalisasi pasar. 

Data di atas menunjukkan harga saham BREN, CUAN, dan BRMS sejak awal tahun ini melesat cukup signifikan, terutama CUAN yang sudah naik di atas 30%, diikuti BRMS dan BREN. 

Saham BREN yang naik juga membuatnya bertahan menjadi saham paling bernilai di bursa dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1.327 triliun, melampaui posisi bertahan sebelumnya BBCA. 

Sementara kalau berbicara soal free float, harusnya dari tiga saham tersebut sama-sama sudah berada di posisi yang aman. 

BREN saat ini terhitung memiliki free float atau kepemilikan masyarakat sebanyak 11,63%, memenuhi syarat BEI minimal di 7,5%. 

Kalau berkaca tahun lalu, saham BREN ini sempat gagal masuk indeks FTSE kategori large cap gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%. 

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham, termasuk pengendali dan asosiasinya. Walau pada akhirnya, pihak BREN menyanggah itu dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan koreksi untuk memperbaiki situasi. 

Berikutnya untuk CUAN terkini memiliki free float 15,01%, sementara BRMS sebanyak 52,1%. 

Kinerja BREN 

Jika melihat pada kinerja keuangan terkini sampai September 2024, BREN masih berhasil mencatat laba, meskipun terjadi kontraksi pada pendapatan. 

BREN mencatat pendapatan turun tipis 0,89% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 441,29 juta untuk periode sepanjang Januari - September 2024. Rinciannya, pendapatan diperoleh dari penjualan listrik US$202,96 juta, penjualan uap US$91,38 juta, biaya manajemen US$37.000, penjualan karbon kredit US$1.000, pendapatan sewa operasi US$117,18 juta, dan pendapatan sewa pembiayaan US$29,72 juta. 

Menurut manajemen BREN, penurunan pendapatan ini terjadi karena produk turun dan ada gangguan bisnis geotermal di unit 2 Darajat. Namun, sisi positifnya, gangguan tersebut pada awal September 2024 sudah selesai dan operasional kembali normal. 

Seiring dengan itu, perusahaan juga mampu melakukan efisiensi dengan menurunkan biaya operasional, sehingga margin EBITDA tetap di kisaran 85%. 

Alhasil, untuk laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk masih tercatat positif sebanyak US$ 86,06 juta, tumbuh 1,88% yoy.

Dividen Tidak Relevan Bagi Investor Saham? BACA INI DULU
Ada Dividend Irrelevance Theory yang menilai dividen itu tidak berdampak terhadap harga saham, tapi bukan berarti dividen itu bukan sesuatu yang tidak menarik untuk dikejar. Simak penjelasannya di sini

Kinerja CUAN 

Beralih ke CUAN, untuk kinerja keuangan sampai September 2024 berhasil mencatat laba US$30,44 juta, naik 162,69% secara tahunan (yoy). 

Capaian laba ciamik tersebut diperoleh dari pendapatan yang melesat 612,86% yoy jadi US$ 546,05 juta. Pendapatan tersebut didorong penjualan batu bara sebesar US$178,16 juta, konstruksi dan rekayasa senilai US$177,8 juta, penambangan sebesar US$165,9 juta, jasa sebesar US$22,82 juta, dan pendapatan lain-lain senilai US$1,2 juta.  

Jika menilai berdasarkan pelanggan,  pendapatan CUAN diperoleh dari pihak ketiga yaitu PT Freeport Indonesia sebesar US$112,96 juta, PT Kideco Jaya Agung sebesar US$76,33 juta, Flame Asia Resources Pte. Ltd. sebesar US$48,02 juta, serta pelanggan di bawah 10% sebesar US$308,73 juta. 

Di sisi lain, seiring dengan naiknya pendapatan, beban yang dikeluarkan CUAN juga meningkat lebih dari 10 kali lipat secara tahunan, dari US$ 35,77 juga menjadi US$ 436,3 juta. 

Meski begitu, secara nominal dari total pendapatan masih bisa mengkompensasi kenaikan beban pokok pendapatan, sehingga CUAN masih menghasilkan laba yang positif. 

Kinerja BRMS 

Terakhir, untuk kinerja BRMS sampai September 2024 mencatat laba bersih US$ 15,65 juta, naik 49,61% dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Laba tersebut didapatkan dari lonjakan pendapatan hingga 231% yoy menjadi US$ 108,47 juta, meski terjadi pembengkakan beban dari US$ 15,2 juta menjadi US$ 56,09 juta. 

Mengutip CNBC Indonesia, Agus Projosasmito, Direktur Utama BRMS, mengatakan, ada dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan kinerja keuangan BRMS pada 2024. 

"Pertama, produksi emas kami terus meningkat dikarenakan kandungan emas yang diproses lebih tinggi di tahun 2024. Kedua, kenaikan harga jual emas ditahun 2024 juga berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perusahaan," ujarnya dalam keterangan resminya, Senin (2/12/2024).

Sementara Direktur Keuangan BRMS Charles Gobel menjelaskan, BRMS sedang dalam proses mendapatkan fasilitas pinjaman untuk mendanai konstruksi penambangan bawah tanah di Palu.

"Kami berharap untuk dapat memproses bijih dengan kandungan emas yang lebih tinggi dari tambang bawah tanah kami di Palu di akhir tahun 2027," sebutnya.

Sementara Direktur & Investor Relations BRMS Herwin Hidayat menambahkan, perseroan akan menyampaikan laporan mengenai data cadangan mineral dengan standar JORC (Joint Ore Reserves Committee) di bulan depan.

"Laporan tersebut juga memuat informasi terkait cadangan mineral dengan kandungan emas yang lebih tinggi dari prospek tambang bawah tanah di lokasi tambang River Reef (Poboya, Palu)," pungkasnya.

Kesimpulan

Kami menilai perubahan komposisi MSCI kali ini tidak terlalu signifikan mengalami perubahan. Saham konglo yang digadang-gadang banyak analis bisa masuk ke MSCI pun lebih sekadar harapan mengingat kenaikan harga saham, dengan nilai tingkat free float yang tinggi seperti BREN, CUAN, hingga BRMS membuatnya dianggap berpeluang masuk indeks global.

Kami menilai perubahan partisipan MSCI justru terjadi di bagian Mikro dan Small Market Cap. Bisa ada penurunan atau naik kelas.

Adapun, jika saham-saham dengan tingkat market cap free float yang cukup besar seperti BREN, atau yang di bawahnya seperti CUAN dan BRMS masuk MSCI akan menjadi membuat fluktuasi harganya menarik. Pasalnya, inflow dana asing bisa masuk ke saham-saham tersebut, terutama ETF dari fund asing yang secara otomatis akan menyesuaikan dengan perubahan partisipan di indeks tersebut.

Seperti, BREN yang menurut data BEI per November 2024 memiliki bobot ke IHSG sebesar 3,47 persen. Hingga 24 Januari 2025, tingkat market cap free float BREN sekitar 9,19 miliar dolar AS. Jika masuk MSCI, BREN akan menjadi saham MSCI Indonesia terbesar keempat. Meski, dalam beberapa waktu terakhir, harga saham BREN terus mengalami penurunan.

Namun, momen ini jangan sampai membuat kita terlena atau fear of misisng out (FOMO) untuk masuk lebih banyak, mengingat harga yang sudah naik tinggi dalam waktu yang relatif cepat, biasanya risiko turun cepat juga bisa saja terjadi. 

Di sisi lain, valuasi dari BREN dan CUAN sudah dinilai sangat mahal. Sebagai catatan saja, BREN dihargai menggunakan Price to Book Value (PBV) ada di 171,32 kali, sementara CUAN berada di 73,69 kali. 

Khusus untuk BRMS kami menilai valuasi nya masih di level yang paling masuk akal di PBV 3,24 kali dan relatif undervalue dari rata-rata industri di 4,1%, menurut data simply wall st. 

Kami menilai momentum ini lebih menarik digunakan untuk trading buy jangka pendek saja dibandingkan dengan investasi. Namun, tetap dipertimbangkan dengan posisi teknikal-nya, mengingat beberapa yang sudah naik signifikan membuat posisinya tidak berada di best price untuk beli. 

Meski begitu, jika memang benar tiga saham itu bisa masuk ke indeks MSCI, mereka bakal mendapatkan manfaat seperti bakal lebih banyak dilirik investor asing sehingga demand buy harga sahamnya bisa meningkat dalam jangka pendek.

PROMO JANUARI 2025: JOIN MIKIRDIVIDEN BONUS PAKET E-BOOK SAHAM PERTAMA

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini