Dua Sosok Investor Indonesia yang Lagi Naik Daun, Ini Bocoran Porto Sahamnya
Ada dua sosok investor Indonesia yang lagi naik daun, keduanya memiliki saham yang lagi melonjak tinggi karena momentum maupun aksi korporasi. Siapa mereka dan apa saja isi porto sahamnya?

Mikirduit – Ada dua sosok yang berada di balik layar beberapa saham booming yang terjadi di saham-saham seperti BRMS, PIPA, MEJA, dan lainnya. Kami akan membahas kedua sosok dan pegangannya saat ini. Siapa saja kedua sosok ini?
Highlight
- Sugiman Halim dikenal sebagai investor besar dengan kepemilikan dominan di BRMS senilai triliunan rupiah, serta mulai merambah ke saham BOAT dan DOSS.
- Noprian Fadli melalui Morris Capital dan Triple B Advisory terlibat dalam sejumlah aksi korporasi seperti backdoor listing di saham PIPA, MEJA, dan NINE.
- Investor ritel tidak bisa serta-merta mengikuti langkah para pemegang saham besar, melainkan perlu analisis mandiri untuk menentukan timing dan strategi investasi yang tepat.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Sosok pertama adala Sugiman Halim, sebagai salah satu investor individu skala besar. Kami tidak menemukan rekam jejak lebih detail terkait Sugiman Halim selain pernah menjadi Komisaris di CENT selama periode 2017-2021.
Selain itu, Sugiman juga dikaitkan dengan PT MAC Sarana Djaya yang merupakan provider Distributed Antenna System (DAS) dengan target market di gedung tinggi yang ada di Indonesia. Sehingga, bisa disimpulkan Sugiman Halim cukup dekat dengan sektor telekomunikasi.
Meski begitu, salah satu yang mengejutkan adalah aksi Sugiman membeli 6,2 persen saham BRMS sebanyak 5,85 miliar lembar pada 11 Oktober 2021. Jika mengacu ke harga BRMS kala itu sekitar Rp96 per saham, berarti modal pertama saat Sugiman masuk ke BRMS senilai Rp561 miliar.
Setelahnya, sepanjang Oktober-November 2021, Sugiman terus akumulasi saham BRMS hingga memiliki sekitar 8,38 miliar lembar. Total investasi Sugiman di BRMS pun tembus sekitar Rp830 miliar dengan asumsi harga rata-rata sekitar Rp100 per saham. (Kala itu harga saham BRMS bergerak antara Rp90 - Rp100 per saham).
Sugiman terus melakukan akumulasi saham BRMS, serta melakukan beberapa pemindahan saham BRMS-nya dari beberapa sekuritas seperti, MG ke CC, MG ke OD. Hingga 28 Agustus 2025, total kepemilikan Sugiman di saham BRMS tembus 10,55 miliar lembar.
Jika mengacu ke harga BRMS per 23 September 2025, berarti total aset Sugiman di BRMS sudah tembus Rp6,8 triliun.
Menariknya, Sugiman Halim juga mulai merambah ke beberapa saham lainnya pada akhir 2024. Kedua saham itu adalah BOAT dan DOSS.
Jika merujuk ke data pemegang saham di atas 5 persen, Sugiman sempat memiliki 4,41 persen saham BOAT setara 154,51 juta lembar saat IPO. Namun, kami menilai Sugiman masuk lewat IPO karena namanya tidak ada di list pemegang saham pre-IPO BOAT. Artinya, Sugiman masuk ke BOAT senilai Rp15,45 miliar jika mengacu ke harga IPO perseroan.
Lalu, sepanjang November, Sugiman terus menambah kepemilikannya di harga Rp135 - Rp140 per saham hingga kini memiliki 10,56 persen saham BOAT setara 369 juta lembar. Sehingga total aset Sugiman di saham BOAT dengan harga per 23 September 2025 senilai Rp48 miliar.
Selain itu, Sugiman juga membeli saham DOSS di pasar reguler (bukan ketika IPO). Transaksi pembelian saham DOSS terjadi pada 15 November 2024. Kala itu, Sugiman membeli 169 juta lembar saham dengan porsi kepemilikan sebesar 9,85 persen. Jika mengacu ke harga saham DOSS saat itu, berarti total modalnya sektiar Rp26 miliar.
Sugiman baru mulai akumulasi saham DOSS pada April 2025 hingga kini memiliki sekitar 9,97 persen atau setara 172 lembar saham tersebut. Dengan menggunakan harga saham per 23 September 2025, nilai aset Sugiman di saham DOSS sekitar Rp30 miliar.
Lalu, apakah saham BOAT dan DOSS yang diborong Sugiman bisa menjadi Next BRMS juga?
Jika dilihat BOAT memiliki bisnis sewa kapal dengan klien berasal dari beberapa pihak mulai dari Pertamina, anak usaha ENRG, anak usaha SHIP, hingga PT Gelombang Seismic Indonesia (GSI).
BOAT memiliki wilayah kerja dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tengggara, Kalimantan, Papua, hingga Malaysia dan Thailand.
Secara prospek kinerja, BOAT juga dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak dunia. Alasannya, saat harga minyak dunia naik berarti akan mendorong kenaikan aktivitas pengeboran dan konstruksi di wilayah kerja migas. Hal itu akan membutuhkan jasa perseroan.
Sehingga jika ada pembalikan harga minyak dunia ke 80 dolar AS, BOAT bisa cukup terdorong dari segi harga saham.
Menariknya, langkah Sugiman membeli saham DOSS hingga di atas 5 persen. DOSS adalah emiten ritel penjual produk kamera. DOSS memegang pangsa pasar penjualan kamera sebesar 28 persen dan menjadi salah satu pemimpin pasar.
Salah satu kelebihan DOSS, mereka punya basis customer Business to Government dari lembaga pemerintahan, sekolah, hingga pemerintah daerah.
Dari manajemen DOSS, mereka mengandalkan hubungan yang kuat dengan komunitas fotografi untuk menjaga ruang pertumbuhan. Lalu, perseroan juga menggandeng ERAA untuk menperjual-belikan produk Iphone di DOSS Megastore Ratu Plaza milik perseroan.
Secara bisnis, sentimennya akan kalah seksi dibandingkan dengan BOAT. Pasalnya, ini bisnis ritel yang sangat niche, yakni produk kamera. Meski, segmen marketnya pasti menengah ke atas yang tidak akan terpengaruh inflasi atau bisnis yang memang butuh peralatan kamera.
Kisah Noprian Fadli
Salah satu tokoh yang mencuat lainnya adalah Noprian Fadli yang merupakan pemilik dari Morris Capital dan Triple B Advisory. Noprian dikenal setelah membawa beberapa transaksi backdoor listing seperti PIPA hingga MEJA.
Noprian Fadli memiliki rekam jejak sebagai lulusan Program Pendidikan Eksekutif Bank Niaga pada 2001 - 2002. Lalu, dia bekerja di bank tersebut selama 10 tahun dari 2001-2010 dengan posisi Account Officer hingga bergabung ke Investment Banking Group CIMB di Malaysia. Karier tertingginya menjabat sebagai Banking Head and Caretaker Corporate Banking Group Head pada 2009-2010.
Jika merujuk ke website Triple B Advisory, ada beberapa saham yang dimunculkan dan diasosiasikan memiliki hubungan dengan perusahaan yang dipimpin Noprian Fadli. Saham-saham itu antara lain, PIPA, NINE, LAPD, MEJA, ASHA, hingga GPSO.
Untuk PIPA, hubungan terkuat dengan Noprian Fadli sudah terjadi lewat transaksi jual-beli dengan Morris Capital. Perusahaan yang mengakuisisi PIPA itu juga terkait dengan sosok Noprian Fadli.
Lalu, MEJA juga menjadi salah satu entitas yang diakuisisi langsung oleh Triple B Advisory.
Dalam kasus NINE, Noprian masuk sebagai komisaris dan mengambil alih kepemilikan setelah perusahaan tersebut tidak memiliki direktur utama. Sampai akhirnya, Noprian bernegosiasi dengan Grup Poh untuk mengakuisisi NINE. Meski, transaksi akuisisi NINE berjalan sangat panjang hingga ada revisi CSPA dan perubahan harga beli.
Sementara itu, korelasi Noprian dengan ASHA melalui PT Asha Fortuna Corpora. Namun, kami belum menemukan korelasi kuat antara LAPD, GPSO dengan Noprian melalui Triple B Advisory maupun Morris Capital.
Di sisi lain, berhubungan NINE, PIPA, dan MEJA yang menjadi entitas terafiliasi dengan Noprian Fadli mencatatkan aksi korporasi seperti backdoor listing, banyak pihak yang menilai saham ASHA juga berpotensi terjadi hal serupa. Namun, ini sifatnya spekulasi dan ketidakpastian sampai ada pengumuman resmi.

Kesimpulan
Dengan melihat dari porto saham-saham pihak terkait itu, apakah bisa jadi acuan untuk ikut beli sahamnya? Nah, untuk ritel yang mencari saham tidak bisa serta merta mengikuti langkah para owner atau pemegang saham yang agak besar (Middle fund). Kecuali, kamu ingin cuan dalam trading saham.
Jika ingin investasi dalam jangka menengah, seperti Sugiman yang investasi di BRMS sejak 2021, kamu juga harus memahami posisi beli terbaik untuk jangka menengah. Jangan sampai kamu mengejar harga saat booming dan hold jangka menengah, ternyata harga sahamnya mengalami normalisasi akibat kamu beli terlalu tinggi atau ketika di pucuk.
Jadi, kamu bisa menganalisis sahamnya dan mencari jalan masuk terbaik untuk investasi jangka menengah.
Kami akan membantumu dalam menganalisis saham secara mandiri dan membangun conviction lewat Short Bootcamp Stockverse: Memilih Saham Cuan Secara Mandiri
Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 7 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Untuk tahap awal, kami membuka pendaftaran inden (sebelum materi video edukasi dibuka) sebagai pre-sale tahap 1 dengan diskon lebih dari 60% menjadi Rp1,5 juta Rp350.000 hanya berlaku hingga 30 September 2025 (Kuota terbatas hanya 100 pendaftar pertama).