Dejavu Semangat Pangkas Produksi Nikel Indonesia, Begini Nasib Sahamnya di 2026

Saham nikel mendapatkan angin segar setelah Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar berencana memangkas produksi.Lalu, apa saja saham yang menarik terkait kabar ini?

saham nikel

Mikirduit – Saham nikel mendapatkan angin segar setelah pemerintah Indonesia berencana memangkas produksi bijih nikel hingga 35 persen pada 2026. Lalu, apakah ini menjadi katalis positif dalam jangka menengah untuk sektor nikel?

Highlight
  • Rencana pemangkasan produksi bijih nikel hingga 35% pada 2026 memang mendorong kenaikan saham nikel dalam jangka pendek, namun potensi surplus global yang masih tinggi membuat dampak positif jangka menengah belum tentu berkelanjutan.
  • Pengalaman rencana pemangkasan serupa pada 2024 yang gagal terealisasi menunjukkan bahwa sentimen kebijakan sering kali hanya mengerek harga nikel sementara sebelum kembali terkoreksi.
  • Kinerja saham nikel pada 2026 akan lebih ditentukan oleh realisasi ekspansi emiten, normalisasi low base effect, serta dinamika harga nikel, dengan profil risiko dan valuasi yang sangat berbeda antara NCKL, MBMA, dan HRUM.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Harga saham nikel kompak naik setelah sepekan terakhir muncul usulan pemangkasan produksi nikel sekitar 35 persen menjadi 250 juta ton pada 2026. Meski, dari BMO Capital Markets memperkirakan pasar nikel masih berpotensi surplus 240.000 ton pada 2026, sedangkan Indonesia pangkas sekitar 50.000 ton. Sehingga tingkat surplus masih cukup tinggi. 

Sementara itu, nikel Rusia Nornickel memperkirakan Supply tembus 275.000 ton pada 2026, setelah surplus 240.000 ton pada tahun ini.

Lalu, apakah rencana pemangkasan produksi ini akan berdampak positif? jawabannya belum tentu.

Pasalnya, di 2024, pemerintah juga mengajukan rencana yang sama, yakni ingin memangkas kuota produksi bijih nikel dari 272 juta ton menjadi 150 juta ton pada 2025. Namun, realisasinya, produksi bijih nikel di 2025 diperkirakan sekitar 370 juta ton hingga 300 juta ton.

Adapun, kisah rencana pemangkasan produksi bijih nikel itu juga sempat mengerek harga nikel dunia LME tembus 16.000 dolar AS per ton. Hingga akhirnya realisasi rencana-nya tidak terjadi yang membuat harga nikel kembali koreksi ke 14.000-15.000 dolar AS per ton.

Rencana Ekspansi Saham-saham Nikel di 2026

Perkembangan saham nikel di 2026 bisa dipengaruhi normalisasi pasca growth tinggi karena masalah keterlambatan persetujuan RKAB 2024 yang membuat kinerja 2024 menjadi low base. Sehingga, pertumbuhan di 2025 akan tergantung dengan perkembangan harga nikel dan rencana ekspansi emiten. Berikut rencana emiten nikel pada 2026 yang kami himpun: 

Saham NCKL

Saham NCKL akan menyelesaikan konstruksi smelter RKEF dalam dua fase. Untuk fase pertama selesai di akhir 2025, dan fase kedua di 2026. Nantinya, kapasitas optimal dari RKEF tersebut bisa mencapai 185.000 feronikel.

NCKL masih memiliki beberapa tambang nikel yang masih dalam tahap eksplorasi, yakni PT  Gane Tambang Sentosa (2.314 hektar), PT Jikodolong Megah Pratiwi (luas 1.884 hektar), dan PT Obi Anugerah Mineral (1.775 hektar).

Dari konsensus analis, NCKL diperkirakan bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih 2026 sekitar 21,64 persen menjadi Rp163 per saham. Persentase pertumbuhan ini lebih rendah dari asumsi full year 2025 yang diperkirakan tumbuh 32,67 persen menjadi Rp134 per saham. Namun, anomali growth saham nikel di 2025 memang disebabkan hal teknis persetujuan RKAB yang sempat telat di semester I/2024.

Jika menggunakan proyeksi laba bersih tersebut, potensi dividen NCKL pada 2025-2026 dengan tingkat payout rasio sekitar 30 persen, berarti berpotensi sebesar 3,61 persen (2025) dan 4,39 persen (2026). Dengan tingkat dividen per saham Rp40,2 per saham (2025) dan Rp48,9 per saham (2026)

10 Saham Bank dengan Pertumbuhan Bisnis Agresif dan Berkualitas Pada 2025 (Edisi Kuartal III/2025)
Kami menghimpun data kinerja keuangan per kuartal III/2025 untuk memberikan peringkat saham bank yang mencatatkan pertumbuhan paling agresif dengan tetap menjaga kualitas bisnisnya. Siapa saja mereka?

Saham MBMA

Saham MBMA berencana mengoperasikan smelter HPAL terbarunya dengan kapasitas 90.000 ton per tahun pada pertengahan 2026. Di luar itu, belum ada rencana ekspansi yang lebih jelas dari MBMA.

Jika dihitung dari cadangan terbukti, MBMA menjadi emiten nikel ketiga dengan cadangan terbesar setelah INCO dan ANTM, yakni sebesar 235 juta wet metrik ton. Selain itu, MBMA juga punya sumber daya (yang belum tentu semuanya jadi cadangan) nikel hingga 1 miliar ton. 

Dengan melihat dari konsensus analis, MBMA menjadi salah satu saham nikel yang berpotensi mencatatkan pertumbuhan kinerja paling agresif sepanjang 2026. Laba bersih per saham MBMA diperkirakan naik 396 persen menjadi Rp25 per saham pada 2026. Pertumbuhan itu cukup agresif mengingat pertumbuhan laba bersih per saham MBMA di 2025 sekitar 50,9 persen menjadi Rp5 per saham.

Catatannya, secara historis grup Merdeka Gold Copper ini tidak pernah bagi dividen. Sehingga ada potensi tidak ada dividen.

Dari segi valuasi dengan PE dan EV/Ebitda, MBMA menjadi saham nikel paling mahal dengan tingkat PE sekitar 125 kali dan EV/Ebitda 31 kali. Jika dihitung dengan PBV, MBMA jadi yang paling mahal kelima.

Saham HRUM

Saham HRUM menjadi emiten batu bara yang mulai mencatatkan pendapatan dari bisnis nikelnya. Untuk 2026, HRUM juga berencana mengoperasikan secara komersial smelter HPAL-nya dengan kapasitas 67.000 ton di kuartal I/2026.

Namun, pekerjaan rumah dari HRUM adalah cadangan bijih nikel tercatatnya hanya di 79,3 juta metrik ton. Jika ada aksi akuisisi tambahan bisa jadi sentimen dalam jangka pendek hingga menengah apabila cadangan nikel yang diakuisisi cukup besar.

Dari konsensus analis, laba bersih HRUM di 2026 diproyeksikan naik 59 persen menjadi Rp150 per saham. Pertumbuhan laba bersih itu lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada 2025 yang diperkirakan sebesar 49,21 persen menjadi Rp129 per saham.

Untuk HRUM juga tidak terlalu konsisten membagikan dividen. Sementara itu, secara valuasi saham HRUM menjadi yang termurah secara PBV dengan tingkat PBV per 24 Desember 2025 sekitar 0,94 kali. Namun, secara PE menjadi yang termahal ketiga, serta EV/EBITDA menjadi yang termahal kelima.

Lalu, Bagaimana dengan Proyeksi dan Momentum Saham Nikel Lainnya Seperti ANTM, INCO, DKFT, NICE, NICL, hingga IFSH?

Kami telah merilisnya di Stock Digest by Mikirsaham. Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini