COCO Kejar Dana Rp266 miliar, Begini Strategi Investasi Saham Jika Ada Right Issue
Beberapa emiten mulai mengumumkan rencana right issue secara detail, setelah ada IRSX dan IMJS, kini INET dan COCO juga mengumumkan rencana serupa. Tapi, bagaimana strategi investasi saham jika ada sentimen right issue?

Mikirduit – Dalam sepekan terakhir ada dua emiten yang mengumumkan rencana detail right issue-nya, yakni ada INET dan COCO. Lalu,bagaimana strategi screening saham right issue yang menarik dibeli?
Highlight
- Right issue COCO dan INET sama-sama jumbo, namun berbeda pada harga pelaksanaan dan adanya bonus waran dari INET.
- Investor perlu memperhatikan komponen penting seperti harga pelaksanaan, rasio right issue, pembeli siaga, waran, penggunaan dana, dan owner.
- Right issue jumbo berpotensi menekan harga saham ke level teoritis, sehingga strategi eksekusi dan analisis fundamental sangat krusial.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
COCO melakukan right issue dengan total lembar saham baru 2,6 miliar (atau sekitar 1/4 dari target awal di 8,5 miliar lembar). Harga pelaksanaan senilai Rp100 per saham sehingga total dana yang dihimpun sekitar Rp266 miliar.
Mahogany Global Investment Pte. Ltd. sebagai pengendali perseroan akan menjadi pembeli siaga dalam right issue ini.
Meski nilai total dana right issue yang dihimpun kecil, hanya Rp266 miliar, tapi rasio right issue cukup jumbo sekitar 1:3 artinya 1 saham lama dapat 3 saham baru. Sehingga jika kamu punya Rp100 juta saham COCO di harga Rp400 per saham, berarti kamu harus siapkan dana Rp75 juta untuk eksekusi saham barunya.
Di sisi lain, pemilik hak saham baru COCO mau tidak mau harus eksekusi right issue agar tidak terkena penyesuaian harga teoritis yang signifikan. Jika kami hitung dengan asumsi harga COCO di Rp454 per saham, artinya harga teoritis bisa ke Rp188 per saham.
COCO berencana menggunakan dana right issue senilai Rp266 miliar itu untuk beberapa kebutuhan seperti:
- Rp85 miliar untuk belanja modal terkait pembelian mesin, perlatan, IT, dan fasilitas pendukung dengan rincian, Rp45 miliar untuk beli mesin midstream, serta Rp40 miliar untuk belanja modal memperkuat fasilitas produksi perseroan saat ini.
- Sisanya setara Rp181 miliar untuk modal kerja perseroan.
Sementara itu, INET menerbitkan 12,8 miliar lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham. Perbedaan antara right issue INET dengan COCO, saat diumumkan, harga pelaksanaan right issue INET di atas dari harga pasar. Namun, setelah pembukaan pasar hari selanjutnya, harga INET naik ke atas harga pelaksanaan tersebut. Dari aksi korporasi ini, INET berpotensi mendapatkan dana sekitar Rp3,2 triliun.
Right issue INET juga tergolong jumbo karena memiliki rasio 3:4 artinya 3 saham lama mendapatkan 4 hak saham baru. Misalnya, kamu punya saham INET sebanyak Rp100 juta di harga Rp286 per saham, berarti kamu harus eksekusi saham baru sekitar Rp65 juta.
Perbedaan paling mencolok lainnya adalah INET memberikan bonus waran dengan skema 25 lembar saham baru yang dieksekusi investor akan mendapatkan 6 lembar bonus waran seri 2 INET. Nantinya, waran tersebut bisa ditukar menjadi saham biasa dengan eksekusi di harga Rp300 per saham (di atas harga pasar saat ini).
Jika dihitung, kamu bisa mendapatkan waran minimal 1 lot jika mengeksekusi saham baru minimal 6 lot saham baru.
Penggunaan dana right issue INET paling besar digunakan untuk pembangunan jaringan fiber to the home dengan teknologi terbaru di Bali dan Lombok.
Hal yang Harus Diperhatikan dari Saham Right Issue
Jika dilihat ada beberapa perbedaan dan persamaan antara right issue COCO dengan INET. Beberapa perbedaan itu antara lain:
- Sejak awal, COCO pasang harga di bawah pasar, sedangkan INET sempat pasang di atas harga pasar
- INET menawarkan waran
Untuk persamaan, right issue keduanya memiliki rasio jumbo, hingga pengendali menjadi pembeli siaga. Lalu, bagaimana menggambarkan prospek saham yang sedang melakukan right issue?
Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam aksi right issue:
- Harga pelaksanaan
- Rasio right issue
- Pembeli Siaga
- Bonus Waran
- Penggunaan dana
- Owner
Empat dari enam komponen tersebut bisa berkesinambungan dengan prospek pergerakan harga saham sebelum maupun setelah right issue.
Right issue yang sifatnya netral adalah right issue yang rasionya di bawah 1:1 (1 saham lama mendapatkan hak tebus 1 saham baru). Dengan begitu, tingkat dilusinya akan cukup rendah. Dalam skema right issue ini, harga pelaksanaan bisa di atas maupun di bawah harga pasar, tergantung dengan komitmen dari pengendali. Ditambah, jika ada pembeli siaga dari pengendali bisa menjadi nilai plus. Namun, right issue dalam kondisi netral ini wajib memperhatikan fundamental sahamnya untuk menilai prospek setelah right issue. Pasalnya, pergerakan harga jelang right issue akan tidak terlalu berfluktuatif.
Lalu, ada right issue yang terlihat netral, tapi ada karakter owner yang bisa menggerakkan harga saham. Misalnya, saham MINA yang right issue pada Juli 2025. Saham tersebut melakukan right issue, yang menurut kami cukup netral. Pasalnya, rasio 2:1, serta harga pelaksanaan di bawah harga pasar. Bahkan, dalam skema right issue ini tidak ada pembeli siaga.
Apalagi, dari segi penggunaan dana right issue sepenuhnya hanya untuk modal kerja.

Namun, ada perubahan struktural dari Basis Utama yang dimiliki Hapsoro ke Hapsoro secara langsung dengan cara mengalihkan hak right issuenya kepada Hapsoro.
Di sisi lain, dari segi sentimen, emiten Hapsoro juga lagi naik daun. Bertepatan itu, MINA ikut terkerek naik bersama dengan tren BUVA.
Selain itu, ada right issue jumbo yang secara rasio sangat besar, yang dianggap minimal 1 saham lama bisa mendapatkan 1 saham baru. Dalam right issue jumbo juga terbagi menjadi tiga jenis:
Pertama, right issue jumbo dengan harga pelaksanaan jauh di bawah harga pasar. Biasanya, akan membuat harga saham mengalami penyesuaian harga teoritis yang signifikan seperti right issue PYFA. Kala itu PYFA sudah tembus Rp1.000-an per saham hingga menyesuaikan harga karena ada jumlah lembar saham baru yang sangat banyak di harga sangat rendah. Akhirnya harga saham PYFA disesuaikan ke area Rp150-an per saham setelah right issue.
Jika pemegang saham tidak eksekusi saham baru, mereka bisa mengalami floating loss yang cukup besar. Hal ini yang berpotensi dialami oleh COCO, meski tidak sebesar PYFA. Sehingga cara terbaik untuk masuk ke saham karakter right issue begini adalah dengan menunggu right issue hingga selesai agar posisi harga bisa lebih murah karena penyesuaian harga teoritis.
Kedua, right issue jumbo dengan harga pelaksanaan tidak terlalu jauh dari harga pasar. Misalnya WIFI right issue dengan rasio 4:5 yang bisa dibilang cukup jumbo. Tapi, harga pelaksanaannya tidak terlalu jauh dari harga pasar, yakni di Rp2.000-an per saham. Akhirnya, kenaikan harga saham WIFI baru terjadi setelah right issue selesai.
Dari kejadian WIFI, kami menilai ada aksi penjagaan harga agar tidak terlalu tinggi dari harga right issue (yang membuat investor publik bisa eksekusi saham baru), serta harga right issue terlalu rendah yang bisa membuat likuiditas saham berkurang.
Hal ini berpotensi terjadi di INET dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham. Ada potensi, harga saham INET akan dijaga tidak jauh dari Rp250 per saham. Lalu, baru mulai menunjukkan tajinya setelah right issue selesai pada Desember 2025.
Dalam skema ini, kita bisa menunggu hingga jelang akhir periode right issue. jika harga tidak ada perubahan signifikan dan berada di dekat area harga pelaksanaan, kita bisa coba spekulasi masuk dengan harapan setelah right issue owner bisa mengangkat naik.
Ketiga, right issue jumbo dengan waran. Kami mencatat hanya beberapa right issue yang diterbitkan bersamaan dengan waran. Konon, keberadaan waran bisa jadi pemanis untuk investor ritel mengeksekusi saham baru dari aksi right issuenya.
Beberapa aksi right issue dengan waran antara lain FREN-W, PYFA-W, hingga yang teranyar ada IRSK-W bersama INET-W.
Jika dilihat historisnya, FREN-W seri 2 malah hangus karena FREN merger dengan EXCL. Sementara itu, bagi PYFA yang punya PYFA-W dengan harga pelaksanaan di Rp800 per saham, serta trading-nya imulai sejak 25 April 2024 hingga 19 April 2025, kini harga sahamnya mulai mendekati ke harga pelaksanaan warannya.
Lalu, bagaimana dengan INET? kami menilai bisa saja harga saham INET mendekati ke Rp300 per saham (Bahkan ini tercapai pada 2 Oktober 2025 meski langsung susut). Namun, berhubung aksi right issue masih di Desember 2025, dalam jangka pendek ada potensi konsolidasi sideways terlebih dulu.
Kesimpulan
Dengan banyaknya variabel yang membuat harga saham bergerak fluktuatif akibat right issue, sebaiknya perlu memperhatikan beberapa komponen untuk mengukur risiko dan peluang yang bisa terjadi.
Pelajari Semua Strategi Dalam Saham Dalam Mini Bootcamp Stockverse: Memilih Saham Cuan Secara Mandiri bersama Mikirsaham
Mikirduit menyelenggarakan Bootcamp Short Course Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 9 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Kami sudah masuk ke Harga pre-sale 2 di Rp750.000. Harga pres-sale kedua berlaku hingga 15 Oktober 2025. Daftar Sekarang dengan Klik di Sini
Harga pendaftaran setelah 30 September 2025:
- Harga Pre-sale 3: Rp1 juta (16-25 Oktober) -> Kuota 100 Peserta
- Harga Normal: Rp1,5 juta (26 - 31 Oktober 2025)