Berkah Puasa, Siapa yang Lebih Cuan Saham Alfamart vs Indomaret?

Bicara puasa, banyak yang menilai saham ritel bakal ketiban berkah, terutama Alfamart dan Indomaret. Dari kedua ini, mana yang lebih cuan ya?

Berkah Puasa, Siapa yang Lebih Cuan Saham Alfamart vs Indomaret?

Mikirduit – Jelang ramadan, perusahaan ritel seperti Alfamart dan Indomart disebut berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar. Apakah benar? lalu siapa yang lebih oke, Alfamart via AMRT atau Indomaret yang terafiliasi dengan DNET? 

Aktivitas belanja di bulan puasa diperkirakan meningkat yang menjadi salah satu sentimen musiman, salah satunya ke saham ritel minimarket tersebut. Dengan jaringan yang tersebar di banyak wilayah, momen Ramadan dianggap positif untuk saham-saham tersebut. Lalu, apakah efeknya ke harga saham saja atau juga ke kinerja keuangannya? kami akan ulas saham AMRT dan DNET di sini.

Saham AMRT

Jika dilihat secara historis dalam 10 tahun terakhir, tren harga saham AMRT pada periode Maret dan April mencatatkan historis kenaikan harga saham yang cukup tinggi. Dalam 5 tahun terakhir, periode Ramadan terjadi diantara Maret dan April. Rata-rata, harga saham AMRT naik 6 persen selama sebulan di Maret dan April.

Jika melihat tren kinerjanya, sepanjang kuartal kedua dalam 3 tahun terakhir, dari segi pendapatan memang mencatatkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal lainnya. 

Misalnya, di 2023 aja, pada kuartal pertama dan ketiga, AMRT mencatatkan rata-rata omzet sekitar Rp26 triliun, tapi di kuartal kedua senilai Rp27 triliun. 

Begitu juga di 2 tahun lainnya. Seperti di 2022, pendapatan di kuartal pertama hanya senilai Rp22,9 triliun. Lalu, di kuartal ketiga dan keempat masing-masing Rp24,25 triliun dan Rp24,78 triliun, sedangkan di kuartal kedua senilai Rp24,97 triliun. 

Lalu, di 2021, saat rata-rata pendapatan kuartal pertama, ketiga, dan keempat berkisar Rp19 triliun hingga Rp21 triliun, pendapatan di kuartal kedua senilai Rp22,79 triliun. 

Hanya saja, ada catatan di bagian laba bersih, meski pendapatan di kuartal kedua menjadi paling besar, tapi tingkat laba bersihnya masih kalah dibandingkan dengan kuartal keempat. Hal itu disebabkan adanya biaya penjualan dan promosi selama momen puasa, serta ada beban THR di periode tersebut. 

Lalu, bagaimana dengan fundamental AMRT?

Secara umum, bisnis AMRT ini memiliki tingkat gross profit margin yang lumayan, yakni sekitar 20-an persen, tapi net profit marginnya cukup tipis hanya sekitar 2 persen. 

Meski begitu, sebagai bisnis ritel, rasio perputaran persediaan AMRT cukup baik, dari data kuartal III/2023, AMRT mampu menjaga rasio perputaran persediaan di kisaran 6 kali. Apakah ini terbaik? secara teori sih perputaran persediaan secara umum yang oke di 4-8 kali. Di mana, berarti jumlah pergantian persediaan cukup sering dan risiko barang rusak karena terlalu lama disimpan menjadi lebih rendah.

Ditambah, AMRT memiliki utang berbunga yang sedikit, hanya Rp171 miliar dari total ekutias Rp12,11 triliun. 

Jika melihat proyeksi kinerja AMRT full year 2023, perseroan akan mencapai pendapatan tembus di atas Rp100 triliun, tepatnya Rp109 triliun. 

AMRT diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 13,03 persen menjadi Rp109,55 triliun, sedangkan laba bersihnya naik 18,14 persen menjadi Rp3,37 triliun. 

Tren pertumbuhan kinerja AMRT  diperkirakan berlanjut di 2024 yang diproyeksikan pendapatan tumbuh 11,59 persen menjadi Rp122,25 triliun dan laba bersih tumbuh 19,98 persen menjadi Rp4 triliun. 

Jika dilihat dari segi valuasi, saham AMRT ini dalam posisi yang tidak terlalu murah, tapi juga belum mahal banget. PE-nya berada di 34,79 kali sedikit di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 35,98 kali. Artinya, harga wajar AMRT ada di Rp2.947 per saham atau hanya 6,8 persen lebih tinggi dari harga saat pembukaan 7 Maret 2024. 

Konsensus analis pun menargetkan target price saham AMRT ada di Rp3.355 per saham.

Saham JSMR Dapat Berkah dari Mudik Lebaran, Mitos atau Fakta?
Saham JSMR sering disebut dapat berkah mudik lebaran. Seberapa besar efeknya ke pendapatan JSMR? atau malah cuma mitos belaka? simak analisisnya di sini.

Saham DNET

DNET bisa dibilang tidak berhubungan langsung dengan Indomaret. Jadi, DNET ini adalah emiten hasil backdoor listingnya PT Indoritel Persada Nusantara pada 2013. Jadi Indoritel Persada ini adalah holding company milik Grup Salim yang memiliki beberapa investasi seperti di Indomaret, Fast Food Indonesia (KFC dan Taco Bell), dan Sari Roti. 

Perbedaan ini yang membuat pola pembentukan harga pada periode Maret dan April agak berbeda dibandingkan dengan AMRT.Bahkan, Maret bisa dibilang menjadi salah satu bulan yang tidak begitu bagus bagi DNET. 

Dari segi kinerja keuangan, pendapatan perseroan juga tidak mengikut siklus. Kenaikan tertinggi kinerja perseroan terjadi di kuartal keempat. Namun, dari segi laba bersih, perseroan mencatatkan pola yang hampir mirip dengan AMRT, yakni ada kenaikan penjualan di kuartal ketiga, meski porsi cuan terbesar ada di kuartal keempat. 

Hal itu disebabkan, pendapatan dari Indomaret tercatat sebagai entitas asosiasi sehingga tidak terepresentasi dalam pendapatan. Untuk itu, perbandingan AMRT dan DNET ini juga rada tidak imbang karena DNET berstatus pemilik entitas perusahaan holding Grup Salim yang membawahi bisnis ritelnya tersebut. 

Dari segi tingkat utang, DNET juga memiliki tingkat debt to equity ratio lebih tinggi dibandingkan dengan AMRT, yakni sebesar 0,51 kali. Meski, posisi itu juga masih cukup aman. 

Salah satu lagi kekurangan DNET adalah harga saham perseroan kurang likuid dibandingkan dengan AMRT. Bayangkan, per 7 Maret 2024, DNET  hanya tercatat ada 154 lot yang masuk di bid beli dan 1.178 lot yang di offer jual. Artinya, jika masuk modal besar, ada risiko susah keluarnya. 

Berbeda dengan AMRT di mana tingkat bid-offer masih sekitar 60.000-an lot dengan porsi yang masih cukup imbang. 

Kalau posisi valuasi dengan PE, DNET jauh lebih tinggi daripada AMRT dengan posisi 68,84 kali, meski jika dilihat secara historis masih berada di bawah PE rata-rata 5 tahunnya sih. Ditambah, DNET juga tidak bagikan dividen sehingga memang kurang menarik bagi investor ritel. 

Kesimpulan

Jika membandingkan kedua saham yang dianggap kompetitor karena DNET menjadi induk dari pemegang saham Indomaret, kami lebih condong masuk ke AMRT. Pasalnya, posisi DNET bukan bisnisnya secara langsung melainkan hanya pemegang saham. Sehingga kurang representatif menggambarkan kinerja dari sektor ritel.

Apalagi, ada banyak kekurangan DNET, mulai dari saham kurang likuid hingga tidak bagikan dividen. Sehingga jika tertarik AMRT menjadi pilihan yang menarik karena dari segi saham likuid dan ada dividen, meski tidak terlalu besar. 

Kamu pernah hold atau lagi watchlist salah satu dari saham ini?

MEMBURU DIVIDEN DI MUSIM RUPS TAHUNAN? YUK BELAJAR DAN DAPATKAN PILIHAN SAHAM DIVIDEN TERBAIK DI MIKIRDIVIDEN

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi bundling ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini