BBNI Pangkas Target NIM di 2025, Begini Prospeknya
Bank BNI tampaknya masih dalam mode hati-hati menyalurkan kredit dan fokus memperbaiki likuiditas dulu. Alhasil, target net interest margin (NIM) pada tahun ini direvisi turun. Apakah masih menarik dilirik saham-nya atau wait and see dulu?

Mikirduit - Bank pelat merah RI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih fokus melonggarkan likuiditas ketimbang agresif menyalurkan kredit. Target NIM tahun ini juga direvisi turun, lantas masih menarik-kah untuk dilirik saham-nya atau wait and see dulu?
Highlight
- BBNI menurunkan target NIM menjadi 3,8% di 2025, namun tetap fokus melonggarkan likuiditas dengan LDR yang turun ke level sehat 86,2%.
- Meski laba bersih turun 5,6% yoy akibat PPOP melemah dan beban provisi naik, penyaluran kredit korporasi dan konsumer masih tumbuh double digit.
- Saham BBNI dinilai menarik berkat valuasi murah di bawah rata-rata historis serta prospek yield dividen di atas 8%.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Melansir paparan public expose Bank BNI pada Senin (8/9/2025), manajemen menyampaikan revisi turun untuk target NIM menjadi 3,8 persen pada tahun ini, dari target sebelumnya di kisaran 4 persen sampai 4,2 persen. Sementara itu, untuk guidance pertumbuhan kredit dan Cost of Credit (CoC) masih tetap.

Dibalik revisi target NIM tahun ini, BBNI pada paruh pertama tahun ini mengalami tekanan terhadap laba bersih karena lemahnya Pre-Provision Operation Profit (PPOP) dan meningkatnya beban provisi untuk menjaga kualitas kredit.
Sebagai catatan, pada paruh pertama 2025, PPOP turun 1,7 persen yoy, sementara beban provisi alias beban yang dialokasikan sebagai cadangan untuk risiko kredit melonjak 7,9 persen yoy. Hal ini membuat laba bersih BBNI tergerus 5,6 persen yoy menjadi Rp10,09 triliun, tetapi risiko kredit yang tercermin dari Non Performing Loan (NPL) berhasil dikurangi dari level 3 persen menjadi 2,9 persen.
Untuk menjaga kualitas kredit dan pertumbuhan profitabilitas ke depan, BBNI juga fokus melonggarkan likuiditas lebih dulu pada setengah tahun ini. Buktinya, terlihat pada Loan to Deposit Rasio (LDR) melonggar cukup banyak dari level 94 persen menjadi 86,2 persen.
Sebagai catatan, LDR itu semakin bagus kalau nilainya semakin turun, idealnya berada di level 80% - 90%, jadi level LDR BBNI saat ini bisa dibilang termasuk sudah mulai sehat, dari yang sebelumnya ketat.
Melonggarnya LDR di semester I//2025 ini terjadi berkat dana pihak ketiga (DPK) yang melesat 16,5 persen yoy, sementara penyaluran kredit tumbuh moderat 7,1 persen yoy.

Update Kinerja Penyaluran Kredit BBNI
Bicara soal kredit, sampai akhir Juni 2025 yang berhasil disalurkan BBNImencapai Rp778,7 triliun. Kalau melihat dari portofolio kredit bank pelat merah ini, segmen korporasi dan konsumer masih menjadi kontributor utama.
Rinciannya, korporasi naik 10,4 persen yoy menjadi Rp435,8 triliun, didorong pembiayaan untuk swasta, BUMN, dan institusi pemerintah. Sementara, kredit konsumer tumbuh 10,7 persen yoy menjadi Rp147 triliun, utamanya ditopang personal loan (11,7 persen yoy) dan KPR (9,9 persen yoy).

Peluang Saham Bank BNI
Kami melihat masih ada peluang saham BBNI, meskipun ada tantangan NIM lebih moderat tahun ini dan masih menghadapi persaingan dana pihak ketiga (DPK) :
Pertama, menurut kami penyaluran kredit lebih ekspansif di sisa tahun 2025. berkat dukungan likuiditas dari pengalihan Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah ke Himbara, termasuk BBNI.
Ini juga inline dengan guidance pertumbuhan kredit perseroan di kisaran 8 - 10 persen, tidak berubah dari yang ditetapkan dari awal tahun, meskipun kredit yang disalurkan sampai pertengahan tahun ini masih di bawah target.

Lebih jauh, BBNI tercatat mendapatkan aliran likuiditas sekitar Rp55 triliun. Manajemen juga menyatakan siap menyalurkan ke sektor produksi seperi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), infrastruktur, energi terbarukan, serta pembiayaan hijau.
Kalau menghitung suntikan dana SAL tersebut ke dana pihak ketiga (DPK) sampai akhir Juni 2025 terhadap kredit yang sudah disalurkan, LDR BBNI bisa lebih longgar lagi ke kisaran 82 persen.
LDR di paruh kedua bisa jadi lebih longgar, jika perusahaan bisa menjaga momentum pertumbuhan DPK lebih pesat lagi, dengan tetap memperhatikan penyaluran kredit yang lebih hati-hati dan menjaga kualitas kredit.
Kedua, valuasi sudah makin murah.
Valuasi BBNI bisa dibilang murah kalau kita melihat dari metrik price to book value (PBV) band selama lima tahun terakhir. Ini terjadi karena setahun terakhir ini, saham BBNI sudah terjerembab lebih dari 20%, alhasil valuasinya kini di 0,98 kali PBV, posisinya bahkan di -1 standar deviasi, masih jauh dari harga wajar seharusnya di 1,15 kali PBV.

Ketiga, prospek yield dividen BBNI >8%
Dalam paparan public expose live 2025, manajemen BBNI sempat menyebutkan prospek payout ratio dividen tak akan jauh-jauh dari yang ditetapkan tahun sebelumnya.
"Kemungkinan besar dividend itu akan di-set di kisaran yang mirip dengan tahun sebelumnya yaitu 65 persen. Tapi tentu ini masih menunggu keputusan RUPS tahunan," ungkap Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemenadalam public expose Live, Senin, (8/9/2025).
Kalau menggunakan asumsi DPR tahun lalu di 65 persen, kami menghitung peluang dividen yang bisa dibagikan sekitar Rp351,83 per lembar. Dari nilai ini, jika dibandigkan harga saham BBNI di Rp4.200, bisa menghasilkan cuan sekitar 8,4 persen.
Prospek cuan dividen di atas 8 persen tentu menarik, karena sudah berada di atas yield obligasi pemerintah dan deposito perbankan.
Mau Tau Strategi Menganalisis Saham Cuan Sendiri, Termasuk Masuk Sebelum Sahamnya Naik?
Yuk ikut event mini bootcamp Mikirduit di Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 7 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Untuk tahap awal, kami membuka pendaftaran inden (sebelum materi video edukasi dibuka) sebagai pre-sale tahap 1 dengan diskon lebih dari 60% menjadi Rp1,5 juta Rp350.000 hanya berlaku hingga 30 September 2025 (Kuota terbatas hanya 100 pendaftar pertama).
Daftar Sekarang Mumpung Masih Pre-sale 1 dengan Kuota Terbatas Hanya untuk 100 orang Pertama