Ada Rotasi Saham Konglo ke Fundamental? Begini Cara Manajemen Porto Agar Tetap Cuan

Mulai ada narasi kalau berpotensi terjadi rotasi sektoral dari saham konglomerat, backdoor, dll ke saham fundamental. Lalu, bagaimana cara kita menyikapi kondisi tersebut?

saham gorengan

Mikirduit – Dalam dua tahun terakhir kalimat fundamental is dead mengemuka ke seantero pelaku pasar karena melihat tren saham yang naik cenderung saham konglomerat yang sulit dihitung dengan kalkulasi fundamental bisnis serta valuasi yang menarik, serta saham backdoor listing dan corporate action. Namun, ada peluang rotasi sektoral kembali ke saham fundamental tersebut.

Highlight
  • Tren rotasi sektoral mulai menunjukkan pergeseran dari saham konglomerat dan backdoor listing menuju saham fundamental berbasis kinerja bisnis yang lebih sehat.
  • Strategi yang lebih bijak dibanding market timing adalah manajemen portofolio dengan pembagian jangka panjang, menengah, dan pendek sesuai tujuan serta toleransi risiko.
  • Dengan kombinasi saham fundamental dan saham booming sesuai horizon investasi, investor dapat membangun portofolio yang lebih seimbang dan berpotensi memberikan keuntungan berkelanjutan.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Sebenarnya, kalau dibilang dalam dua tahun terakhir saham fundamental tidak kemana-mana juga nggak sih. Pasalnya, dari pilihan saham Mikirsaham yang di-update setiap bulan itu jika mengikuti area BUY yang kami tentukan bisa mendapatkan rata-rata keuntungan 30-60 persen dari posisi terbawah. Namun, persentase keuntungan saham fundamental memang terlihat kecil jika dibandingkan dengan saham yang lagi booming.

Di sisi lain, kami menilai mau itu saham fundamental maupun booming, kita bisa mengoptimalkan keuntungannya. Hal itu bisa dilakukan dengan melakukan alokasi aset di portofolio sesuai dengan tingkat risiko.

Sebelum itu, kami akan memberikan gambaran, apa itu saham fundamental based dan saham gorengan,

Pertama, saham fundamental based adalah saham yang pergerakan harga sahamnya selaras dengan tren kinerja keuangan atau bisnisnya. Biasanya, saham ini bisa mengalami penurunan harga saham ketika ada sentimen negatif muncul. Lalu, mulai kembali naik lagi ketika kinerjanya membaik seperti dari laba turun kemudian mulai membaik, atau dari rugi menjadi laba, hingga yang tadinya laba bersih naik 5 persen lalu menjadi 10 persen.

Selain itu, biasanya saham yang harganya fundamental based ini cukup likuid. Meski, ada juga beberapa saham non-fundamental based yang kurang likuid. Namun, pergerakan harga sahamnya tetap mengacu ke perkembangan fundamental-nya juga. Biasanya yang kurang likuid ini ada di saham secondliner dan thirdliner.

Dengan begini, kelebihan saham fundamental adalah kita bisa lebih mudah memperkirakan potensi kenaikan atau penurunan, dan sangat cocok untuk investasi jangka menengah-panjang. Risikonya, saat kondisi ekonomi kurang oke yang berdampak terhadap kinerja keuangannya yang kurang bagus membuat harga sahamnya bisa tertekan hingga kondisi ekonomi membaik.

Kedua, saham booming yang harganya bisa naik karena ada sentimen atau narasi dari aksi korporasi, sentimen kebijakan pemerintah, atau faktor lainnya yang belum terefleksi terhadap fundamental bisnisnya. Namun, harga sahamnya bisa turun bisa karena faktor teknis seperti owner melakukan penjualan atau take profit bertahap atau pihak ketiga (market maker atau yang kami sebut middle fund) yang melakukan trading di saham tersebut. 

Di sisi lain, risiko dari saham booming terutama yang sangat tidak likuid ini adalah ketika story-nya selesai atau pihak penggerak tidak melakukan BUY lagi, serta posisi BUY ritel sudah jenuh, harga saham bisa turun. Apalagi, jika ditambah owner atau market maker yang kami sebut middle fund melakukan aksi jualan. Harga saham bisa turun dengan tingkat pembeli yang sangat sedikit. Akhirnya, harga saham malah auto rejection bawah atau ARB. 

Lalu, kelebihan dari saham booming ini adalah tingkat fluktuasi yang tinggi sehingga persentase keuntungan bisa terasa besar. Risikonya, meski sudah cuan besar jika hold hingga periode akhir, ada risiko kita susah untuk melakukan penjualan di posisi harga yang optimal. Pasalnya, saham tidak likuid. Saat aksi jual meningkat, tingkat daya beli turun drastis. Sehingga jika alokasi modal terlalu besar, ada risiko jual bertahap dari cuan hingga posisi floating loss. Untuk itu, karakter saham booming begini cocoknya untuk jangka pendek saja.

Market Timing Rotasi Sektoral vs Manajemen Portofolio

Sejak akhir pekan lalu, mulai ada signal jika pasar saham mulai rotasi sektoral dari saham konglomerat menjadi fundamental based seperti big bank dan beberapa saham lainnya. Lalu, apakah artinya harus memindahkan semua saham booming (konglomerat, backdoor listing, FCA) ke saham fundamental based?

Biasanya, strategi itu disebut market timing. Secara teori bisa cuan besar. Mengambil take profit dari saham yang lagi booming sebelumnya, lalu memindahkan yang lagi murah dan siap naik. Namun, masalahnya apakah posisimu di saham konglo dan backdoor listing lagi cuan besar? serta apakah posisi harga saham fundamental pasca kenaikan kencang masih area best price? Di sini ada risiko periode lagging proses penjualan saham booming dan cash segar untuk masuk ke saham fundamental.

4 Saham yang Berpotensi Masuk MSCI di November 2025
Tren narasi masuk MSCI lagi marak. Setiap saham yang naik didaulat berpotensi masuk MSCI. Berikut ini kami buat hitungan saham yang punya probabilitas masuk MSCI

Ketimbang fokus bergerak dengan cara market timing rotasi sektoral, kami lebih pilih strategi manajemen portofolio. Jadi, seperti yang sudah dijelaskan (cukup sering), kami membagi portofolio menjadi tiga bagian, jangka panjang, menengah, dan pendek. Tujuannya, untuk mengakomodir rasa penasaran kita terhadap saham-saham booming, serta tetap manajemen risiko dengan ada porsi saham fundamental yang masuk saat harga murah.

Lalu, bagaimana strateginya:

  • Saham jangka panjang: khusus saham yang bisnisnya masih bertumbuh (bukan lagi tertekan secara sektoral maupun internal bisnisnya yang bermasalah). Serta wajib punya dividen di atas 7 persen sebagai acuan keuntungan lebih besar dari tingkat yield SBN. Biasanya periode hold 2-3 tahun dengan evaluasi lanjutan ke depannya. 
  • Saham jangka menengah: untuk di saham ini, nggak perlu ada dividen. Fokus di tipe porto ini adalah capital gain. Target sahamnya bisa mulai saham value, growth, contrarian (yang kami selalu berikan update di mikirsaham.com), serta saham booming jika dari hitungan punya prospek upside yang menarik. Untuk saham ini bisa gak hold lama-lama jika sudah cuan di atas 30 persen. Dengan toleransi hold terlama 2 tahun (angka toleransi hold ini bisa berubah sesuai dengan perkembangan dinamika ekonomi)
  • Saham jangka pendek: di sini sifatnya trading dari saham booming hingga fundamental untuk mengambil upside jangka pendek. Dari guideline kami biasanya target keuntungan 10 persen. Tapi, jika secara teknikal, pergerakan harga sahamnya sudah kurang menarik, bisa keluar meski sebelum 10 persen. Tujuannya hanya untuk mengambil gain dari jangka pendek.

Dengan skema tersebut, kamu akan punya porto saham dengan strategi market timing serta fundamental based. Dengan begitu, harapannya tingkat keuntungan bisa lebih sustainable. Meski, tidak menutup kerugian yang terjadi ya. Pasalnya, tidak ada yang pasti di pasar saham. Seperti, saham jangka pendek bisa saja mendekati level stop loss yang maksimal 9 persen. (dari guideline kami) dengan toleransi jika aksi volume jual tidak besar bisa hold. Pasalnya, saham-saham di jangka pendek memiliki tingkat volatilitas yang cukup tinggi.

Mau Belajar Cari Saham Cuan Secara Mandiri dan Dapat Insight Saham Pilihan dari Mikirsaham?

Pas banget, kami juga lagi ada promo bundling mikirsaham pro dengan event mini bootcamp Stockverse: Mencari Cuan Secara Mandiri.

Di sini, kamu bisa praktek cari saham sendiri dan mendapatkan insight untuk mempermudah pembelajaran hingga nantinya kamu bisa menganalisis saham secara mandiri.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Benefit Stockverse:

  • Video edukasi Lifetime
  • Event online, 1 November 2025 (belajar teknikal), 8 November 2025 (menciptakan strategi investasi saham sendiri), 9 November 2025 (Market Outlook)

Kamu bisa beli paket bundling ini cuma Rp950.000 dari harga sebelum diskon Rp2,1 juta dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini