5 Hal yang Wajib Diketahui Jelang Pembukaan Market Pasca Libur Waisak

Tidak sesuai ekspektasi, pasar saham regional bergerak mix saat Trump dan Xi Jinping gencatan senjata perang dagang. Ada yang menguat, tapi ada juga yang koreksi dalam. Kira-kira, IHSG bakal kemana besok ya?

pasar saham besok

Mikirduit – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mencatatkan kenaikan positif setelah kabar Pemerintah negeri Paman Sam mencapai kesepakatan dengan China untuk saling menurunkan tarif dagang hingga 90 hari ke depan. Berikut ini, 5 hal yang wajib kamu ketahui sebelum mulai trading dan investasi saham Indonesia pada 14 Mei 2025. 

Saham Indonesia mengalami respons delay dari tren kenaikan harga saham setelah Amerika Serikat dan China sepakat untuk memangkas tarif hingga 90 hari ke depan. Untuk itu, kami merangkum 5 hal yang harus kamu ketahui sebelum investasi di saham Indonesia besok.

Pertama, Memahami Efek dari Kesepakatan AS dan China Terhadap Pasar Saham

Salah satu angin segar jelang Sell in May and Go Away adalah AS menurunkan tarif ke China dari 145 persen menjadi 30 persen, sedangkan China menurunkan tarif ke AS menjadi 10 persen dari sebelumnya 125 persen. Namun, penurunan tarif ini bersifat sementara sesuai dengan hasil negosiasi selanjutnya dalam 3 bulan ke depan. 

Kesepakatan itu membuat indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan 3,26 persen hingga penutupan perdagangan 12 Mei 2025, sedangkan indeks Dow Jones naik 2,81 persen.

Namun, market regional mencatatkan kinerja yang tidak terlalu ber-euforia atas kesepakatan Trump dengan Xi Jinping tersebut. Beberapa indeks saham Asia yang mencatatkan penguatan antara lain:

  • Nikkei Jepang naik 1,78 persen
  • Shanghai China naik 0,19 persen
  • KLSE Malaysia naik 2,04 persen

Sementara itu, beberapa indeks saham Asia justru mencatatkan penurunan yang cukup signifikan seperti:

  • BSE30 India turun 1,04 persen
  • BSET Thailand turun 0,9 persen
  • Hangseng Hong Kong turun 1,52 persen.

Kedua, Menelisik Penyebab Beberapa Indeks Saham Asia justru mengalami Penurunan yang Cukup Dalam

Penurunan signifikan indeks saham Hang Seng selaras dengan kekhawatiran pemerintah China berpotensi tidak meningkatkan stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Alasannya, perang dagang dengan AS telah mencapai tahap gencatan senjata sementara.

Charu Chanana, Kepala Strategi di Saxo Market mengatakan, ketidakpastian bukan lagi tentang saling perang tarif, tapi tentang bagaimana kebijakan tarif existing akan mempengaruhi laba dan momentum ekonomi, terutama jelang kuartal III/2025. "Jadi, meskipun tensi perang dagang mereda, tapi ujian sebenarnya baru datang, yakni bagaimana konsumen dan korporasi merespons perubahan realitas perdagangan bilateral saat ini," ujarnya. 

Sementara itu, indeks saham India mencatatkan koreksi karena lagi ada sentimen internal terkait konflik antara India dan Pakistan. Apalagi, pada Senin malam 12 Mei 2025 disebut ada pertikaian lintas batas di area Rajouri.

Pemerintah India pun merespons dengan meningkatkan kesiapan militernya untuk merencanakan aksi balasan. 

Meski begitu, upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan berjalan dengan tenang. Namun, kondisi India dan Pakistan yang memanas menjadi bumbu tambahan saat perang dagang Trump dan Xi Jinping tengah mereda.

Begini Skenario Jika Grab Jadi Akuisisi GOTO
Kabar GOTO mau diakuisisi GRAB mencuat di tahun ketiga berturut-turut, apakah tahun ini akan kejadian? simak skenario jika Grab jadi akuisisi GOTO

Ketiga, Trump Menebar Genderang Perang Dagang Lebih Intens dengan Eropa

Setelah damai dengan China, kini Trump menebar genderang perang dagang dengan Eropa. Hal itu terjadi setelah Trump mengatakan kalau Eropa menjadi regional yang lebih jahat daripada China. Ucapan itu muncul tepat setelah kesepakatan untuk menurunkan perang tarif antara Amerika Serikat dengan China. 

Trump mengatakan, Eropa itu sangat tidak adil. Mereka menjual 13 juta mobil kepada Amerika. "Namun, kami tidak menjual apapun ke mereka. Lalu, mereka menjual produk pertanian kepada kami, tapi kami hampir tidak menjual apapun ke mereka. Jadi, mereka [Uni Eropa] benar-benar tidak membeli apa-apa dari kami" ujarnya.

Di sisi lain, jeda tarif resiprokal ke Uni Eropa akan berakhir pada akhir Juni 2025. Beberapa pihak mulai khawatir kalau Eropa gagal membuat kesepakatan yang bagus dengan AS. 

Sebelumnya, Uni Eropa sempat dikenakan tarif resiprokal sebesar 20 persen dengan tambahan 25 persen untuk tarif onderdil kendaraan. 

Keempat, Harga Emas Tumbang, sedangkan Harga Komoditas Lainnya Tidak Merespons Agresif

Harga emas langsung tumbang 2 persen setelah pemerintah AS sepakat gencatan senjata perang dagang dengan China. Harga emas dunia turun 2,1 persen menjadi 3.254 dolar AS per troy ounce, sedangkan harga emas ANTM turun 11 persen menjadi Rp1,88 juta per gram. 

Penurunan harga emas selaras dengan asumsi risiko ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat dengan China sudah mereda. 

Namun, gencatan senjata perang dagang itu tidak mempengaruhi laju harga komoditas secara umum menjadi lebih signifikan. 

Misalnya, harga batu bara masih berada di bawah 100 dolar AS per ton, tepatnya di 98 dolar AS per ton. Harga minyak Brent turun tipis 0,09 persen menjadi 64,9 dolar AS per barel, Harga nikel juga cenderung sideways dan masih berada di area 15.500-an dolar AS per ton.

Dengan kondisi begini, kami menilai efek ke saham komoditas tidak begitu signifikan. Kecuali, sahamnya tidak terlalu likuid sehingga saat ada dana skala menengah masuk bisa mengerek harga sahamnya.

Kelima, Jika Asing Masuk, Mereka Akan Pilih Saham dengan Bobot Besar ke IHSG

Hingga akhir April 2025, ada 10 saham dengan tingkat bobot besar ke IHSG dari metrik market cap free float adjusted. Ke-10 saham dengan bobot besar ke IHSG itu antara lain:

  • BBCA (8,89 persen)
  • BBRI (8,7 persen)
  • BMRI (6,36 persen)
  • BYAN (5,07 persen)
  • TLKM (4,45 persen)
  • BREN (3,38 persen)
  • AMMN (3,33 persen)
  • DCII (3,18 persen)
  • ASII (3,16 persen)
  • GOTO (2,72 persen)

Ke-10 saham itu berpotensi menjadi target investor asing institusi jika ada inflow asing yang masuk. Beberapa yang dikecualikan antara BYAN dan DCII yang dinilai memiliki tingkat likuiditas yang cenderung kecil, bobot ke IHSG cukup besar karena berdasarkan basis kenaikan harga yang signifikan.

Secara teori, jika ada sentimen yang dianggap berdampak positif terhadap ekonomi Indonesia, saham banking, terutama yang skala besar, bisa menjadi target pilihan investor asing. 

Namun, gencatan senjata Amerika Serikat - China ini bisa berujung perlambatan ekspansi dan investasi China ke Indonesia (jika ada yang on-going). Kecuali, investasi terkait sudah dari sebelum perang dagang telah direncanakan untuk masuk ke Indonesia.

Jadi, Bagaimana Strategi Investasi Saham Jelang Pembukaan Pasca Libur Waisak?

Kamu bisa temukan dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini