Peluang Kebangkitan Kinerja SSIA di Semester II/2025, Buy or Bye?
SSIA menjadi salah satu saham kawasan industri yang diperbincangkan setelah BYD memutuskan bangun pabrik di Subang. Lalu, bagaimana prospek saham SSIA yang kinerjanya lagi melambat di sepanjang semester I/2025?

Mikirduit – Saham SSIA sudah naik 82 persen sepanjang 2025 hingga 21 Agustus 2025. Lalu, bagaimana prospek saham SSIA ke depannya jelang rampungnya pabrik BYD?
Highlight
- Kinerja SSIA berpotensi rebound di kuartal III/2025 berkat tambahan penjualan lahan Subang ke BYD sebesar 80 hektar.
- Rebranding Gran Melia Bali menjadi Paradisus by Melia bisa jadi motor pertumbuhan bisnis hotel mulai 2026.
- Subang Smartmetropolitan & proyek energi terbarukan membuka peluang SSIA punya sumber cuan jangka panjang.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Saham SSIA mendapatkan momentum besar setelah mobil asal China, BYD, memutuskan bangun pabrik di kawasan industri Subang Metropolitan yang dimiliki perseroan sejak 2024. BYD memborong lahan milik SSIA dalam jumlah besar, secara total transaksi pertama sekitar 108 hektar, dengan transaksi kedua 18 hektar. Kabarnya, akan bertambah lagi sebesar 80 hektar.
Transaksi pembelian lahan 108 hektar BYD sudah dicatatkan dalam laporan keuangan akhir 2024. Total transaksi BYD mencapai di atas 10 persen pendapatan perseroan, artinya bisa mencapai di atas Rp600-an miliar. (dari total pendapatan Rp6,25 triliun).

Di sisi lain, kinerja SSIA sepanjang paruh pertama 2025 mengalami perlambatan. Pendapatan perseroan secara akumulasi mencatatkan penurunan 9,8 persen menjadi Rp2,11 triliun, sedangkan bottom line SSIA mencatatkan kerugian Rp34 miliar dibandingkan dengan laba bersih Rp105 miliar.
Salah satu penyebab perlambatan kinerja SSIA sepanjang paruh pertama 2025 antara lain, dari segi pendapatan mengalami perlambatan karena dari segmen bisnis hotel SSIA, yakni Gran Melia Bali tengah melakukan renovasi sehingga tidak beroperasi. Padahal, Gran Melia Bali memiliki kontribusi cukup besar untuk segmen perhotelan.
Sementara itu, pendapatan dari kawasan industri mencatatkan kenaikan 68 persen menjadi Rp167 miliar. Namun, catatannya dari segi marketing sales yang mengalami perlambatan dengan catatan volume penjualan tanah yang terjual hanya 8,3 hektar dibandingkan dengan 118 hektar pada periode sama tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan karena ada permintaan tanah besar dari BYD pada 2024.
Meski begitu, manajemen SSIA masih optimistis dengan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4 persen menjadi Rp6,5 triliun, serta laba bersih naik 30 persen menjadi Rp304 miliar.
Lalu, apa saja yang bisa menjadi penopang kinerja SSIA yang saat ini masih merugi Rp34 miliar?
Potensi Pendorong Kinerja SSIA
Hasil dari meeting dengan manajemen SSIA, kami menemukan beberapa potensi momentum SSIA yang bisa mendorong kinerjanya menjadi lebih baik dari posisi saat ini.
Pertama, untuk kinerja semester II/2025 SSIA berpotensi menjadi lebih baik karena ada potensi transaksi penjualan lahan yang lebih besar.
Manajemen memperkirakan marketing sales bisa mencapai 137 hektar dengan 120 hektar dari subang, sedangkan penjualan secara acoounting akan sebesar 140 hektar dengan 120 hektar di Subang. Angka itu termasuk rencana extention BYD sebesar 81 hektar yang harusnya bisa dibukukan pada kuartal III/2025.
Dengan catatan ini, seharusnya bisa membuat kinerja SSIA di kuartal III/2025 berbalik arah menjadi positif dari saat ini negatif Rp34 miliar.
Kedua, bisnis hotel Gran Melia Bali yang akan di-rebranding menjadi Paradisus by Melia Bali. Renovasi Gran Melia Bali diekspektasikan rampung pada Desember 2025. Sehingga bisnis perhotelan perseroan bisa mencatatkan pertumbuhan fantastis sepanjang 2026.

Dalam perkembangannya, Paradisus Gran Melia Bali ingin menawarkan konsep baru, yakni inclusive service yang berarti biaya hotel sudah termasuk dengan makanan dan minuman dari berbagai waktu (bukan cuma sarapan) serta fasilitas lainnya.
Renovasi Paradisus Gran Melia ini tidak akan menambah jumlah room, tapi mereka akan menambah jumlah resotran dari sekitar 3-4 restoran menjadi hingga 8 restoran. Serta, dengan layanan inclusive tersebut, tarif hotel Gran Melia bisa dinaikkan lebih tinggi. Hal itu bisa mendorong pendapatan dari segmen bisnis perhotelan perseroan pada tahun depan.

Dari sini, pendorong kinerja SSIA dalam jangka pendek berasal dari kenaikan permintaan lahan di Subang, terutama tambahan dari BYD seluas 80 hektar.
Selain kedua sentimen itu, bisnis konstruksi perseroan, yakni NRCA juga mendapatkan beberapa proyek menarik. Jika dilihat dari kontrak yang diperoleh sepanjang paruh pertama 2025, nilainya memang turun menjadi Rp1,42 triliun dibandingkan dengan Rp2,26 triliun. Rata-rata pembangunan yang dilakukan NRCA terkait dengan gedung komersial seperti apartemen, hotel, dan pusat perbelanjaan.
Di luar itu, NRCA juga akan terlibat dalam pembangunan jalan tol dari area Subang Smartmetropolitan di dekat Tol Cikampek-Palimanan ke Patimban. Nantinya, NRCA akan menggarap jalan tol itu untuk bagian swasta bersama JSMR sebagai operator. Lalu, bagian jalan tol yang digarap BUMN bakal dikerjakan PTPP dan ADHI. Jalan tol ini akan mulai dibangun pada kuartal III/2025.

Kesimpulan
Subang Smartmetropolitan SSIA akan menjadi sumber revenue yang cukup panjang bagi SSIA. Dengan luas lahan sekitar 2.717 hektar dengan asumsi lahan yang dijual sekitar 65 persen atau sekitar 1700 hektar, serta asumsi rata-rata penjualan lahan per tahun sekitar 60-100 hektar. SSIA bisa mendapatkan pendapatan dari penjualan lahan di Subang selama kurang lebih di atas 10 tahun ke depan. Apalagi jika didukung dengan kenaikan harga tanah, berarti bisa jadi sumber pendapatan tambahan perseroan.
Selain itu, SSIA juga memiliki rencana besar untuk membangun pembangkit listrik seperti POWR hingga water treatment dan harapannya bisa recycle sebagai sumber pendapatan recurring income perseroan.
Manajemen mengungkapkan pihaknya sudah bekerja sama dengan PLN dan melirik potensi pembangkit listrik energi baru terbarukan. Terdekat, SSIA berencana membuat PLTS solar panel dengan kapasitas 15-30 MW. Setelahnya, perseroan membuka peluang membangun EBT lagi seperti dari mini hydro, pembangkit listrik dari sampah, hingga mini nuklir yang disebut memungkinkan dibangun di area-nya di Karawang.
Kami Berikan Strategi Detail untuk Saham SSIA di Mikirsaham.com
Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini