OJK Tak Kunjung Kasih Efektif, Begini Prospek 3 Right Issue yang Kompak Tertunda
Ada 3 saham yang right issuenya kompak tertunda karena belum menerima surat efektif dari OJK. Lalu, gimana prospeknya?
Mikirduit – Ada tiga saham yang berencana melakukan right issue dalam waktu dekat, tapi ternyata ditunda. Ketiga saham itu antara lain, PANI, CSIS, dan INET, apa yang sebenarnya terjadi?
Highlight
- Penundaan right issue PANI dan CSIS terjadi karena belum keluarnya surat pernyataan efektif dari OJK, sementara INET belum memberikan keterangan resmi.
- Secara pasar, saham PANI turun 2 persen dan CSIS turun 8 persen setelah penundaan, tetapi dampaknya dinilai masih bersifat administratif.
- Right issue ketiga emiten membawa potensi berbeda: PANI berpotensi menarik secara jangka pendek, CSIS lebih fluktuatif, dan INET berisiko tinggi karena suspensi serta potensi penyesuaian harga teoritis yang besar.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Dari keterangan PANI dan CSIS, keduanya akan merevisi jadwal aksi korporasi karena masih menunggu diterbitkannya surat pernyataan efektif dari OJK. Namun, INET belum mengumumkan keterbukaan informasi terkait rencana right issue yang tertunda tersebut.
Setelah right issue tertunda, saham PANI hingga 25 November 2025 mencatatkan penurunan 2 persen, sedangkan CSIS turun 8 persen.
Secara umum, penundaan ini sifatnya masih sekadar administrasi menunggu efektif dari regulator, dalam hal ini OJK. Sehingga tidak ada dampak signifikan. Kecuali, jika ada emiten yang membutuhkan dana right issue itu secepat mungkin bisa menjadi sebuah masalah.
Untuk itu, kami akan membahas bagaimana prospek selanjutnya dari ketiga saham ini dengan right issuenya?
Right Issue PANI
Sebelumnya, PANI membuat perkiraan jadwal right issue dengan tanggal efektif 17 November 2025, serta cum-date HMETD di pasar reguler dan negosiasi pada 25 November 2025 alias kemarin. Namun, ternyata surat efektif dari OJK belum keluar.
PANI berencana menerbitkan 1,15 miliar lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp15.000 per saham. Dari sini, total modal yang dihimpun sekitar Rp16,73 triliun. Right issue PANI ini memang terlihat jumbo secara nilai, tapi tidak jumbo secara rasio.
Rasio right issue PANI ini sekitar 119.169 saham lama memiliki hak eksekusi 7.864 saham baru.
PT Multi Artha Pratama selaku pengendali PANI akan mengambil eluruh hak saham barunya. Namun, dalam right issue ini tidak ada pembeli siaga. Jika ada saham yang tidak dieksekusi, akan diberikan kepada pemegang saham lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar. Namun, dari skema ini, Multiartha Pratama berpotensi memborong sisa saham yang tidak diserap publik.
Dana right issue sekitar Rp16,7 triliun ini mayoritas akan digunakan untuk penyertaan saham di CBDK. Jadi, PANI ingin membeli 44,1 persen saham CBDK dari PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar Jaya. Sebenarnya, ini transaksi afiliasi saja.
Sisanya, dana right issue akan digunakan untuk menambah porsi saham di tiga anak usaha, yakni CISN, KUS, dan PET. Sebenarnya, PANI sudah punya ketiga saham tersebut paling sedikit 99 persen, sehingga hanya menambah sedikit lagi saja. Nantinya, dari penyertaan dana PANI kepada ketiga anak usaha itu akan digunakan untuk belanja modal yang tidak terbatas pada pengembangan infrastruktur.
Efeknya kepada PANI adalah akan ada konsolidasi penuh dari CBDK ke PANI, yang mana mayoritas kinerja PANI berasal dari CBDK. Namun, karena kepemilikan PANI hanya 45,9 persen sehingga porsi kontribusi CBDK ke PANI turun sesuai persentase tersebut.
Artinya, ketika nanti right issue rampung, kinerja CBDK sepenuhnya akan dikonsolidasikan dengan PANI. Sehingga jika kinerja CBDK pada 2026 lanjut bertumbuh akan berdampak signifikan terhadap kinerja PANI di 2026.
Misalnya, laba bersih 2025 CBDK dengan skema Twelve Trailing Month (TTM) sekitar Rp1,5 triliun. Sementara itu, laba bersih PANI secara TTM senilai Rp929 miliar. Artinya, ada konsolidasi kinerja dari CBDK sekitar Rp675 miliar. Jika kinerja PANI dikonsolidasi penuh dengan CBDK, artinya laba PANI bisa menjadi Rp1,6 triliun - Rp1,7 triliun dengan kombinasi sumber pendapatan non-CBDK.
Sehingga efek dalam jangka pendek hingga kinerja 2026 bisa menarik.

Right Issue CSIS
Sama seperti PANI, CSIS memperkirakan jadwal sementara right issuenya dengan mendapatkan tanggal efektif pada 17 November 2025. Lalu, cum-date HMETD di pasar reguler dan negosiasi pada 25 November 2025. Namun, karena faktor administrasi rencana ini tertunda.
CSIS berencana melakukan right issue dengan menerbitkan 522,8 juta lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp380 per saham. Dari transaksi ini, perseroan akan menghimpun dana Rp198 miliar.
Right issue CSIS ini juga tidak terlalu jumbo dengan rasio 10 saham lama berhak atas 4 saham baru. Dalam transaksi ini, PT Andalan Utama Bintara selaku pengendali perseroan siap melaksanakan seluruh haknya.
Lalu, right issue CSIS juga punya waran dengan ketentuan pemilik 1000 saham baru akan mendapatkan hak 100 waran seri I. Nantinya, waran seri I itu bisa dikonversi menjadi saham biasa dengan harga Rp512 per saham mulai Mei 2026.
Rencana penggunaan dana right issue digunakan untuk empat hal utama:
Pertama, Rp93 miliar untuk membangun infrastruktur kawasan industri Cikembar
Kedua, Rp10 miliar untuk pembangunan infrastruktur di bukit Penenjoan.
Ketiga, Rp7 miliar untuk pembangunan gudang di Kawasan Industri Sentul yang bisa dijual atau disewakan
Keempat, sisanya untuk pembebasan lahan untuk menambah landbank di Kawasan Industri Cikembar.
Jika melihat, posisi harga saham CSIS saat ini sudah ada di atas harga right issue senilai Rp452 per saham. Jika right issue dilaksanakan dengan harga per 25 November 2025, berarti ada potensi adjustment harga teoritis menjadi Rp431 per saham.
Right Issue INET
INET juga menjadi korban belum mendapatkan pernyataan pendaftaran efektif yang diperkirakan 17 November 2025 dan cum-right pada 25 November 2025. Namun, sayangnya harus ditunda juga. Meski, pihak INET belum memberikan keterangan resmi.
Berbeda dengan PANI dan CSIS, right issue INET cenderung jumbo. INET berencana menerbitkan 12,8 miliar lembar saham baru. Jumlah saham baru itu lebih dari 100 persen aham baru eksisting yang hanya 9,51 miliar lembar. Dengan jumlah itu, rasio right issue INET 3 saham lama dapat hak 4 saham baru.
Harga pelaksanaan right issue INET sekitar Rp250 per saham sehingga total dana yang dihimpun sekitar Rp250 per saham. Dalam right issue ini juga ada bonus waran seri II dengan rasio pemilik 25 saham baru mendapatkan 6 waran seri II tersebut. Harga pelaksanaan waran seri 2 itu sekitar Rp300 per saham. Waran mulai bisa dilaksanakan pada Juni 2026.

Dalam kondisi ini, pengendali INET akan menjadi pembeli siaga right issue tersebut.
Untuk penggunaan dana right issue senilai Rp2,8 triliun digunakan untuk menyetorkan ke anak usaha perseroan GPI, yang akan digunakan untuk pembangunan FTTH dengan teknologi WIFI 7 untuk 2 juta homepass i Bali dan Lombok. Lalu, Rp213 miliar akan digunakan untuk penyetoran modal anak usaha PFI yang akan digunakan untuk pelunasan biaya indefeasible right of use (IRU) kepada PT Jejaring Mitra Persada, Rp135 miliar dilakukan penyetoran modal ke anak usaha, yakni IAB yang digunakan untuk membangun FTTH di Jawa bersama IJE, anak usaha WIFI, sisanya akan digunakan untuk modal kerja.
Di sisi lain, jelang cum-right yang akhirnya ditunda, saham INET juga terpaksa masuk kandang suspensi BEI setelah naik signifikan. Sebenarnya, INET sudah mendapatkan peringatan UMA pada 14 November 2025. Namun, karena harga saham INET hampir ARA pada 24 November 2025, akhirnya keesokan harinya dikenakan suspensi.
Jika menggunakan asumsi harga pasar terakhir di Rp675 per saham, serta outstanding saham tanpa memperhitungkan yang sudah eksekusi waran seri I senilai 8,84 miliar lembar saham, harga teoritis setelah right issue INET bisa ke Rp423 per saham.
Kesimpulan
Jika dilihat dari kejadian ini, kami menilai PANI yang menarik untuk spekulasi jangka pendek menunggu kepastian right issue. Sementara itu, CSIS bisa jadi pilihan, tapi tingkat fluktuasinya jauh lebih tinggi dari PANI. Apalagi, harga saham sudah di atas harga right issue.
Sementara itu, untuk INET seharusnya ini menjadi suspensi hari pertama saja. Sehingga besok akan dibuka. Jika nanti kembali meroket bisa kena suspensi lebih lama (biasanya 7 hari) hingga akhirnya masuk papan notasi khusus. Sehingga posisinya saat ini berisiko. Apalagi, INET ada risiko adjustment harga teoritis yang cukup signifikan.
Kalau mau mendapatkan insight saham sambil diskusi secara real time bersama founder Mikirduit, yuk join Mikirsaham
Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
