Memahami Deretan Peluang dan Risiko Saham CPO yang Lagi Berfluktuasi

Saham CPO mulai terjun dari pucuknya sejak harga CPO juga turun. Ditambah ada bencana banjir dan longsor di Sumatra. Lalu, bagaimana prospek saham CPO ke depannya?

saham CPO

Mikirduit – Saham CPO sempat terjun bebas sejak akhir November 2025 dan penurunan cukup dalam pada 11 Desember 2025. Lalu, apakah ada potensi saham CPO bangkit lagi atau malah memasuki fase down cycle hingga nanti ada potensi kebangkitan kedua?

Highlight
  • Harga CPO mengalami tekanan signifikan akibat penguatan ringgit, potensi lonjakan suplai Malaysia, serta penurunan pengiriman kargo, sehingga memicu koreksi tajam pada saham-saham CPO.
  • Banjir dan longsor di Sumatra menimbulkan risiko operasional bagi sejumlah emiten CPO, meski sebagian perusahaan melaporkan dampak yang terbatas dan operasional yang relatif cepat pulih.
  • Momentum jangka pendek saham CPO dapat dipengaruhi oleh negosiasi tarif dagang Indonesia–AS serta proses peluncuran program biodiesel B50 yang saat ini memasuki fase uji coba.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Kami melihat ada beberapa tekanan dalam bisnis CPO dalam beberapa waktu terakhir seperti:

Pertama, Harga CPO di Bursa Malaysia sudah turun 12,57 persen dari level tertinggi pada Oktober 2025. Dari data 9 Desember 2025, ada beberapa faktor yang membuat harga CPO turun antara lain, penguatan ringgit terhadap dolar AS yang membuat persaingan dengan komoditas pesaing seperti kedelai menjadi lebih ketat. Ditambah, ada potensi Supply pasokan CPO di Malaysia meningkat ke level tertinggi dalam 6,5 tahun terakhir. Pengiriman kargo Malaysia untuk CPO juga turun 19,7 persen di November 2025.

Kedua, bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra juga menyeret beberapa perusahaan palm oil. Mengutip dari Reuters pada 8 Desember 2025, ada sekitar 49 saham perkebunan dan 22 perusahaan pertambangan yang didenda dengan total sekitar Rp38,62 triliun. Dengan hitungan, para perusahaan kelapa sawit akan membayar sekitar Rp25 juta per hektar setiap tahunnya terkait denda tersebut. Namun, tidak jelas siapa saja perusahaan yang terkena denda tersebut.

Ketiga, Ada beberapa saham CPO yang memiliki perkebunan dan pabrik di 3 daerah terdampak banjir, yakni Sumatra utara, SUmatra Barat, dan Aceh. Sehingga ada potensi terkena dampak terhadap prospek kinerja 2025 hingga 2026. Lalu, faktor lainnya cuaca ekstrem yang terjadi juga berisiko terhadap jalur distribusi CPO hingga produktivitas yang terganggu.

Lalu, apa saja saham CPO skala menengah besar yang punya aset di 3 daerah tersebut?

Saham CPO yang Punya Aset di 3 Daerah Terdampak Banjir dan Longsor Sumatra

Kami mencatat ada 7 saham CPO yang terdampak dari bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra (dengan asumsi mereka memiliki lahan di daerah tersebut). Ke-7 itu antara lain, AALI, BWPT, LSIP, SMAR, STAA, CSRA, dan ANJT.

Namun, beberapa emiten terkait juga telah memberikan klarifikasi seperti, AALI mengaku tidak memiliki fasilitas produksi atau operasional yang terdampak oleh kejadian bencana di Sumatra tersebut. Meski, perseroan memiliki 1 perkebunan dan 1 pabrik di Aceh.

Lalu, saham LSIP mengungkapkan area yang terdampak genangan air di bawah dari 2 persen total luas perkebunan perseroan di Sumatra Utara. Hal itu disebut tidak berdampak signifikan untuk aspek finansial perseroan.

CSRA mengakui ada anak usaha yang berada di lokasi bencana banjir di Tapanuli Selatan. Anak usaha itu termasuk perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Hingga November 2025, anak usaha perseroan itu mencatatkan pendapatan sekitar Rp681 miliar.

Manajemen mengungkapkan efek banjir juga tidak signifikan karena hanya sebagian kecil dari area kebun terluar dan tidak menyebabkan kerusakan. Bahkan, kebun dan pabrik kelapa sawit perseroan sudah beroperasi normal sejak 2 Desember 2025.

Terakhir, dari ANJT juga mengakui punya kebun di Sumatra Utara melalui PT Austindo Nusantara Jaya Agri yang berlokasi di Binaga, serta PT Austindo Nusantara Jaya Agri Sialis yang berlokasi di Padang Sidempuan. Berdasarkan laporan operasional, kebun perseroan di Binaga tetap beroperasional seperti biasa dan tidak terkena dampak.

Namun, kebun perseroan di Padang Sidempuan mengalami gangguan operasional akibat curah hujan yang tinggi dan genangan air di beberapa area kebun. Ditambah, adanya sejumlah titik longsor pada jalan poros anak usaha perseroan - Padang Sidempuan sehingga menghambat akses logistik.

Akses jalan yang sempat terputus oleh longsor dikabarkan sudah kembali pulih di 2 Desember 2025. Sehingga operasional kebun di Padang Sidempuan sudah kembali beroperasi pada 3 Desember 2025.

Manajemen mengklaim tidak ada efek material yang signifikan dari kejadian ini, serta perseroan juga tidak ada potensi sengketa atau konsekuensi hukum dari bencana yang terjadi di Sumatra tersebut.

Sementara itu, beberapa saham CPO lainnya yang seharusnya kinerjanya tidak terdampak antara lain, SGRO, TBLA, TAPG, SSMS, dan DSNG.

5 Drama Saham Backdoor Listing, Tanda Akhir Anomali Saham yang Berubah Pengendali?
Skandal An Shaohong bikin heboh tiga saham, yakni LABA, KRYA, dan OLIV. Pasalnya, An Shaohong yang jadi DPO di China itu menjadi komisaris dan direksi di ketiga saham tersebut. Lalu, apakah ini jadi jalan akhir era saham backdoor listing?

Momentum dan Risiko Saham CPO Pasca Bencana

Ada dua poin momentum saham CPO dalam jangka pendek yang bisa terjadi.

Pertama, pemerintah Indonesia lagi bernegosiasi untuk bisa mendapatkan tarif untuk CPO menjadi 0 persen seperti kesepakatan AS dengan Malaysia. Menurut Plt Dirjen Agroindustri Kementerian pertanian Putu Juli Ardika, negosiasi masih berlangsung.

Sebelumnya, Malaysia mampu bernegosiasi mengurangi tarif dagang ke AS dari 25 persen menjadi 19 persen. Bahkan, produk unggulan Malaysia seperti CPO, karet, kayu, komponen penerbangan, dan farmasi dibebaskan dari tarif tersebut.

Meski, kabar terbaru perjanjian perdagangan AS dengan Indonesia yang dicapai pada Juli 2025 bisa gagal karena pihak Indonesia menarik kembali beberapa komitmen yang dibuat sebagai bagian kesepakatan tersebut.

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini

Salah satu pejabat AS yang dikutip oleh Reuters pada 8 Desember 2025 mengatakan, Indonesia mengingkari kesepakatan Juli 2025. Meski, dari segi konfirmasi pihak Indonesia masih mengaku tengah bernegosiasi dengan AS.

Juru Bicara Kementerian Perekonomian Indonesia Haryo Limanseto mengatakan dinamika dalam proses negosiasi adalah hal normal. Pihak Indonesia disebut ingin kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak bisa segera tercapai.

Kedua, sentimen peluncuran B50 atau biodiesel 50 persen. Tahapannya, per Desember 2025 sudah masuk uji coba. Sebelumnya pada Agustus 2025, pejabat senior di kementerian ESDM memperkirakan B50 akan dilaunching pada 2026, tapi tidak dilakukan pada Januari 2026. (Detail bulannya yang belum ditentukan)

Bagaimana Strategi untuk Saham CPO yang Baru Mulai Rebound? Kamu Jelaskan Detail di Mikirsaham.com

Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini