Drama Saham PMUI Jelang Listing, Hampir Dejavu NARA?
Saham PMUI hampir batal listing setelah cuma dapat dana IPO 25 persen dari target. Padahal, ketentuan dengan penjamin emisi full commitment. Begini kisahnya
Mikirduit – Saham PMUI yang tidak mencatatkan oversubscribe penawaran IPO dan memberikan penjatahan 100 persen untuk pooling allotment sempat heboh karena hampir batal. Apa yang sebenarnya terjadi?
Highlight
- Saham PMUI hanya terserap 25% dari target IPO meski menggunakan skema full commitment, membuat direksi harus menanggung kekurangan dana sendiri.
- Kegagalan penyerapan penuh ini mengingatkan pada kasus IPO NARA yang batal akibat investor menolak penjatahan penuh fixed allotment.
- Dalam IPO, porsi penjatahan tergantung minat pasar sehingga jangan berharap alokasi penuh jika ingin harga saham langsung melonjak.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Saat sore 9 Juli 2025, sempat beredar kabar PMUI batal IPO, tapi BEI membantah. Hingga muncul cerita dari Komisaris Independen PMUI Theo Lekatompessy yang mengungkapkan hanya 25 persen saham baru yang terserap. Padahal, skema yang digunakan dalam IPO ini adalah full comitment, yang artinya penjamin emisi menyerap seluruh sisa saham yang tidak laku di pasar.
"Kalau full komitmen, itu bukan urusan saya (sebagai pihak PMUI). Mau laku atau tidak, harusnya penjamin emisi ambil semua, tapi mereka gagal menyerap," ujarnya.
Bahkan Theo bersama Direktur Utama PMUI langsung menanggung kekurangan dana yang seharusnya menjadi kewajiban underwriter. "Kasarnya, saya cuci brankas. Kami bantuk penjamin emisi karena nggak mungkin ganti sekuritas di H-1. Semua kami bereskan," ujarnya.
PMUI IPO dengan harga batas atas Rp180 per lembar. Sehingga target total dana yang diraup senilai Rp208 miliar. Jika yang laris hanya 25 persen dari alokasi, berarti dana IPO hanya Rp52 miliar.
Jika dana IPO yang diraih cuma Rp52 miliar, rencana-rencana PMUI untuk beli tanah dan bangunan milik Direktur Utama senila Rp55 miliar, kasih pinjaman ke GRPM yang baru diakuisisi senilai Rp62 miliar, dan modal kerja PMUI Rp90 miliar bisa berantakan.
Adapun, periode penawaran umum PMUI dilakukan bersamaan dengan BLOG, MERI, dan CHEK, serta sebelumnya ada IPO jumbo CDIA dan COIN. Artinya, dari deretan IPO itu ada emiten baru yang jadi korban kekurangan permintaan beli saham baru dalam hal ini apesnya ada di saham PMUI.
Pasalnya, sisa dana IPO yang tidak terserap di penawaran umum CDIA dan COIN tidak bisa digunakan langsung untuk masuk ke IPO pada periode selanjutnya karena ada jeda waktu pencairan dana.
Dejavu Kejadian Nara Hotel
Sebelumnya, ada satu kejadian IPO yang akhirnya batal dilakukan karena saat pooling allotment malah mendapatkan fixed allotment. Namun, kehebohan itu terjadi bukan terjadi dari pihak emiten yang merasa saham barunya tidak laku, tapi dari investor yang ikut IPO emiten hotel tersebut.
Hal itu terjadi dalam IPO NARA yang terjadi pada Januari-Februari 2020. NARA berencana IPO dengan harga Rp101 per saham dan target dana Rp202 miliar. NARA juga membagikan waran dengan rasio 10:14. Kala itu, NARA melakukan IPO dengan penjamin emisi dari Magenta Kapital.
Namun, saat penjatahan, investor yang ikut pooling allotment kaget setelah seluruh pemesanannya diterima 100 persen. Investor tersebut menolak untuk beli seluruh saham IPO NARA yang dijatahkan kepadanya. Dari 1.000 saham pesanan, dia berencana hanya mau ambil 100 saham dengan pengembalian dana. Pasalnya, selama ini porsi investor ritel dalam IPO selalu di bawah pemesanan karena skemanya pooling allotment.
Dari manajemen NARA pun menuding ada oknum bandar dan sebagainya yang mau menggoreng sahamnya sehingga tidak mau menolak hasil penjatahan.
Awalnya, NARA sempat akan menunda IPO saja dan akan melakukan proses IPO ulang dalam 6 bulan ke depan dengan penjamin emisi yang berbeda. Namun, pandemi Covid-19 menyerang dan NARA akhirnya membatalkan IPO.
Surya Rianto
Kisah Fixed Allotment GOTO
Penulis secara pribadi pernah mengalami dapat jatah fixed allotment dari saham GOTO. Waktu itu, saya menggunakan sekuritas Indopremier yang juga jadi penjamin emisi GOTO.
Saya memang memesan sejak bookbuilding di harga atas Rp346 per saham. Namun, karena hasil akhir harga IPO di Rp338 per saham, saya melakukan transaksi ulang di penawaran umum dengan nilai pemesanan di bawah Rp100 juta.
Hasilnya, saat penjatahan, saya mendapatkan 100 persen alokasi yang dipesan. Namun, jika dilihat tidak semua pemesan mendapatkan penjatahan pasti. Untungnya juga, saham GOTO masih bisa naik intraday hari pertama dan mendapatkan momentum jual cuan.
Di sisi lain, beberapa teman hanya mendapatkan sedikit lot saham GOTO kala itu. Sehingga, sampai sekarang, masih penasaran kenapa bisa dapat fixed allotment saat IPO GOTO tersebut.
Natalia
Kesimpulan
Dalam IPO, jika sahamnya banyak peminat pasti penjatahannya kecil sedangkan jika sahamnya sepi peminat pasti penjatahannya maksimal. Untuk itu, ketika IPO jangan berharap masuk modal besar atau alokasi penuh tapi harga bisa ARA berjilid-jilid karena akan berlaku supply and demand dalam proses pemesanan saham IPO tersebut.
Mau Dapat Insight IPO Digest Premium Agar Bisa Pilih Saham IPO yang Menarik?
Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
