Danantara Masuk ke Proyek TPIA, 4 Saham BUMN Lainnya Masih Menunggu?
Danantara melalui INA disebut sudah sepakat untuk investasi di pabrik alkali TPIA. Lalu, bagaimana lanskap investasi Danantara ke depannya?

Mikirduit – Danantara melalui INA dikabarkan menandatangani kerja sama dengan TPIA untuk proyek pabrik chlor-alkali. Jadi, apa saja pilihan saham yang bisa mendapatkan eksposure dari dana Danantara?
Highglight
- Danantara melalui INA mengumumkan telah menandatangani kerja sama dengan TPIA untuk proyek pabrik chlor-alkali senilai 800 juta dolar AS
- Sebelumnya, INA sudah tanda tangan kerja sama dengan TPIA untuk proyek serupa pada 2023. Targetnya, pabrik chlor-alkali itu akan rampung pada 2027
- Saat ini, TPIA sudah mengurus lisensi pabrik soda dengan Kasei Corporation
- Ekspektasinya, pabrik chlor-alkali ini bisa mengurangi impor Rp4,9 triliun per tahun.
- Proyek ini termasuk menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Seperti dikutip dari Reuters, Danantara melalui INA telah menandatangani nota kesepahaman dengan TPIA senilai 800 juta dolar AS. Perjanjian tersebut membuka peluang Danantara dan INA masuk sebagai investor untuk membangun pabrik klor-alkali - etilen diklorida. Nantinya, pabrik itu akan memiliki kapasitas produksi soda api 400.000 ton per tahun, serta 500.000 ton etilen diklorida.
Fakta menariknya, sebenarnya INA sudah tanda tangan nota kesepahaman MoU untuk bekerja sama mengembangkan pabrik yang sama dengan TPIA pada April 2023.
Kala itu, INA bersama beberapa calon investor internasional disebut menjajaki rencana pembelian saham PT Chandra Asri Alkali, anak perusahaan TPIA yang didirikan sebagai perusahaan cangkang untuk investasi dalam pembangunan pabrik chlor-alkali skala dunia.
TPIA juga telah menandatangani perjanjian basic Engineering dan licensing dengan Asahi Kasei Corporation dari Jepang.
Dari Pihak INA mengungkapkan keputusannya berinvestasi di TPIA saat itu untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor caustic soda secara signifikan.
Teranyar, TPIA menyiapkan belanja modal hingga Rp6,3 triliun yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik alkali tersebut. Total nilai proyek pembangunan pabrik itu mencapai Rp15 triliun. Targetnya, pabrik itu rampung pada 2027. Target tersebut belum berubah dari periode pertama kali proyek ini dicanangkan.
Adapun, kami belum mengetahui secara detail, apakah Danantara akan masuk 100 persen modal 800 juta dolar AS atau setara Rp13 triliun. Namun, TPIA menjadi saham yang akhirnya masuk dengan cerita kehadiran Danantara.
4 BUMN Menunggu Bantuan Danantara
Di luar TPIA, ada tiga BUMN yang digadang-gadan berpotensi menerima dana dari Danantara. Apalagi, ketiganya juga lagi proses periode RUPS tahunan. Siapa saja ketiga saham tersebut?
Saham GIAA
GIAA dikabarkan sempat berdiskusi dengan Danantara terkait suntikan dana sekitar 500 juta dolar AS atau setara Rp8,15 triliun. Kesepakatan kabarnya akan tercapai pada Juni atau Juli 2025 menjadi bagian tahap awal pendanaan yang dilakukan dalam dua tahap.
Sebagian besar dana itu akan dialokasikan ke maskapai berbiaya rendah milik GIAA, yakni Citilink. Nantinya dana itu akan digunakan untuk mengoperasikan kembali sekitar 12 pesawat Citilink.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan untuk memindahkan pengelolaan Citilink ke Pertamina (yang juga punya maskapai bernama Pelita Air). Namun, semua pembicaraan masih belum memiliki keputusan final.
GIAA pun berencana melakukan RUPS Luar Biasa pada 30 Juni 2025. Materi bahasan antara lain, persetujuan rancangan restrukturisasi dalam penyehatan perseroan. Dalam proses restrukturisasi itu muncul kabar Danantara yang akan masuk.

Saham KRAS
Selain GIAA, KRAS juga digadang-gadang berpotensi mendapatkan dana dari Danantara. Meski, belum ada rencana lebih detail terkait investasi Danantara ke KRAS.
KRAS bakal melangsungkan RUPS tahunan pada 25 Juni 2025. Dalam materi RUPS tahunan tersebut tidak ada mata acara yang berkaitan langsung dengan potensi penambahan modal dari Danantara.
Di sisi lain, KRAS menjadi salah satu BUMN yang kondisinya lagi cukup sulit. Perseroan memiliki total utang berbunga sekitar 1,5 miliar dolar AS. Jumlah itu lebih dari 3 kali lipat ekuitas perseroan yang senilai 421,1 juta dolar AS per kuartal I/2025.
Apalagi, kondisi perseroan juga lagi merugi. Dengan total rugi usaha sekitar 15 juta dolar AS. KRAS harus membayar cicilan utang sekitar 33 juta dolar AS (dalam 1 periode kuartal) atau bisa mencapai sekitar 120 jutaan dalam 1 tahun. Di sisi lain, sumber kas dan setara kas perseroang hanya sekitar 160-an juta dolar AS.
KRAS masih belum mampu menghasilkan uang tunai dari bisnisnya. Hingga kuartal I/2025, kas operasional perseroan negatif 10,99 juta dolar AS.
Emiten baja ini juga semakin terpukul dari kebijakan Amerika Serikat yang menetapkan tarif baja-aluminium sebesar 50 persen. Hal ini bisa memukul kinerja KRAS yang tengah tertekan.
Dalam keterangan resminya pada awal Juni 2025, KRAS akan mengandalkan anak usahanya untuk bisa mencapai target kinerja 2025.
KRAS menargetkan penjualan pada 2025 bisa tembus 1,7 juta ton atau naik 135 persen dibandingkan dengan sebelumnya. Lalu, nantinya Pabrik Hot Strip Mill 1 akan kembali beroperasi.
Saham KAEF dan INAF
Lalu, dari saham sektor kesehatan ada KAEF yang tengah melakukan restrukturisasi dengan 11 bank. Terakhir, KAEF tercatat memiliki utang sekitar Rp11 triliun. Dari total itu, Rp5,7 triliun berupa utang bank. Lalu, Rp4 triliun dari Rp5,7 triliun sifatnya jangka pendek kurang dari satu tahun.
Di tengah proses restrukturisasi utang tersebut, KAEF juga tengah melakukan diversifikasi portofolio bisnisnya. Ke depannya, KAEF tidak sekadar fokus di obat generik, tapi juga obat non-generik. Harapannya, dengan begitu KAEF bisa mendapatkan margin keuntungan yang lebih bagus.
Lalu, KAEF juga akan mengembangkan bisnis segmen value added services, seperti, KAEF bukan sekadar memberikan layanan apotek dan farmasi saja, tapi juga berkolaborasi dengan pihak lain untuk komersialisasi data yang dimiliki.
Selain KAEF, INAF yang juga tergabung dalam holding farmasi, yakni Bio Farma, dalam proses penyelesaian masalah. Saat ini, INAF lagi menyelesaikan masalah hukum terkait dugaan fraud dalam internal perseroan.
Di sisi lain, INAF juga masih mendapatkan beberapa proyek seperti pengadaan obat TBC dari Kementerian Kesehatan. Lalu, INAF juga bekerja secara Business to Business dan melakukan contract research organization (CRO), yang mana mitra memesan pembuatan obat ke INAF.
Danantara sempat mengutarakan rencana investasi ke sektor kesehatan. Di sisi lain, INAF mengaku tengah berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan Dannatara terkait kebutuhan yang diperlukan.
Namun, belum ada pernyataan resmi kalau Danantara investasi ke sektor kesehatan masuk ke salah satu BUMN farmasi ini, yakni antara KAEF dan INAF. Untuk saham INAF, saat ini statusnya masih disuspensi oleh IDX.
Kesimpulan
Danantara memang tengah banyak menerima tawaran untuk investasi. Beberapa yang sudah realisasi adalah Danantara lagi meminta porsi di proyek Titan dan Dragon milik Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terafiliasi dengan ANTM.
Di luar itu, beberapa pihak lainnya juga memburu potensi dana dari Danantara seperti PGEO yang ingin ekspansi menambah kapasitas panas buminya hingga sektor properti yang lagi punya proyek 3 juta rumah.
Jika dihitung dari dividen BUMN, total Danantara bisa pegang uang sekitar Rp60 triliun sampai Rp70 triliun. Sehingga wajar beberapa BUMN yang butuh uang hingga proyek yang menjadi prioritas pemerintah menunggu jalan pintas dari dana Danantara tersebut.
Secara umum, cerita investasi Danantara ini sifatnya sentimen jangka pendek dan tidak mempengaruhi harga secara signifikan. Alasannya, Danantara masuk ke proyek riil-nya bukan ke sahamnya juga.
Sehingga jika ada fluktuasi kenaikan harga saham dengan sentimen Danantara, dan kamu sudah hold dari harga bawah, berarti bisa dinikmati hingga take profit ketika harga saham mulai tanda-tanda mengalami penurunan drastis. Sebaliknya, saat kita belum punya dan harga terlanjur tinggi, lebih baik wait and see dan mengukur peluang serta risiko jika mengejar harga.
Lalu, Apa Saham-saham yang masih Murah dan Menarik Dilirik?
Kamu bisa mendapatkan insight dari diskusi real time hingga analisis saham komprehensif di Mikirsaham. Dapatkan benefit:
- Pilihan saham value-growth investing bulanan
- Pilihan saham dividen yang potensial
- Insight saham komprehensif serta actionnya
- IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
- Diskusi saham dan rekap diskusinya
- Event online bulanan
- Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan
Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini