Adu Kinerja 12 Saham Bank yang Rilis Laporan Mei 2025

Saham bank mana yang cuan? Intip kinerja 12 bank besar & peluang cuan jelang potensi penurunan suku bunga tahun ini!

12 saham bank

Mikirduit – Ada 12 saham bank skala menengah besar yang telah merilis kinerja hingga Mei 2025. Dari sini, bagaimana prospek saham-saham sektor perbankan tersebut?

Highlight
  • Mayoritas bank mencatatkan pertumbuhan kredit positif, tapi dana pihak ketiga tumbuh lebih lambat sehingga memicu potensi kenaikan beban bunga.
  • Pendapatan bunga bersih cenderung melambat, hanya BBTN, ARTO, dan AGRO yang mencatatkan pertumbuhan di atas 10 persen.
  • Penurunan pencadangan mulai terjadi pada bank besar, sementara beberapa bank lain seperti BBTN, BNLI, dan ARTO justru meningkatkan pencadangan.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Kami melakukan kompilasi 12 saham bank yang telah merilis kinerja hingga Mei 2025, yakni BMRI, BBRI, BBCA, BBNI, BBTN, BNGA, BNLI, PNBN, BJBR, ARTO, BTPS, dan AGRO. Hasilnya, ada beberapa hal yang tengah dialami oleh sektor bank. 

Pertama, dari segi penyaluran kredit, mayoritas bank tidak ada masalah signifikan. Tercatat hanya 2 dari 12 bank yang mencatatkan penurunan kredit secara year on year. Lalu, 5 dari 12 saham bank yang mencatatkan pertumbuhan kredit single digit, serta 5 bank mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit. 

Kedua, tantangan muncul dari segi pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih lambat. Rata-rata ke-12 saham bank itu mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga lebih rendah daripada pertumbuhan kredit. Beberapa yang tetap mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga agresif hanya ARTO dan BBTN, sedangkan PNBN hanya mencatatkan pertumbuhan DPK single digit, tapi dari segi kreditnya mengalami penurunan. Selain ketiganya, cenderung melambat, bahkan BJBR dan BTPS mencatatkan penurunan. 

Jika pertumbuhan DPK lebih lambat dibandingkan kredit ada risiko kenaikan beban bunga karena bank akan berebut dana pihak ketiga untuk ekspansi kredit. 

Ketiga, dari perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga itu tergambarkan dari kinerja pendapatan bunga bersih ke-12 saham bank. 5 dari 12 saham bank mencatatkan penurunan pendapatan bunga bersih. Lalu, hanya 3 saham bank yang mampu mencatatkan pertumbuhan bunga bersih di atas 10 persen, yakni BBTN, ARTO, dan AGRO. 

Keempat, tren kenaikan pencadangan sudah mulai mereda. Beberapa bank besar seperti BMRI, BBRI, BBCA telah mencatatkan penurunan pencadangan. 

Meski begitu, ada beberapa saham bank yang justru mencatatkan kenaikan pencadangan signifikan seperti, BBTN, BNLI, dan ARTO. 

Kenaikan pencadangan mengimplikasikan adanya antisipasi potensi kenaikan rasio kredit bermasalah, sedangkan penurunan pencadangan menjadi indikasi risiko kredit bermasalah tengah melandai. Meski, dalam beberapa kasus penurunan pencadangan bisa terjadi saat NPL tinggi, tapi mayoritas pencadangan sudah dilakukan di periode sebelumnya. 

Kelima, dari segi laba bersih, 6 dari 12 bank mencatatkan penurunan, serta hanya 4 bank yang mampu menjaga pertumbuhan laba bersih di tas 10 persen, yakni BBCA, PNBN, ARTO, dan BTPS.

Saham Bank yang Masih Menarik Dilirik

Salah satu momentum saham perbankan adalah potensi penurunan suku bunga the Fed sebanyak tiga kali pada tahun ini. Dalam proyeksi Fed Rate Monitor Tool, ada sekitar 4 pertemuan The Fed pada sisa tahun ini. 

Dalam empat pertemuan itu, probabilitas keputusan The Fed dengan mengacu ke data-data ekonomi existing antara lain:

  • Juli: hold suku bunga
  • September: turunkan suku bunga 25 bps
  • Oktober: turunkan suku bunga 25 bps
  • Desember: turunkan suku bunga 25 bps

Jika dari 3 ekspektasi penurunan itu terealisasi 2 penurunan saja bisa membuka ruang BI untuk menurunkan suku bunga sekitar 50-75 bps lagi. 

Sentimen penurunan suku bunga ini akan menjadi sentimen positif untuk saham bank secara sentimen pergerakan harga maupun fundamentalnya. Dengan posisi suku bunga yang lebih rendah diharapkan bisa menurunkan tingkat biaya dana atau cost of fund serta kondisi ekonomi yang bisa ke mode pertumbuhan lebih cepat lagi. Dari situ, ada potensi perputaran kredit lebih cepat dengan tingkat risiko yang lebih rendah.

Secara valuasi dengan PBV, ada sekitar 5 saham bank yang memiliki PBV di bawah 1 kali, yakni BBNI, BBTN, BNGA, PNBN, dan BJBR. Jika mengasumsikan di bawah rata-rata PBV ke-12 bank itu akan ditambah BTPS dan AGRO (masing-masing dengan PBV 1,05 dan 1,45 kali).

Meski begitu, ada saham bank dengan PBV di bawah 1 kali, tapi posisinya masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya, yakni BNGA. 

Dengan mengacu ke kinerja laba yang masih bertumbuh dan posisi PBV rendah serta di bawah rata-rata 5 tahunnya, PNBN dengan PBV 0,52 kali serta pertumbuhan laba bersih 74 persen, serta BTPS dengan PBV 1,05 kali dengan pertumbuhan laba bersih 15,6 persen bisa menjadi pilihan menarik. 

Namun, bicara saham bank, investor juga harus breakdown apa yang membuat harga sahamnya murah, meski labanya sudah naik. Ada dua kesamaan antara PNBN dan BTPS, yakni kenaikan laba bersih didorong oleh aksi penurunan pencadangan yang signifikan. 

Misalnya, PNBN menurunkan pencadangan hingga 42 persen sehingga laba bersih anak 74 persen, meski secara core bisnis dari pendapatan bunga bersih turun 0,68 persen. 

Begitu juga dengan BTPS yang menurunkan pencadangan sebesar 41 persen hingga bisa mencatatkan laba bersih sekitar 15 persen, meski pendapatan setara bunga bersih turun 5,17 persen. 

Sehingga meski murah, tapi kedua saham itu masih membutuhkan waktu untuk kembali menggairahkan bisnis utamanya terkait fungsi intermediasi (penghimpunan dana dan penyaluran kredit)

Sebenarnya, jika mengacu ke kinerja saham bank yang sudah kembali bertumbuh yang didorong bisnis utamanya terkait penyaluran kredit, opsi yang lebih menarik ada BBCA, BBTN, dan ARTO.

Meski, posisi BBCA bisa dibilang menjadi bank termahal, tapi secara historis 5 tahunnya, valuasi BBCA saat ini masih murah dengan kondisi kinerja laba bersih yang masih bertumbuh positif. 

Sementara itu, ARTO menjadi saham bank termahal kedua dengan skala aset peringkat ke-10 dari 12 bank tersebut. Meski begitu, ada perbaikan struktural dari kinerja ARTO seperti tingkat Loan to Deposit Rasio (LDR) sudah kembali normal dibandingkan sebelumnya tingkat loan jauh lebih tinggi daripada deposit. Pertumbuhan kredit ARTO juga cukup agresif sebesar 40 persen dan berimplikasi terhadap pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 65 persen. Sehingga, meski pencadangan naik 262 persen, laba bersih ARTO tetap tumbuh 162 persen. 

Terakhir, BBTN menjadi pilihan paling reasonable karena memiliki PBV 0,47 kali (di bawah 1 kali) serta secara historis masih murah. Hanya saja, laba bersih BBTN memang hanya tumbuh 3 persen menjadi Rp1,19 triliun hingga Mei 2025. 

Namun, laba bersih BBTN yang tumbuh tipis itu didorong oleh adanya kenaikan pencadangan hingga 101 persen menjadi Rp1,79 triliun. Secara bisnis utamanya, pendapatan bunga bersih BBTN naik agresif sebesar 22 persen menjadi Rp6,18 triliun.

Di sisi lain, saham BBRI, BMRI, dan BBNI juga sudah berada di area murah yang selaras dengan kinerja yang lebih lambat, bahkan BBRI mencatatkan penurunan laba bersih. Tren tekanan harga saham akibat kinerja yang melambat ini juga bisa jadi peluang masuk untuk saham-saham perbankan skala besar. Jika suku bunga sudah turun sangat rendah dan kinerja saham bank sudah kembali positif agresif, harga saham saaat ini mungkin sulit kembali untuk dicapai.

BEI Siap Buka Kode Domisili Mulai Juli 2025, IHSG Siap Makin Rame?
Kode domisili siap dibuka Juli mendatang, kita bakal tahu uang dari siapa yang lebih banyak mengalir di bursa saham RI. Akankah ini bikin IHSG makin ramai lagi?

Kesimpulan

Perhitungan pilihan saham bank yang menarik menurut kami ini dengan plan untuk jangka menengah hingga penurunan suku bunga ke level dasar, serta mulai ada kebijakan kenaikan suku bunga yang mungkin bisa terjadi 3-4 tahun dari sekarang. Hingga nanti efek penurunan suku bunga bisa berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan emiten bank tersebut.

Pilihan saham bank ini mengecualikan beberapa saham bank yang belum merilis laporan keuangan Mei 2025 seperti, NISP, BRIS, BJTM, hingga BBYB. 

Lalu, bagaimana strategi lebih detail untuk mulai masuk ke saham bank sebelum periode penurunan suku bunga terjadi? 

Kamu bisa mendapatkan insight hingga Pilihan Saham Bulanan Menarik Setiap Akhir Bulan dengan Join Mikirsaham

Kamu bisa mendapatkan insight dari diskusi real time hingga analisis saham komprehensif di Mikirsaham. Dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini