5 Fakta IPO CHEK yang Dimiliki Taipan China Lam Kong

PT Diastika Biotekindo, emiten distibutor alat kesehatan yang masih ada afiliasi dengan LABS akan bersiap IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham CHECK. Check disini sederet faktanya!

5 Fakta IPO CHEK yang Dimiliki Taipan China Lam Kong

Mikirduit - PT Diastika Biotekindo Tbk (CHECK), emiten distibutor alat kesehatan yang masih ada hubungan saudara sama LABS akan siap IPO bulan depan. Berikut ini ada 5 fakta yang harus kamu ketahui terkait saham ini.

Highlight 
  • CHEK akan IPO dan masih satu grup dengan LABS di bawah kendali taipan China, Lam Kong.
  • Dana hasil IPO akan digunakan penuh untuk modal kerja demi ikut proyek alat kesehatan Kemenkes.
  • Valuasi saham tergolong mahal dan model bisnis CHEK sangat bergantung pada kontrak distribusi.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Dimiliki Taipan China Lam Kong 

Saham CHEK ini dimiliki oleh Lam Kong, yang juga jadi pengendali saham LABS. Lam Kong adalah tapian asal China yang kekayaannya ditaksir sekitar 2,3 miliar dolar AS.

Lam Kong memiliki emiten di Hong Kong bernama China Medical System yang mendistribusikan obat ke seluruh dunia. China Medical System sudah listing di Hong Kong sejak 2010.

CHEK berencana IPO dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 815 juta saham baru, setara 20,04 persen dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. 

Harga yang ditawarkan dalam kisaran Rp120 - Rp140 per lembar, dari rentang harga ini CHEK bakal meraup dana segar Rp97,8 miliar - Rp114,1 miliar. 

Penjamin emisi atau underwriter yang ditunjuk membersamai IPO CHEK adalah Lotus  Andalan Sekuritas (YJ).  

YJ juga membawa IPO saudara satu induk CHEK yaitu LABS yang sudah lebih dulu melantai di bursa pada 10 Juli 2024 lalu. Hari pertama dan kedua berhasil Auto Reject Atas (ARA), tetapi hari ketiga sudah mulai kempes di mana opening berhasil reli sampai 18 persen tapi ditutup kempes dengan penguatan hanya 6 persen, lalu di hari selanjutnya sudah mulai koreksi.

Dana IPO Buat Modal Kerja Ikut Proyek Pemerintah 

Jika harga penawaran bisa dapat diharga atas sekitar Rp114,1 miliar, CHEK bakal menggunakan dana ini untuk modal kerja, bisa dibilang full untuk ekspansi. Dana ini akan difokuskan untuk mendukung operasional harian seperti pembelian barang dagangan, biaya logistik, sewa, penjualan, dan keperluan administratif lainnya.

Alasan penggunaan dana untuk modal kerja ini karena perusahaan sedang berencana ikut serta dalam proyek pengadaan alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan, yaitu program SIHREN, SOPHI, dan InPLUS. 

Update sampai pertengahan Juni 2025, status CHEK dalam proyek tersebut masih pada tahap evaluasi administratif dan teknis. 

CHEK dinyatakan memenuhi syarat awal (eligible), tetapi belum masuk ke tahap negosiasi harga atau penetapan pemenang. Untuk SOPHI, dokumen penawaran telah diunggah dan proses pembukaan dokumen akan berlangsung Juli 2025.

CHEK juga mengikuti tender produk kesehatan HPV-DNA (produk DB-XACT) di e-Katalog LKPP. Produk ini telah terdaftar sebagai alat kesehatan dalam negeri (AKD). Saat ini, perusahaan berada di posisi ketiga pada tahap kompetisi spesifikasi.

Jika pengadaan dilakukan dengan pihak terafiliasi, maka transaksi termasuk transaksi afiliasi sesuai POJK 42/2020. Namun karena sifatnya rutin dan operasional, CHEK tidak wajib melaporkan ke OJK, meskipun tetap harus menjaga prosedur bisnis yang sehat. Jika nilainya melebihi 20% dari ekuitas, transaksi juga termasuk transaksi material menurut POJK 17/2020 dan wajib diungkapkan dalam laporan keuangan atau tahunan.

Masih Satu Induk dengan LABS

CHEK dan LABS masih punya hubungan “saudara” yang dipersatukan oleh induk usaha, Optel Investama Mulia. 

PT Optel Investama Mulia adalah pemegang saham mayoritas dari dua perusahaan publik ini, dengan rincian : 

→ PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK) – 76,54% 

→ PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) – 72,39% 

Sumber : Prospektus

Karena punya hubungan saudara ini, dalam bisnis pun juga masih ada relasi, diantaranya memiliki kesamaan personil manajemen kunci, saling memiliki piutang dan utang usaha. 

Dari personil manajemen kunci terlebih dahulu, ada Nathan Tirtana yang menjabat sebagai Komisaris di LABS, sekaligus Komisaris Utama di CHEK. 

Sebagai informasi, Nathan Tirtana ini adalah founder dan CEO di PT Etana Biotechnologies Indonesia yang juga memiliki sejumlah transaksi afiliasi dan menyumbang pendapatan ke perusahaan. 

Lalu ada  Franciscus Xaverius Yoshua Raintjung yang sama-sama menjabat sebagai Direktur Utama di dua perusahaan itu. Marcella Angelin sebagai Direktur di CHEK, juga menjadi manajemen kunci di LABS sebagai Direktur Keuangan. 

Berikut hubungan transaksi afiliasi antara Etana dan LABS terhadap CHEK : 

Sumber : Prospektus

Profitabilitas konsisten tumbuh positif, tapi bergantung pada kontrak

Dari sisi profitabilitas CHECK bisa dibilang konsisten tumbuh positif, rata-rata pendapatan naik 14 persen per tahun. Laba bersih juga naik dari Rp13,05 miliar pada 2022 menjadi Rp15,17 miliar pada 2024. 

Sumber : Prospektus

Namun, ada yang perlu dicatat dari margin laba bersih (NPM) yang nilainya susut dari tahun ke tahun. Pada 2022 NPM tercatat 11,10 persen, setahun kemudian turun menjadi 10,36 persen, lalu pada akhir 2024 lalu menjadi 9,80 persen. 

Penurunan margin laba bersih menunjukkan ada risiko dari biaya operasional meskipun pendapatan naik terus.

Perlu diketahui, bisnis CHEK ini merupakan “penghubung” antara merek alat kesehatan global seperti Bio-Rad, Thermo Fisher, Siemens, dan lain-lain ke Rumah Sakit lokal di Indonesia. 

Sebagai distributor, CHEK punya “perjanjian” resmi antara merek alkes global tersebut. Sayangnya, yang namanya perjanjian tentu ada batas waktunya.

Jadi, fondasi bisnis yang hanya “perjanjian”, bukan “kepemilikan” menjadi satu risiko juga jika kontrak habis, bisnis bisa lenyap begitu saja, kecuali jika perusahaan bisa manuver ke merk-merk lain dengan kualitas sebanding atau perpanjang kontrak dengan biaya yang tetap masuk akal. 

Valuasi Super Premium 

Terakhir, soal valuasi pada IPO kali ini bisa dibilang CHEK mahal. 

Dengan saham baru yang diterbitkan 20,04 persen IPO CHEK akan menghasilkan Rp114 miliar. Sementara pengendali memegang sisanya 79,96 persen hanya berdasarkan ekuitas sebesar Rp93,2 miliar. 

Perbandingannya, publik harus bayar Rp5,69 miliar untuk 1 persen saham, tetapi pengendali hanya butuh Rp1,16 miliar untuk 1 persen saham. Artinya, publik atau kita sebagai investor ritel kalau mau beli saham CHEK harus siapkan 4,9 kali lipat modal lebih mahal dari pemilik. 

Gap yang besar antara ekuitas sebenarnya dan dana segar yang didapat dari IPO ini kemudian muncul pertanyaan, sebenarnya benarkah perusahaan ini butuh dana segar untuk modal kerja sebesar itu? 

Kalau dilihat dari kinerja 2024, kebutuhan modal kerja bersih CHEK berdasarkan piutang dan persediaan itu sekitar Rp68,8 miliar. Dari nilai ini sebagian besar sudah ditutup dengan utang usaha Rp25,6 miliar, lalu ada kas dan reksa dana senilai Rp19 miliar. Bisa dibilang tanpa IPO pun operasional perusahaan masih baik-baik aja.

Bahkan, sempat ada fasilitas kredit dari bank senilai Rp10 miliar yang sudah ditutup sebelum IPO.  

Tapi kembali lagi, melihat dari prospektus, penggunaan dana CHEK ini katanya untuk modal kerja yang didasari mau ikut proyek pemerintah, terkhusus dari Kemenkes. 

Gimana, menurut kalian menarik buat ikut IPO CHECK yang masih saudaraan sama LABS ini?

Cek Action untuk Saham IPO di IPO Digest Premium Mikirsaham

Kamu bisa mendapatkan insight dari diskusi real time hingga analisis saham komprehensif di Mikirsaham. Dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini