10 Saham Bank dengan Pertumbuhan Bisnis Agresif dan Berkualitas Pada 2025 (Edisi Kuartal III/2025)

Kami menghimpun data kinerja keuangan per kuartal III/2025 untuk memberikan peringkat saham bank yang mencatatkan pertumbuhan paling agresif dengan tetap menjaga kualitas bisnisnya. Siapa saja mereka?

saham bank

Mikirduit – Kami mengkalkulasi kinerja saham bank yang paling bertumbuh secara agresif di tengah tekanan kinerja industri dari laporan keuangan kuartal III/2025. Hasilnya, 6 dari 10 bank adalah bank digital yang mulai mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif setelah memasuki masa transisi sejak diakuisisi. Lalu, siapa saja bank dengan kinerja terbaik hingga yang lagi menghadapi tantangan besar?

Highlight
  • Di tengah tekanan industri perbankan 2025, bank digital mendominasi kinerja paling agresif dengan 6 dari 10 bank terbaik menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan kuat pasca-akuisisi.
  • ARTO, BBSI, dan BBHI menjadi bank dengan ekspansi kredit dan pertumbuhan laba paling agresif, meski sebagian masih menghadapi tantangan efisiensi dan kenaikan pencadangan.
  • Bank besar seperti BBCA dan BMRI tetap solid dari sisi kualitas aset dan efisiensi, namun tertahan oleh perlambatan pertumbuhan akibat normalisasi suku bunga dan kehati-hatian penyaluran kredit.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Kami mengukur skor saham bank yang terbaik ini berdasarkan beberapa indikator seperti, kondisi tingkat Non-Peforming Loan (NPL) gross, NPL net, Net interest margin (NIM), Cost to income rasio (CIR), pertumbuhan kredit, pertumbuhan pendapatan bunga bersih, dan pertumbuhan laba bersih.

Hasilnya, berikut ulasan 10 saham bank dari ke-10 hingga pertama, yang mencatatkan pertumbuhan kinerja yang paling agresif di 2025 (berdasarkan kinerja 2025) yang akan diupdate pada awal 2026 dengan kinerja full year 2026.

Ke-10: Saham BBCA (Bank BCA)

Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini bertengger di peringkat ke-10 dengan skor 224 dari nilai sempurna 336. BBCA mencatatkan kinerja yang cukup solid dari segi net interest margin (NIM) dan Cost to Income Rasio (CIR).

BBCA mampu menjaga penurunan NIM tidak signifikan dengan tetap di 5,76 persen dibandingkan dengan 5,78 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, cost to income rasio BBCA yang sebesar 29,19 persen menjadi yang terbaik dari seluruh Bank di Indonesia.

Namun, kinerja pertumbuhan kredit, pendapatan bunga bersih, dan laba bersih BBCA menyusut menjadi single digit. Sehingga dalam perhitungan pertumbuhan masih kalah dengan normalisasi pertumbuhan bisnis bank digital yang agresif.

Meski begitu, perlambatan kinerja BBCA masih dalam tahap yang wajar karena posisi transisi dari suku bunga tinggi menjadi rendah yang menandakan kondisi ekonomi kurang begitu bagus. Sehingga ada kehati-hatian dalam penyaluran kredit, kenaikan tingkat cost of fund dari bawaan era suku bunga tinggi, serta kenaikan pencadangan hingga 54 persen menjadi Rp2,81 triliun.

Untungnya, dengan cost to income rasio yang sangat efisien, BBCA tetap mampu menjaga pertumbuhan laba bersih di 7,94 persen menjadi Rp43,57 triliun.

Adapun, jika melihat laporan bulanan BBCA per November 2025, tren pertumbuhan laba bersih perseroan kian menciut menjadi 4,35 persen dibandingkan dengan Rp52,66 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan adanya kenaikan pencadangan sebesar 92 persen menjadi Rp3,31 triliun, serta pendapatan bunga bersih yang hanya tumbuh 4,1 persen menjadi Rp73 triliun.

Ke-9: Saham DNAR (OK! Bank Indonesia)

Saham DNAR menjadi yang kesembilan terbaik dari segi pertumbuhan kinerja bisnisnya. Bank yang diakuisisi oleh lembaga keuangan asal Korea Selatan, OK Next Co. Ltd (dulunya APRO Finansial). DNAR menjadi posisi ke-9 dengan skor 231.

Poin utama DNAR ada di laba bersihnya yang mampu melejit 274 persen menjadi Rp123 miliar, meski kreditnya hanya tumbuh 7,35 persen menjadi Rp9,98 triliun.

Adapun, kinerja laba bersih DNAR meroket tinggi lebih didorong oleh penurunan pencadangan sebesar 47 persen menjadi Rp124 miliar dibandingkan dengan Rp236 miliar. Sehingga penurunan pencadangan itu mengungkit laba bersih DNAR naik 274 persen. Meski, dari segi pendapatan bunga bersih juga tumbuh double digit sebesar 11,81 persen menjadi Rp515 miliar. 

Poin yang mendorong lainnya antara lain, tingkat NIM tetap terjaga stabil di 5,64 persen, CIR di 47 persen, hingga pertumbuhan kredit sebesar 7,35 persen. (lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 48 saham bank di IDX yang mencapai 4,02 persen).

Jika melihat data laporan bulanan DNAR hingga Oktober 2025, pertumbuhan laba bersih masih terjaga naik di 261 persen menjadi Rp140 miliar, sedangkan pendapatan bunga bersih naik 13,04 persen menjadi Rp580 miliar.

Salah satu tantangan DNAR adalah menormalisasi posisi loan to deposit-nya menjadi di bawah 100 persen. Per September 2025, tingkat LDR masih 125 persen dengan posisi capital adequacy rasio (CAR) sebesar 44 persen. Sedangkan, hingga Oktober 2025, tingkat LDR masih di 128 persen.

Jika DNAR mau menghimpun dana pihak ketiga lebih besar ada potensi mengorbankan cost of fund yang lebih tinggi di 2026. Sehingga pertumbuhan kinerja mungkin tidak seagresif di 2025.

Ke-8 Saham BMRI (Bank Mandiri)

BMRI menjadi posisi ke-8 dengan skor 232. BMRI memiliki poin tertinggi di manajemen NPL, serta cost to income, tapi mendapatkan rapor merah dari segi kinerja laba bersih.

Jika dikomparasi secara sektoral, NPL BMRI dengan skalanya yang cukup besar masih terkendali. Meski, hingga September 2025 ada kenaikan dari segi NPL gross sekitar 1,03 persen dibandingkan dengan 0,97 persen pada periode sama tahun sebelumnya, serta NPL net naik menjadi 0,4 persen dibandingkan dengan 0,33 persen pada tahun sebelumnya. Namun, tingkat NPL BMRI itu masih cukup terjaga di bawah rata-rata industri.

Sementara itu, untuk CIR, BMRI menjadi salah satu bank yang skala besar dan bisa menjaga CIR di bawah 50 persen. Meski, catatannya BMRI mencatatkan kenaikan CIR cukup signifikan dari 32 persen menjadi 43 persen.

Hal itu menjadi salah satu penekan laba bersih BMRI yang turun 10,79 persen pada kuartal III/2025 menjadi Rp34,79 triliun. Padahal, dari segi pendapatan bunga bersih masih naik 3,41 persen menjadi Rp57,62 triliun, serta pencadangan turun 16,23 persen menjadi Rp4,92 triliun. 

Di sisi lain, sampai November 2025, BMRI mampu memangkas persentase penurunan laba bersih menjadi 6,41 persen menjadi Rp44,14 triliun. Meski penurunan laba bersih yang lebih rendah juga selaras dengan penurunan pencadangan yang lebih besar 36 persen menjadi Rp4,58 triliun.

Tantangan dari segi sentimen BMRI adalah perkembangan rencana Danantara mau mengambil alih BRIS dari konsolidasi BMRI. Hal itu bisa berdampak penyesuaian kinerja konsolidasi laba bersih, serta sentimen berapa harga beli BRIS oleh Danantara nantinya.

Ke-7 Saham BDMN (Bank Danamon)

BDMN menjadi bank ke-7 yang mencatatkan kinerja agresif secara kualitas maupun pertumbuhan-nya. BDMN mencatatkan skor 240.

BDMN tidak memiliki rapor merah, serta pendorong agresivitas BDMN adalah menjaga posisi NPL tetap rendah, NIM yang terjaga dengan baik, serta pertumbuhan laba bersih yang cukup agresif.

Dari segi NPL, BDMN mampu menurunkan tingkat NPL gross menjadi 1,82 persen dibandingkan dengan 2,06 persen, serta NPL net menjadi 0,19 persen dibandingkan dengan 0,26 persen.

Untuk tingkat NIM, BDMN masih mencatatkan penurunan menjadi 4,51 persen dibandingkan dengan 4,8 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Namun, masih terjaga karena penurunannya belum terlalu drastis.

Menariknya, BDMN sebagai bank KBMI 3 masih mampu mendorong pertumbuhan laba bersih hingga 21,44 persen menjadi Rp2,83 triliun. Kenaikan laba bersih yang tergolong agresif itu ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,8 persen menjadi Rp7,07 triliun dan akumulasi penurunan pencadangan sebesar 14 persen menjadi Rp1,55 triliun. 

Namun, jika melihat kinerja BDMN per Oktober 2025, pertumbuhan laba bersih BDMN menyusut hanya tersisa 2,4 persen menjadi Rp2,94 triliun. Hal itu selaras dengan adanya penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 6,23 persen menjadi Rp7,88 triliun. Penurunan pencadangan sebesar 25,1 persen menjadi Rp1,6 triliun tidak mampu menjaga pertumbuhan laba bersih BDMN tetap di atas 10 persen.

Salah satu faktornya adalah pertambahan kredit baru BDMN yang cenderung moderat di Oktober 2025 dengan pertumbuhan year to date hanya 4,9 persen dari September yang tumbuh 4,78 persen.

Memahami Deretan Peluang dan Risiko Saham CPO yang Lagi Berfluktuasi
Saham CPO mulai terjun dari pucuknya sejak harga CPO juga turun. Ditambah ada bencana banjir dan longsor di Sumatra. Lalu, bagaimana prospek saham CPO ke depannya?

Ke-6 Saham BRIS (Bank Syariah Indonesia)

BRIS menjadi saham ke-6 yang mencatatkan pertumbuhan paling agresif di kuartal III/2025 dengan poin 241. BRIS yang merupakan anak usaha BMRI memiliki beberapa poin positif dari pengelolaan NPF, tingkat margin keuntungan, hingga pertumbuhan pembiayaan dan pendapatan bagi hasil.

BRIS mampu menjaga rasio pembiayaan bermasalahnya terjaga lebih baik. NPF gross BRIS turun menjadi 1,84 persen dibandingkan dengan 1,97 persen, sedangkan NPF net-nya turun menjadi 0,55 persen dibandingkan dengan 0,56 persen.

Lalu, rasio net imbalan BRIS juga naik menjadi 5,64 persen dibandingkan dengan 5,55 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, dari segi pertumbuhan pembiayaan, BRIS juga mencatatkan pertumbuhan 13,78 persen atau lebih tinggi dari rata-rata industri. Sementara itu, pendapatan bunga bersih-nya naik 13,99 persen menjadi Rp15,33 triliun.

Hanya saja, dari segi laba bersih lebih lambat hanya tumbuh 9,04 persen menjadi Rp5,56 triliun selaras dengan kenaikan pencadangan sebesar 11,2 persen menjadi Rp1,89 triliun. Selain itu tekanan laba bersih BRIS juga terlihat dari cost to income rasio (CIR)-nya yang naik menjadi 51 persen dibandingkan dengan 48 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Tantangan BRIS adalah efek dari bencana di Sumatra terutama di Aceh, yang mana porsi pembiayaan perseroan ke daerah Sumatra terutama Aceh (terkait kebijakan bank syariah) cukup besar. Serta, efek divestasi BMRI ke Danantara (yang sebenarnya berefek netral), tapi jika harga transaksi di bawah pasar bisa menjadi sentimen tekanan secara teknis ke BRIS.

Sementara itu, kinerja BRIS hingga Oktober 2025 juga sedikit lebih lambat dibandingkan dengan September. Laba bersih BRIS hanya tumbuh 8,72 persen menjadi Rp6,13 triliun.

Sementara itu, dari segi pendapatan bunga bersih naik 12,95 persen menjadi Rp16,97 triliun. Namun, pertumbuhan laba bersih tergerus selaras dengan kenaikan pencadangan sebesar 10,15 persen menjadi Rp2,06 triliun.

Ke-5 Saham NOBU (Bank Nationalnobu)

Saham NOBU menjadi yang ke-5 mencatatkan kinerja cukup agresif. NOBU mencatatkan poin sebesar 243. Bank yang baru saja diakuisisi oleh Hanwha Life dari Korea Selatan mendapatkan poin terbesar dari segi manajeen NPL hingga pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan laba bersih.

NOBU mampu menjaga tingkat NPL tetap di bawah 1 persen baik gross maupun net. NPL gross NOBU membaik menjadi 0,6 persen dibandingkan dengan 0,68 persen, sedangkan NPL net-nya juga turun menjadi 0,44 persen dibandingkan dengan 0,47 persen.

Lalu, dari segi pertumbuhan kinerja bisnis, NOBU mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 59 persen menjadi Rp359 miliar. Salah satu pendorongnya antara lain pendapatan bunga bersih naik 20,45 persen menjadi Rp855 miliar, meski dari segi pencadangan juga naik 18 persen menjadi Rp103 miliar.

Lalu, kenapa laba bersih NOBU bisa naik 59 persen? salah satunya adanya pendapatan komisi yang naik 67 persen menjadi Rp332 miliar. Pendapatan komisi itu diperkirakan dari Channel QRIS perseroan yang memiliki market share cukup besar untuk skala bank menengah.

Namun, NOBU mencatatkan rapor merah di NIM karena tingkat NIM yang sangat rendah sekitar 3 persen. Meski jika secara year on year mencatatkan kenaikan dari 3,68 persen menjadi 3,71 persen.

Adapun, kinerja saham NOBU per November 2025 ada kecenderungan lebih lambat dari September 2025. NOBU mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 49 persen menjadi Rp442 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Faktor pendorong labanya masih dari pendapatan komisi yang naik 69 persen, sedangkan pendapatan bunga bersih naik 16 persen menjadi Rp1,04 triliun, dengan kondisi pencadangan juga naik 9,27 persen menjadi Rp119 miliar.

Ke-4 Saham SUPA (Super Bank)

Saham SUPA yang baru saja listing pada 17 Desember 2025 masuk menjadi bank dengan kinerja paling agresif keempat. SUPA memiliki poin 277.

Poin terbesar SUPA didapatkan dari tingkat NIM, pertumbuhan kredit, pendapatan bunga bersih, dan laba bersih. Untuk tingkat NIM, SUPA mencatatkan kenaikan signifikan menjadi 10,64 persen dibandingkan dengan 7,81 persen. Hal ini cukup lumrah di bank digital yang memberikan kredit dengan tingkat bunga yang lebih tinggi sehingga tingkat NIM juga bisa menjadi cukup besar.

Adapun, jika dilihat kinerja secara umum juga tumbuh sangat agresif karena faktor transisi pasca diakuisisi EMTK dan Grab pada akhir 2021 dan transformasi menjadi bank digital.

Pertumbuhan kredit SUPA naik 40,63 persen menjadi Rp9,03 triliun, sedangkan pendapatan bunga bersihnya naik 175 persen menjadi Rp1,1 triliun.

Sehingga, meski pencadangan naik 242 persen menjadi Rp258 miliar, tapi SUPA mampu mencatatkan turnaround dengan meraup laba bersih Rp60,12 miliar dibandingkan dengan rugi Rp285 miliar.

Meski begitu, SUPA mencatatkan rapor merah dari segi NPL gross yang masih 2,83 persen. Angka ini sebenarnya mengalami penurunan dibandingkan dengan 3,32 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, tingkat NPL ini juga ada hubungannya dengan portofolio kredit SUPA saat masih bernama Bank Fama. 

Sementara itu, kinerja SUPA hingga Oktober 2025, perseroan mencatatkan pendapatan bunga bersih tumbuh 173 persen menjadi Rp1,25 triliun. Dengan tingkat pencadangan yang naik 219 persen menjadi Rp290 miliar, SUPA masih mencatatkan turnaround laba bersih menjadi Rp75 miliar dibandingkan dengan rugi Rp340 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Adapun, salah satu pekerjaan rumah SUPA adalah menurunkan tingkat cost to income rasio (CIR) dari 70,14 persen menjadi lebih rendah untuk mendorong pertumbuhan kinerja yang lebih berkelanjutan.

Ke-3 Saham BBHI (Allo Bank)

Untuk posisi ketiga ada saham BBHI yang dimiliki oleh CT Corp bersama Salim dan BUKA. BBHI mencatatkan poin dari kinerja kuartal III/2025 sebesar 277.

BBHI mencatatkan rapor hijau dari segala indikator, kecuali NPL net yang mencatatkan rapor kuning. (bukan hal buruk dan cenderung netral).

Jika melihat rasio keuangannya, BBHI sudah mulai normalisasi menjadi bank dengan tingkat LDR sudah di bawah 100 persen. Meski catatannya, tingkat NPL gross (baru bukan bawaan Bank Harda) mencatatkan kenaikan menjadi 1,52 persen dibandingkan 0,55 persen. Kenaikan ini selaras dengan ekspansi kredit yang tumbuh 13,39 persen menjadi Rp8,47 triliun.

Dari segi kinerja laba bersih, BBHI mencatatkan kenaikan 25 persen menjadi Rp379 miliar. Kenaikan kinerja BBHI bisa dibilang agresif yang normal mengingat pendapatan bunga bersih naik 28 persen menjadi Rp1 triliun, sedangkan pencadangan naik 410 persen menjadi Rp274 miliar.

Adapun, kinerja BBHI hingga November 2025 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan September 2025. Laba bersih BBHI hanya tumbuh 21,47 persen menjadi Rp447 miliar, sedangkan pendapatan bunga tumbuh 28,9 persen menjadi Rp1,3 triliun. Dari segi pencadangan naik 328 persen menjadi Rp367 miliar.

Ke-2 Saham BBSI (Krom Bank)

BBSI menjadi bank dengan pertumbuhan kinerja paling agresif dan berkualitas kedua sepanjang kuartal III/2025 dengan poin sebesar 289. BBSI mencatatkan hampir seluruhnya dengan rapor hijau kecuali NPL gross dan laba bersih.

Jika dilihat, dari segi pertumbuhan kredit cukup agresif dengan adanya kenaikan 87 persen menjadi Rp7,96 triliun. Anomali pertumbuhan kredit itu didorong optimalisasi suntikan dana right issue (hal itu terlihat dari LDR masih di atas 100 persen).

Dari pertumbuhan kredit yang agresif itu, BBSI mencatatkan pendapatan bunga bersih naik 87,14 persen menjadi Rp1,26 triliun. Namun, laba bersihnya hanya tumbuh 17,7 persen menjadi Rp126 miliar.

Kami menilai, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

  • Adanya kenaikan pencadangan sebesar 117 persen menjadi Rp902 miliar
  • Tingkat beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perseroan yang naik menjadi 89 persen dibandingkan dengan 81 persen pada periode sebelumnya

Sementara itu, tingkat NPL gross perseroan sekitar 2,64 persen. Posisi NPL gross ini sudah membaik dibandingkan dengan sebelumnya 2,7 persen. Lalu, untuk NPL net-nya masih cukup baik hanya 0,1 persen dan mengalami penurunan dari sebelumnya 0,24 persen.

Untuk NIM terlihat sangat besar, yakni mencapai 20 persen selaras dengan karakter bank digital yang memberikan kredit dengan bunga kredit dalam berbagai bentuk.

Kinerja BBSI per Oktober 2025 juga mulai mengalami perlambatan dari segi laba bersih yang hanya tumbuh 10,92 persen menjadi Rp133 miliar. Meski, pendapatan bunga bersih tumbuh 88,64 persen menjadi Rp1,46 triliun. Faktornya sama seperti yang kami paparkan sebelumnya, salah satunya adanya kenaikan pencadangan 120 persen menjadi Rp1,05 triliun.

Ke-1 Saham ARTO (Bank Jago)

ARTO menjadi bank dengan tingkat ekspansi dan kualitas kinerja dengan poin tertinggi sepanjang kuartal III/2025. Satu-satunya rapor kuning ARTO hanya ada di CIR yang masih sekitar 58 persen.

Secara kinerja per kuartal III/2025, ARTO mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 32 persen menjadi Rp23,46 triliun. Dari pertumbuhan kredit itu, ARTO mampu me-maintain-nya dengan pendapatan bunga bersih tumbuh 64 persen menjadi Rp1,77 triliun.

Lalu, dengan kondisi pencadangan ARTO naik 267 persen menjadi Rp623 miliar, perseroan masih mampu mendorong laba bersih naik 131 persen menjadi Rp199 miliar.

Dari segi rasio keuangan, tingkat NPL ARTO juga ter-maintain dengan baik. NPL gross memang naik menjadi 0,38 persen dibandingkan dengan 0,23 persen, tapi masih di bawah 1 persen. Begitu juga dengan NPL net yang sebesar 0,04 persen.

Sementara itu, NIM ARTO sekitar 8,31 persen yang lebih tinggi dari periode sama pada tahun sebelumnya sekitar 7,1 persen. Walaupun, tingkat NIM itu masih di bawah rata-rata karakter bank digital.

Sementara itu, jika dilihat dari kinerja bulanan per Oktober 2025, laba bersih ARTO agak melambat jadi hanya tumbuh 124 persen menjadi Rp223 miliar. Meski, pertumbuhan pendapatan bunga bersih lebih agresif dengan naik 65 persen menjadi Rp2 triliun dan pencadangan naik lebih lambat hanya 261 persen menjadi Rp705 miliar.

Tantangan ARTO adalah jika ada kesepakatan akuisisi dan merger antara GOTO dengan Grab (yang sejauh ini menjadi salah satu mitra perseroan dalam penyaluran kredit). Dalam hal ini, bagaimana skema akuisisi-merger nantinya (apakah Grab hanya ambil Gojek, atau keseluruhan termasuk Goto Finansial).

Apapun opsinya ada potensi mempengaruhi kemitraan antara GOTO dengan ARTO. Pasalnya, jika yang diakuisisi hanya Gojek, bagaimana dengan integrasi Gopay di Goto Finansial ke Gojek. Padahal, kemitraan ARTO berhubungan erat dengan Goto Finansial.

Deretan saham dengan skor tertinggi berdasarkan kinerja bisnis. Jadi tidak bisa langsung dibeli dan bukan rekomendasi. Ada beberapa saham dengan skor tinggi, tapi tidak likuid seperti BBSI.

Kesimpulan

Nama saham yang tercatat di sini dihitung berdasarkan kalkulasi untuk mencari saham bank dengan ekspansi agresif serta menjaga kualitas pertumbuhannya dari laporan keuangan kuartal III/2025. Sehingga bukan menjadi dasar utama langsung membeli saham terkait.

Untuk strategi ulasan lengkap forward looking saham-saham bank berdasarkan kinerja kuartal III/2025 sudah kami rilis di mikirsaham.com

Join Mikirsaham.com untuk Dapat Full Report Forward Looking-nya dan Deretan Benefit Lainnya

Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini